Kiat Bisnis Wedding Organizer di Tengah Pandemi Covid-19

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Kiat Bisnis Wedding Organizer di Tengah Pandemi Covid-19


Menjelang akhir 2020, bisnis wedding mulai bangkit kembali. Job para pengelola wedding organizer mulai mengalir. Tentu saja tetap dengan menjalankan protokol kesehatan yang ketat. Rupa-rupa pengalaman mereka hadapi.

MARIYAMA DINA, AZAMI RAMADHAN, Surabaya

HAMPIR lima bulan para pebisnis wedding organizer menutup jasa mereka. Bahkan, tak jarang mereka merugi karena banyak acara yang dibatalkan. Namun, kondisi mulai berubah saat masa new normal tiba.

Pertengahan 2020 bisnis wedding resmi diberi izin. Namun, sebelumnya simulasi digencarkan. Konsep wedding pada masa pandemi pun terus dieksplorasi untuk menemukan cara yang pas kendati harus membutuhkan kerja ekstra penyelenggaranya. Misalnya, yang diceritakan Veni Laksono, owner wedding organizer Celtic Creative.

Dia mengatakan bahwa selama masa pandemi ini, kerja mengonsep dan mengurus segala keperluan pengantin dituntut lebih detail. Terutama dalam mengondisikan protokol kesehatan.

”Nggak cuma itu. Kami juga harus membantu pendampingan soal perizinan yang lebih detail untuk bisa menyelenggarakan acara pernikahan. Belum lagi, meyakinkan klien bahwa acara bakal tetap aman,” jelasnya.

Dengan standar protokol kesehatan yang sudah disetujui pemerintah, Veni menjelaskan bahwa para pemilik bisnis wedding organizer pasti membuat acara berlangsung aman dan nyaman. Mulai pengecekan suhu tubuh, penyediaan wastafel dan hand sanitizer, hingga dobel penyemprotan venue dengan desinfektan. ”Ini yang paling penting. Setelah dekorasi selesai, kami semprot. Satu jam sebelum tamu datang pun, kami semprot lagi,” tuturnya. Pengawasan di venue saat acara berlangsung juga terus dilakukan. Petugas ditempatkan di beberapa titik untuk mengawasi dan menghalau kerumunan saat pesta berlangsung. ”Ini sebenarnya yang sulit. Bagaimana mengingatkan mereka agar nurut, tapi tetap sopan,” kata Veni.

Belum lagi, pengelola harus menghadapi ngeyel-nya tamu ataupun yang punya hajat. Bagi Veni, hal tersebut seolah makanan sehari-hari. Misalnya, masih banyak tamu yang nekat bersalaman dengan pengantin sampai ngeyel ingin tetap mendatangkan ribuan tamu.

”Jadi, tim kami kalau pas acara sibuk semprot sana semprot sini karena ada yang ngeyel salaman. Kalau yang ngeyel pengin tetep ngundang tamu banyak itu, kami kasih contoh kasus untuk memberikan pengertian,” jelasnya.

Bahkan, Veni mengaku sempat ngegas ke tamu-tamu yang lupa memakai masker saat menuju lokasi acara. ”Waktu itu di Banyuwangi. Saya malah udah kayak satgas Covid. Ini juga akhirnya menjadi penting buat kita untuk tetap menyediakan masker cadangan,” tambahnya.

Bersikap tegas bukan maksudnya menjadi tidak sopan. Sebab, dia selalu ingin berhati-hati menjaga banyak orang agar tidak muncul virus itu di acara pernikahan. ”Soalnya acara pernikahan ini melibatkan banyak orang. Ada pedagang bunga, dekorasi, katering, pemain musik, MC, bagian make-up, dan banyak lagi. Satu kena, semua pasti terdampak. Padahal, dapat izinnya juga butuh waktu yang lama,” terangnya.

