Jonie Klasifikasikan Algoritma untuk Kenali Humor Berbahasa Indonesia

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Jonie Klasifikasikan Algoritma untuk Kenali Humor Berbahasa Indonesia


Pengguna Google Assistant di Indonesia kini kian banyak. Asisten cerdas tersebut memiliki kemampuan perintah suara untuk melaksanakan banyak tugas. Untuk melengkapi hal itu, Jonie Hermanto alias Jonie SQL pun mengumpulkan 16 ribu humor sebagai big data yang dapat dipelajari Google Assistant maupun robot asisten lainnya.

SEPTINDA AYU PRAMITASARI, Surabaya

’’HEY, Google! Tebak-tebakan humor yuk,’’ kata Jonie Hermanto kepada Google Assistant yang ada di smartphone-nya di ruang humas Institut Sains dan Teknologi Terpadu Surabaya (iSTTS) Senin (15/3). Perintah suara tersebut ditanggapi asisten cerdas tersebut. Ikan apa yang suka gombal? Ikan stop loving you.

Sayangnya, dalam percakapan dengan asisten cerdas tersebut, tidak terjadi umpan balik. Asisten cerdas cenderung menanggapi guyonan dengan kalimat serius.

Ya, wajar. Sebab, selama ini belum ada algoritma klasifikasi untuk mengenali sebuah humor pendek dalam bahasa Indonesia. Sementara itu, asisten cerdas dengan teknologi artificial intelligence (AI) membutuhkan banyak data yang harus dikenali atau dipelajari agar semakin pintar. Dari situlah, Jonie Hermanto alias Jonie SQL membuat algoritma klasifikasi untuk mengenali sebuah humor pendek dalam bahasa Indonesia untuk tesis S-2 Teknologi Informatika iSTTS.

Algoritma klasifikasi humor pendek itu dibuat agar AI bisa mengenali setiap kategori humor yang berbahasa Indonesia. ’’Kan kurang asyik ya kalau mau ngajak asisten cerdas humor, tapi datar saja,’’ katanya, lantas tertawa lepas.

Pria yang juga menjabat ketua Persatuan Seniman Komedi Jawa Timur itu pun langsung mengumpulkan data humor pendek dari rekan-rekan pelawak Indonesia. Sebanyak 7 ribu humor pendek dikumpulkan dan dialgoritmakan. ’’Humor yang saya kumpulkan menjadi terkelompok dari berbagai kategori,’’ ujarnya.

Setelah menemukan kelompok di setiap humor pendek yang dikumpulkan, humor tersebut dilemparkan kembali ke pelawak Indonesia untuk dilabeli. ’’Komputer ini saya ajari humor sesuai dengan kelompoknya. Jadi, ia tahu jenis humor-humor pendek yang saya kumpulkan itu,’’ imbuh laki-laki asal Mojokerto tersebut.

Total ada lima klasifikasi humor yang disusun. Yakni, humor persepsi linguistik (humor dari bahasa multitafsir), humor misdefinitif (humor dari definisi yang disalahartikan), humor comparison (humor dengan membandingkan hal yang berlawanan maupun senada, tetapi salah tujuan), humor misleading quote (humor quote yang disalah arti), dan bukan humor. ’’Jadi, semua data humor pendek yang saya kumpulkan akan diklasifikasi sesuai kelompok humornya,’’ kata dia.

Jonie menuturkan bahwa adanya data save 7 ribu humor pendek yang dikumpulkan memungkinkan robot asisten tahu bahwa user sedang mengajak humor. Sebab, humor itu sejatinya berpola jika ada algoritma. ’’Penelitian humor linguistik baru saya yang melakukan,’’ ujar komedian jebolan Audisi Pelawak TPI (API) 1 itu.

Mengumpulkan ribuan humor pendek tersebut tentu tidak mudah. Jonie mengatakan sangat susah untuk mengumpulkan 7 ribu humor. Padahal, kebanyakan kemampuan untuk mengumpulkan humor dalam sehari hanya 50 humor. ’’Saya harus ambil humor dari rekan-rekan komedian lain. Dari humor yang lucu sampai jadi tidak lucu,’’ tuturnya.

Jonie pun tidak tanggung-tanggung dalam mengumpulkan data humor. Pria 41 tahun itu langsung meminta kepada komedian senior untuk dibuatkan humor pendek. Termasuk ke Komeng, Indro, Jarwo, Kelik, dan lain-lain. ’’Saya junior tanya humor ke pelawak senior sampai dikira curanmor, pencurian bahan humor,’’ ucap Jonie, lantas tertawa lantang.

Berbagai strategi pun dilakukan. Salah satunya, memberikan pemahaman bahwa upaya mengumpulkan data humor tersebut sekaligus dilakukan untuk mengenalkan humor berbahasa Indonesia secara luas, khususnya dengan pengenalan lewat robot asisten. ’’Tidak semua pelawak mau memberikan lawaknya ke sesama pelawak. Ibaratnya, chef yang memberikan resep masakannya kepada sesama chef. Tidak mudah,’’ ungkapnya.

Jonie pun tidak hanya melibatkan pelawak senior, tetapi juga ludruk daerah. Selain itu, melibatkan seniman humor di Indonesia. ’’Teman-teman pelawak mentok 100 humor pendek yang didapat. Kadang saya sampai menelepon untuk diberi lelucon komedian kondang,’’ ujarnya.

Jonie mengatakan bahwa butuh waktu kurang lebih setahun untuk mendapatkan 7 ribu humor pendek. Seluruh humor pendek yang telah dikumpulkan itu diseleksi. ’’Dari 7 ribu humor pendek yang saya kumpulkan susah payah, ternyata setelah di-cleansing, tinggal 4 ribu humor. Sebanyak 3 ribu humornya dibuang karena tidak memenuhi kriteria. Ada yang berbahasa Jawa,’’ kata dia.

Jonie pun harus mencari setidaknya 3 ribu humor pengganti lagi. Hingga akhirnya, terkumpul 7.800 humor pendek yang sudah melewati pembersihan atau seleksi. Kemudian, seluruh humor pendek tersebut dimasukkan ke algoritma. ’’Kalau ditotal, saya sudah kumpulkan 460 ribu humor pendek. Semuanya saya pilah-pilah sampai mendapatkan 7.000 humor yang cocok,’’ ujarnya.

Baca Juga: Masa Pensiun Pejabat Fungsional Jadi 65 Tahun

Jonie berharap data humor yang telah dialgoritmakan sesuai kelompoknya tersebut bisa menjadi penelitian dasar untuk dikembangkan ke arah pengenalan robot asisten yang memiliki kemampuan teknologi AI. Jadi, pengguna robot asisten seperti Google Assistant, SIRI, maupun Alexa dapat memiliki kemampuan humor. ’’Arahnya ke sana, bisa dipelajari oleh AI. Ini sebagai data humor yang telah dialgoritmakan,’’ katanya.

Saksikan video menarik berikut ini:


Jonie Klasifikasikan Algoritma untuk Kenali Humor Berbahasa Indonesia