Lembah Setyowati, Legislator di DPRD Surabaya yang Juga Pelukis

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Lembah Setyowati, Legislator di DPRD Surabaya yang Juga Pelukis


Nama Lembah Setyowati Bakhtiar memang jarang sekali muncul di media. Sebagai wakil rakyat, nama Lembah justru lebih dikenal karena karya lukisnya. Selama 30 tahun berkarya lewat kuas dan kanvas, anggota dewan dari Fraksi Golkar itu telah meraup banyak uang. Sebagian disumbangkan untuk yayasan sosial dan masyarakat kurang mampu yang membutuhkan.

ARIF ADI WIJAYA, Surabaya

JADI seniman itu profesi, jadi wakil rakyat itu hobi,” kelakar Lembah Setyowati Bakhtiar ketika ditemui di ruangannya kemarin (14/12). Anggota Komisi B DPRD Surabaya itu memang bukan politikus biasa. Nunung, begitu dia akrab disapa, juga seorang perupa yang cukup punya nama di dunia seni.

Sudah 30 tahun ibu dua anak itu menggeluti dunia seni lukis. Tidak terasa, banyak uang yang sudah terkumpul dari hasil pameran keliling dunia. Mulai Belanda, Prancis, Swiss, hingga Kanada. ”Memang paling sering ke Eropa karena saya punya semacam agensi di sana,” kata Lembah.

Politikus Golkar itu mengaku mencintai seni lukis sejak kecil. Bakat melukisnya terus diasah hingga akhirnya memiliki jaringan yang cukup luas.

Sekitar 1990-an, dia membawa karya-karyanya keliling Eropa melalui kerja sama dengan pihak ketiga. Mulai Swiss, Belanda, Jerman, hingga Prancis.

Jaringannya mulai meluas. Lembah semakin sering menggelar pameran di dalam negeri. Pada 1995, tepat ketika HUT Ke-50 Kemerdekaan RI, Lembah mendapat undangan pameran di Belanda. Saat itu, Kota Surabaya masih dipimpin Wali Kota Sunarto. Menurut Lembah, Sunarto selalu memberikan dukungan penuh terhadap aktivitas berkeseniannya.

Sejak saat itu, nama Lembah yang lebih dikenal sebagai Nunung di kalangan seniman semakin moncer. Pada 1996, dia kembali mendapat undangan pameran di luar negeri. Kali ini tujuannya bukan Eropa. Saat itu, Lembah mendapat undangan untuk pameran ke luar Eropa. ”Waktu itu di Kanada. Sama, saya membawa lukisan dengan visi-misi mengenalkan budaya Indonesia ke dunia,” katanya.

Pada 2003, Lembah kembali mendapat undangan untuk pameran tunggal di Belanda. Kota Surabaya sudah berganti pemimpin. Bambang Dwi Hartono masih menjabat wali kota saat itu. Oleh seorang teman, Lembah disarankan pamit kepada wali kota. ”Saya tanya, memangnya harus ya (pamit wali kota, Red),” ucapnya.

Lembah pun mengikuti saran temannya. Dia berkirim surat ke balai kota. Pamitan mau membawa karya-karyanya yang bertema seni tari Nusantara untuk dipamerkan di Belanda. Bambang D.H. pun menyambut positif. ”Pak Bambang langsung mengundang banyak wartawan, disuruh wawancara saya. Beliau titip banyak sekali buku tentang Surabaya untuk ikut dipromosikan ke Belanda,” ungkapnya.

Di Belanda, tepatnya di Kota Zoetermeer, Lembah mengaku mendapat banyak sekali keuntungan. Karya seninya diminati masyarakat di Negeri Kincir Angin itu. Lembah membawa cukup banyak uang euro maupun dolar. ”Lupa (nilainya, Red). Yang jelas banyak,” katanya.

Perempuan 68 tahun itu mengaku sering membawa pulang banyak dolar setelah pameran di luar negeri. Sebagian disumbangkan ke yayasan sosial maupun orang yang membutuhkan. Baik warga miskin kota maupun kalangan seniman. ”Bagi saya, karya seni ini tidak hanya untuk mengenalkan budaya Indonesia ke dunia. Tetapi, hasilnya juga harus bisa memberikan manfaat untuk masyarakat,” tuturnya.

