Tak Hanya Korban, Pelaku Fetish Juga Merasa Tak Nyaman

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Tak Hanya Korban, Pelaku Fetish Juga Merasa Tak Nyaman


JawaPos.com–Sejak Kamis (30/7), nama Gilang mencuat karena kasus pelecehan seksual dengan modus penelitian akademik. Mahasiswa Sastra Indonesia angkatan 2015 Universitas Airlangga itu menjadi bahan pembicaraan masyarakat ramai. Di akun media sosialnya, Gilang mengaku bahwa dia memiliki fetish terhadap kain jarik (batik panjang).

Menurut dosen Departemen Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental Universitas Airlangga Atika Dian Ariana, fetish dikategorikan sebagai pelecehan bila merasa terangsang saat melihat sesuatu yang tidak berhubungan dengan hal-hal yang terkait dengan seksualitas. ”Disebut sebagai fetish kalau di luar dari kewajaran. Memiliki fetish tidak akan menjadi persoalan bila terkait dengan hal-hal seksual, seperti bagian tubuh. Masalah muncul ketika lawan atau target tidak setuju untuk berhubungan,” ungkap Atika.

Atika mengatakan, masyarakat perlu banyak mencari tahu lebih lanjut. Dalam kasus Gilang, masyarakat harus mencari tahu apakah yang bersangkutan punya trauma secara psikologis atau tidak. ”Mengalami fetish itu tidak menyenangkan karena bertentangan dengan norma umum,” ujar Atika.

Tidak hanya korban, tersangka juga merasa tidak nyaman. Seksualitas termasuk kebutuhan primer yang harus disalurkan. Kasus Gilang menjadi masalah karena melibatkan pihak lain dengan modus penelitian akademik.

Atika menyimpulkan bahwa perlu ada pendampingan dan rehabilitasi terhadap Gilang. ”Orang terdekatnya harus diberi dorongan kepada siapapun yang punya fetish untuk berobat. Gangguan psikologis setara seperti gangguan fisik. Untuk kasus ini, kita harus mencari tahu apakah ini murni gangguan psikologis atau anomali medis seperti gangguan hormonal,” tutur Atika.

Atika menyarankan, korban yang sudah maupun belum melapor untuk mendapatkan bantuan psikologis. Sebab, kebanyakan korban terluka dan mempertanyakan harga dirinya. ”Ada yang merasa lemah, ada juga yang merasa bersalah. Apalagi dengan adanya fenomena victim blaming yang dilakukan netizen. Kalau bisa jauhi media sosial untuk mengurangi perasaan tidak enak,” ungkap Atika.

Saksikan video menarik berikut ini:

 

 


Tak Hanya Korban, Pelaku Fetish Juga Merasa Tak Nyaman