Baru 2,5 Persen Warga RI yang Sudah Divaksin

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Baru 2,5 Persen Warga RI yang Sudah Divaksin


Euforia Vaksinasi Penyebab Ledakan Kasus Covid-19 di India

JawaPos.com – Ilmuwan memperingatkan agar Indonesia tidak terjebak dalam euforia vaksinasi. Sebab, hal itu ditengarai menjadi satu di antara sekian penyebab gelombang tsunami Covid-19 yang melanda India belakangan ini.

Ahli virologi Universitas Udayana Bali I Gusti Ngurah Kade Mahardika mengungkapkan, hingga saat ini penyebab utama peristiwa lonjakan kasus di India belum diketahui sepenuhnya. Namun, dia menyebut ada faktor euforia vaksinasi.

Masyarakat merasa terlampau aman setelah pemerintah India melakukan proses vaksinasi. Padahal, persentase cakupan vaksinasi dari total populasi warga India masih relatif kecil, yakni 7 persen.

’’Euforia vaksinasi di sana masih dini. Hal ini jangan sampai terjadi di Indonesia karena lingkup vaksinasi kita baru menyentuh angka sekitar 2,5 persen dari jumlah penduduk,” terangnya pada sebuah acara dialog Kamis (29/4).

Menurut catatan satgas Covid-19, hingga kemarin (30/4) sebanyak 12 juta warga Indonesia sudah mendapatkan suntikan pertama vaksin. Sebanyak 7,6 juta di antaranya sudah menyelesaikan suntikan dosis kedua. Mahardika mengatakan, berbagai upaya harus terus dilakukan untuk mencegah peristiwa di India tidak terjadi di Indonesia.

’’Pelajaran yang harus kita pegang dari kejadian di India adalah begitu kasus Covid-19 meningkat, maka diikuti oleh meningkatnya fatalitas atau angka kematian,” jelasnya. Sejauh ini, kata Mahardika, masih terus diteliti pengaruh mutasi virus Covid-19 pada peningkatan kasus di India. Namun yang pasti, terjadinya kerumunan yang dipicu euforia vaksinasi menjadi faktor terbesar terjadinya tsunami Covid-19 di India. Hal itu bisa dicegah dengan bersama-sama mematuhi protokol kesehatan 3M. Yakni, mencuci tangan, menjaga jarak, dan memakai masker.

Sementara itu, di India, bukan hanya pasien Covid-19 yang kesulitan mendapatkan perawatan. Mereka yang sudah meninggal pun masih tak bisa pergi dengan tenang. Sebab, lahan untuk kremasi hampir habis. Terutama di kota-kota besar seperti Delhi.

Banyak pihak yang mendesak otoritas setempat untuk segera mencari lahan karena kamar mayat dan krematorium sudah kewalahan dengan banyaknya jenazah. Sebagian akhirnya mengkremasi jenazah di krematorium yang tidak dikhususkan untuk pasien Covid-19. Padahal, Kementerian Kesehatan tahun lalu sudah memberikan panduan penanganan kremasi untuk pasien Covid-19. Ada aturan khusus yang harus dilakukan guna menghindari penularan ulang.

’’Itulah alasan kami menyarankan agar dibangun lebih banyak krematorium,’’ terang salah seorang petugas kepolisian di Delhi seperti dikutip BBC.

Lonjakan kasus dan kematian di India memang belum melandai. Kemarin (30/4) tercatat ada 386.452 kasus penularan baru. Itu adalah rekor penularan harian tertinggi di India maupun secara global. Angka kematiannya sudah 3.498 dan sekitar 400 di antaranya ada di Delhi.

KEWALAHAN: Pasien positif Covid-19 di dalam ruangan yang dijadikan tempat perawatan darurat di New Delhi (29/4). (TAUSEEF MUSTAFA/AFP)

Bantuan untuk pemerintah India terus berdatangan. Ada sekitar 40 negara yang memberikan bantuan. Rata-rata berupa oksigen dan beberapa alat lain yang dibutuhkan di ICU. Kemarin bantuan dari AS sudah mendarat. Meski banyak yang membantu, itu layaknya tetesan air di gurun pasir. Kekurangan oksigen tetap terjadi di hampir semua rumah sakit. Penduduk mengandalkan media sosial untuk mencari bantuan.

Pada hari yang sama, Mahkamah Agung (MA) membela hak penduduk untuk menyampaikan keluhan dan meminta bantuan di media sosial selama pandemi terjadi. MA memperingatkan pemerintah bahwa melarang penduduk melakukannya sama saja dengan penghinaan terhadap pengadilan.

Itu menanggapi tindakan pemerintah yang meminta Twitter menghapus unggahan yang mengkritik pemerintah dalam menangani pandemi. Perdana Menteri India Narendra Modi dan jajaran pemerintahan memang terlihat tak peduli atas angka kematian yang terus meroket. Dia tetap menggelar kampanye dan melaksanakan pemilu lokal.

Masalah kian pelik karena India kini mulai kehabisan vaksin Covid-19. Padahal, negara tersebut adalah produsen vaksin terbesar di dunia. Stok vaksin di Delhi bahkan habis dan kini mereka masih menunggu pengiriman. Di Mumbai, 94 pusat vaksinasi ditutup selama tiga hari karena kehabisan vaksin.

’’Semua upaya tengah dilakukan untuk menyediakan lebih banyak stok dan melanjutkan vaksinasi,’’ bunyi pernyataan pemerintah Mumbai.

Baca juga: Penanganan Covid-19, PDIP: Jangan Sampai Indonesia Seperti India

Kondisi tersebut tentu merusak rencana pemerintah. Seharusnya hari ini (1/5) semua orang dewasa bisa divaksin. Dengan kata lain, ada 600 juta penduduk yang bisa mendapatkan suntikan. Tapi, kenyataan di lapangan, stoknya tidak memungkinkan.


Baru 2,5 Persen Warga RI yang Sudah Divaksin