Bagaimana mengawali karir sebagai politikus? Lembah yang juga tercatat sebagai anggota Rotary Club mengaku sudah lama ikut Forum Seni Budaya (FSB) yang merupakan organ sayap Partai Golkar. Sekitar ’90-an, dia aktif di organisasi tersebut. Seiring berjalannya waktu, dia didorong oleh teman untuk ikut Kosgoro yang juga organ sayap Partai Golkar. Hingga akhirnya, dia masuk sebagai anggota DPD II Golkar Surabaya.

Nah, pada 2014, ada yang mendorongnya untuk maju sebagai anggota legislatif kota. Lembah mengaku ragu. Sebab, dia tidak memiliki latar belakang politikus murni. Jiwanya tetap ada di kesenian. Namun, setelah berpikir panjang, dia yakin bahwa menjadi wakil rakyat bakal bisa memberikan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat.

Ketika memutuskan untuk maju sebagai calon legislatif saat itu, Lembah mengaku mendapat banyak sekali ejekan. Teman-temannya sesama seniman malah menertawakan. ”Kata mereka, kamu ngapain nyalon anggota dewan. Apa bisa orang yang biasanya hidup bebas nanti bakal hidup di dalam sistem?” kata Lembah, menirukan olokan temannya.

Perempuan yang sudah dikaruniai dua cucu itu pun tetap pada pendiriannya. Lembah menyatakan ingin melihat apa yang terjadi di langit. Itu merupakan istilah untuk menerangkan bahwa dirinya ingin mengetahui cara para pemangku kebijakan merumuskan aturan yang bisa memberikan manfaat kepada masyarakat luas.

Setelah terjun di dunia politik praktis, Lembah merasa perannya sebagai wakil rakyat bisa memberikan manfaat kepada masyarakat luas. Baik dari segi kebijakan maupun bantuan-bantuan yang diberikan untuk masyarakat yang membutuhkan.

Nah, pada 2016, ada seorang teman yang butuh bantuan untuk mengembangkan yayasan. Dia merasa itu merupakan tanggung jawab secara pribadi untuk membantu teman. Bukan tanggung jawabnya sebagai anggota dewan. Karena itu, dia menjawab permohonan bantuan tersebut dengan lukisan.

Lembah menggelar pameran tunggal di Balai Pemuda. Gubernur Jatim yang saat itu masih dijabat Soekarwo diundang. Salah satu lukisannya laku keras. ”Bantuan yang dibutuhkan Rp 10 juta. Pakde Karwo membeli lukisan saya Rp 40 juta. Ya sudah, semua saya berikan,” katanya.

Baca Juga: Pemkot Surabaya Siapkan Anggaran untuk Pengadaan Vaksin Covid-19

Hingga saat ini, perempuan kelahiran 1952 itu mengaku masih aktif melukis. Dia memilih aliran ekspresionis. Gaya melukis seniman legendaris Vincent van Gogh dari Belanda dan Afandi dari Jogja menjadi kiblatnya. ”Melukis ekspresionis itu kan tidak butuh waktu lama. Yang penting, komposisi dan harmonisasinya pas. Dulu suka melukis perempuan menari, sekarang lebih suka melukis bunga,” terangnya.

Ketika kunjungan kerja (kunker) ke luar negeri, ibu Aria Suryawan dan Listiani Maharani itu mengaku masih menyempatkan diri untuk membuat lukisan. Kanvas serta cat dibeli di negara tujuan. Lukisan yang dibuat dijadikan cenderamata untuk duta besar setempat. ”Jadi kalau ditanya teman, selalu saya jawab, seniman itu profesi, jadi wakil rakyat itu hobi,” jelas anggota dewan dua periode tersebut. 

Saksikan video menarik berikut ini:


Lembah Setyowati, Legislator di DPRD Surabaya yang Juga Pelukis