Konsistensi ketegasan menegakkan protokol kesehatan di acara pernikahan juga dilakukan Dimas Ardianto Pradana, owner Yuknikah Wedding Organizer. Menurut dia, selain ketegasan, siapa pun yang terlibat di dalam pernikahan itu harus wani untuk mengingatkan agar protokol kesehatan tetap dipatuhi. Terutama dalam hal penggunaan masker.

Menurut pria kelahiran Surabaya itu, masker menjadi faktor penting di acara pernikahan. Beberapa kali pelaksanaan pernikahan yang dikelolanya itu, Dio –sapaan akrabnya– menyediakan stok masker lebih. Bukan untuk undangan yang hadir, melainkan mengantisipasi mereka yang kebetulan tidak membawa masker.

’’Biasanya karena udah pakai make-up, nggak pakai masker. Mereka mengira face shield cukup. Tapi, ya tetap wajib masker,’’ ujarnya.

Setelah diingatkan, respons pun beragam. Ada yang langsung memakai dan ada juga yang menawar. Tawaran itu, kata dia, mereka biasanya mau memakai masker setelah melakukan foto bersama.

Bagi Dio, pelaksanaan protokol kesehatan menjadi aturan yang tidak bisa ditawar. Sebab, sebelum acara pernikahan digelar, klien maupun vendor telah membuka komunikasi intens. Terlebih tentang pelaksanaan protokol kesehatan pada masa pandemi. Hal itu disampaikan di awal, bahkan sebelum deal harga, agar masing-masing merasa aman dan tenang selama proses pernikahan berlangsung.

Setelah pelaksanaan PSBB Surabaya berakhir, dia mengatakan pernah menolak permintaan beberapa calon kliennya. Alasan penolakan tersebut beragam. Mayoritas, kata Dio, memiliki keinginan lebih meski berada di situasi pandemi Covid-19. Kebanyakan adalah keinginan mengundang banyak tamu.

’’Nolak sembilan klien waktu itu. Eman sih ya. Tapi, bagaimana lagi. Kan pembatasannya 50 persen,’’ ungkap pria 26 tahun itu.

Ketika ditanya, apakah selama masa new normal pihaknya pernah menyelenggarakan pernikahan, Dio mengaku telah mengonsep tiga pernikahan pada Agustus dan Oktober saja. Pada bulan lainnya seperti September, November, dan Desember, dia memilih tidak menerima klien meski ada permintaan.

Pada Oktober lalu, dia menyelenggarakan dua pernikahan sekaligus dalam sebulan. Konsep pernikahannya itu disebut intimate wedding dengan menekankan sesi akad nikah ditambah sesi semiramah-tamah yang tetap dengan menerapkan protokol kesehatan. Serta, tidak meninggalkan unsur sakralnya.

Baca Juga: Bukan Jantung, Keluarga Ungkap Penyebab Meninggalnya Melisha Idol

Menggunakan konsep outdoor, kesakralan pernikahan tetap terjaga. Lalu, didukung kehadiran tamu undangan yang minim. Berjumlah 150 orang, jauh dari target undangan yang saat itu sebanyak 1.200 orang atau 600 undangan. Pelaksanaannya dikemas lebih padat. Berlangsung lima jam dengan sistem dua sif undangan. Menurut dia, keputusan itu ditetapkan secara terbuka antara vendor dan klien dengan komunikasi yang intens.

’’Alhamdulilah, open minded dan luwes. Jadi, sama-sama enak,’’ ujarnya.

Menurut dia, pelaksanaan acara yang tetap mengedepankan asas kebermanfaatan dan saling percaya akan membuat nuansa pernikahan tetap sakral dan khidmat. Meski, pernikahan itu berlangsung di tengah pandemi Covid-19. ’’Yang penting, prosesnya berjalan terbuka dan penuh percaya. Kalau itu terlaksana, semuanya aman,’’ tandasnya.

Saksikan video menarik berikut ini:


Kiat Bisnis Wedding Organizer di Tengah Pandemi Covid-19