Legislator PKB Minta BPK Audit Kinerja Perum Bulog

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Legislator PKB Minta BPK Audit Kinerja Perum Bulog


JawaPos.com – Anggota Komisi IV DPR, Daniel Johan meminta Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) melakukan audit terhadap Perum Bulog di bawah kepemimpinan Budi Waseso. Hal ini dia katakan, lantaran kinerja Bulog dianggap kurang maksimal dalam menyerap hasil gabah petani dan kemampuan menyalurkan beras.

“Kami serahkan ke hasil pemeriksaan BPK. Tetapi memang semua perusahaan BUMN kan harus diaudit,” ujar Daniel kepada wartawan, Jumat (26/3).

Politukus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini menuturkan, Direktur Utama Bulog Budi Waseso mengakui akan adanya potensi kerugian keuangan negara di dalam lembaganya tersebut. Daniel menyebut jika ada sebanyak 300 ribu ton beras yang gagal jual, kemudian harga per kilogram sekitar Rp 8.000, maka potensi kerugian sudah mencapai Rp 2.4 triliun.

“Karenanya jangan ulangi kesalahan yang sama. Itu bukan uang APBN, tapi utang bank dengan kredit komersial. Harus benar-benar dihitung dengan baik,” ungkapnya.

Sementara terpisah, Wakil Ketua Komisi IV DPR Dedi Mulyadi menilai Bulog gagal dalam melakukan dua hal. Pertama, kata Dedi, Bulog tak memiliki kemampuan menyerap gabah petani sehingga para petani menjual hasil padinya ke tekngkulak. Namun seringkali tengkulak tidak semuanya memiliki modal yang cukup.

“Banyak tengkulak yang baru bisa membayar setelah penjualan. Sehingga ada titik waktu banyak para petani kecil yang mengalami kekosongan keuangan karena menunggu hasil gabahnya menjadi beras dan laku di pasar,” ujar Dedi.

Dedi melanjutkan, hal kedua yang gagal dilakukan Bulog adalah tidak maksimalnya menyerap gabah petani. Menurut Dedi, daya serap Bulog itu rendah karena sering kali membeli beras di bawah tengkulak. Misalnya, tengkulak membeli gabah dari petani Rp 4.200 per kilogram, sedangkan Bulog hanya Rp 3.800 per kilogram. Hal itu karena memang Bulog memiliki kehati-hatian dalam membeli gabah.

Selain itu, ujar Dedi, Bulog juga ternyata tidak mampu menjual beras. Hal itu bisa dilihat dari masih banyaknya stok lama yang tak bisa keluar.

Politikus Partai Golkar ini melanjutkan, Bulog tak memiliki gudang dengan teknologi memadai dalam penyimpanan beras. Akibatnya, beras yang disimpan di gudang tidak bisa bertahan lama sehingga mudah busuk. Selama ini, Bulog menyimpan beras hanya dengan menggandalkan memakai valet sehingga beras tidak bisa bertahan lama.

“Jadi Bulog itu seperti terperangkap. Beli (gabah-Red) enggak bisa, jual (beras-Red) juga enggak bisa. Bahkan beras sisa impor yang tahun 2018 dan 2019 pun belum terjual. Ini yang menjadi problematika dari sisi pengelolaan,” ungkapnya.


Legislator PKB Minta BPK Audit Kinerja Perum Bulog