Kelurahan hingga Warga di Surabaya Siapkan Ruang Karantina Pemudik

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Kelurahan hingga Warga di Surabaya Siapkan Ruang Karantina Pemudik


Instruksi larangan mudik sudah dilayangkan. Namun, persiapannya tidak sekadar memberikan pengumuman dan imbauan. Kelurahan hingga RW pun bersiap-siap menyediakan tempat karantina untuk pendatang yang nekat berkunjung.

GALIH ADI PRASETYO, Surabaya

TIAP ruangan di Puskesmas Pembantu Semolowaru, Kelurahan Semolowaru, Kecamatan Sukolilo, dicek. Tiap bagian harus memiliki fasilitas yang nyaman untuk digunakan sebagai tempat singgah. Termasuk ketersediaan kamar mandi dan ventilasinya.

Sepekan terakhir Kelurahan Semolowaru memang disibukkan dengan hal itu. Menyiapkan tempat yang sewaktu-waktu bisa difungsikan sebagai lokasi karantina bagi para pemudik yang masuk Surabaya saat Hari Raya Idul Fitri nanti.

Berbagai opsi disiapkan. Salah satunya memanfaatkan puskesmas pembantu.

Lokasinya berada di kompleks kelurahan. Tempatnya luas. Ada delapan bilik yang bisa dimanfaatkan.

Lurah Semolowaru Suwarti mengatakan, tidak semua ruangan bakal dimanfaatkan. Hanya yang layak dan nyaman untuk disinggahi. ’’Kami cek dulu semuanya, apakah sudah ada tempat tidur dan lain-lain di sana,’’ terangnya.

Dari jumlah itu, tiga ruangan akhirnya dipilih sebagai tempat untuk karantina. Yakni, ruang pengobatan tradisional, ruang periksa ibu dan anak, serta ruang periksa umum.

Ada tempat tidur yang bisa dipakai. Cukup nyaman untuk sejenak beristirahat. Jarak setiap ruangan juga terpisah. Plus kamar mandinya cukup.

Suwarti mengatakan, pemilihan tempat karantina memang tidak bisa sembarangan. Banyak pertimbangan yang menjadikan ruangan itu bisa dimanfaatkan untuk tempat isolasi. Misalnya, luas ruangan dan ventilasi yang tersedia.

’’Kalau di kompleks kantor kelurahan ini, ada dua opsi tempat yang disediakan. Pertama, puskesmas pembantu, kapasitasnya tiga orang. Kedua adalah aula kelurahan,’’ ujarnya.

Aula itu berukuran cukup luas, 7 x 10 meter. Namun, pihaknya hanya mengisi untuk dua orang. Tampak di lantai sudah tersedia alas tidur. Lengkap dengan bantal dan guling. ’’Kami baru beli kemarin karena kurang ya jumlahnya,’’ ujar Suwarti.

Dia menyebutkan, dirinya berharap ruangan-ruangan itu tidak pernah digunakan. Kalaupun terpaksa dipakai, pihaknya pasti siap. Apalagi sudah dibentuk satgas sehingga ada tim khusus yang siap mengurus semuanya.

Suwarti berharap warga maupun orang-orang yang hendak mengunjungi keluarga di Surabaya bisa memahami kondisi tersebut. Bukan lagi satu atau dua kali dia melihat kesedihan warganya yang terpapar Covid-19. Dia tidak ingin kejadian seperti itu berlarut dan berulang.

’’Kalau memang peduli pada keluarga dan sayang dengan mereka, ayolah pahami kondisinya. Jangan sampai ruang isolasi dan bangsal rumah sakit menjadi saksi penderitaan saat terpapar Covid-19. Semua memang rindu satu sama lain, namun jangan sampai rindu itu berubah menjadi derita,’’ ungkapnya.

Selain dua tempat tersebut, ada tiga RW yang juga sudah menyiapkan tempat isolasi. Ketiganya diinisiasi warga secara swadaya dan dikelola oleh pengurus warga.

Salah satunya RW 7. Ruangan takmir Masjid Baitul Jabbar berubah menjadi dua bilik ruang tidur. Lengkap dengan TV dan perlengkapan medis. Misalnya, kursi roda dan baju hazmat.

Ruangan tersebut diubah menjadi tempat isolasi sejak tahun lalu. Ketika itu, diberlakukan penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Hingga sekarang warga masih konsisten menyiagakan tempat itu sebagai ruang isolasi khusus.

’’Memang dulu ada kasus warga yang terpapar Covid-19. Bahkan, ada yang meninggal. Sehingga kami merasa perlu membuat langkah yang bisa memutus kejadian itu terulang. Salah satunya pembentukan ruangan ini,” terang Ketua RW 7 Yunus.

Bukan sekadar ruang isolasi, pihaknya juga menyiapkan permakanan bagi yang diisolasi. Semua kebutuhan dipenuhi dari hasil iuran warga.

’’Itulah yang kami lakukan ketika ada yang harus isolasi mandiri di rumah. Di tempat isolasi juga demikian. Bila diperlukan, kami penuhi juga kebutuhan dasarnya,’’ ujarnya.

Meski siap, pihaknya tidak ingin melihat ruangan itu terisi. Lebih baik selamanya kosong, jangan sampai ada yang terbaring dan terkunci di bilik tersebut. Hanya bentuk kesiapan jika memang ada kasus tak terduga yang terjadi.

’’Kami juga sudah berkoordinasi dengan berbagai pihak, termasuk kelurahan, soal bagaimana alur pelayanannya. Mulai dari orang itu masuk ke ruang isolasi hingga menunggu tindakan medis yang diperlukan,’’ terangnya.

Baca Juga: Sri Mulyani Minta PNS Besar Hati THR Tak Penuh, Toh Juni Gaji 13 Cair

Beberapa warga yang berprofesi tenaga kesehatan juga sudah menyanggupi bila diperlukan saat ada warga yang memakai ruangan itu. Mulai mengawasi hingga mengawal saat petugas dari Pemkot Surabaya tiba. Ada 4 dokter, 2 bidan, dan 1 nakes yang siap.

’’Warga kami yang memiliki profesi di bidang medis sudah siap jika diperlukan. Namun, kami berharap ruangan ini tetap kosong. Imbauan sudah kami sampaikan ke warga agar tidak mudik atau yang dari luar kota tidak datang mengunjungi keluarganya di sini,’’ terang Yunus.

Saksikan video menarik berikut ini:


Kelurahan hingga Warga di Surabaya Siapkan Ruang Karantina Pemudik