Usai Divaksin, Dokter AS Penyintas Covid-19 Sempat Alami Efek Serius

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Usai Divaksin, Dokter AS Penyintas Covid-19 Sempat Alami Efek Serius


JawaPos.com – Para penyintas Covid-19 selama ini masuk dalam kelompok yang tak boleh divaksinasi. Itu ketika mereka baru terinfeksi Covid-19 kurang dari 6 bulan. Sebab masih ada antibodi di dalam tubuh mereka. Jika sudah lebih dari 6 bulan mereka boleh divaksinasi. Namun ternyata penyintas yang divaksinasi lebih mungkin mengalami efek samping serius.

Salah satu kisah dialami seorang ahli biologi molekuler di Amerika Serikat, Shannon Romano. Dirinya penyintas dan pernah terjangkit Covid-19 akhir Maret 2020 sekitar seminggu setelah dia dan rekan-rekannya menutup laboratorium mereka di Rumah Sakit Mount Sinai.

Saat itu dia mengalami sakit kepala, diikuti oleh demam yang terus meningkat, dan kemudian nyeri tubuh yang menyiksa. “Saya tidak bisa tidur. Saya tidak bisa bergerak, setiap sendi sakit,” katanya seperti dilansir dari Straits Times, Selasa (9/2).

Dan kini, ketika dia memenuhi syarat untuk mendapatkan vaksin Covid-19 baru-baru ini, dia pun mendapat suntikan. Namun ternyata, Shannon Romano mengalami efek samping serius usai divaksinasi. Dua hari setelah injeksi, dia mengalami gejala yang terasa sangat familiar.

“Kepala saya sakit dan badan saya sakit, sama dengan sakit kepala dan sakit tubuh yang saya alami ketika saya menderita Covid-19,” katanya.

Untungnya dia pulih dengan cepat, tetapi respons intens tubuhnya terhadap suntikan itu membuatnya terkejut. Sebuah studi terbaru mungkin menjelaskan mengapa Romano dan banyak orang lain yang pernah menderita Covid-19 melaporkan reaksi intens yang tidak terduga ini pada suntikan pertama vaksin.

Dalam sebuah studi yang diposting online pada Senin (1/2) lalu, para peneliti menemukan bahwa orang yang sebelumnya terinfeksi virus melaporkan kelelahan, sakit kepala, menggigil, demam, serta nyeri otot dan sendi setelah suntikan pertama. Penyinyas Covid-19 juga memiliki tingkat antibodi yang jauh lebih tinggi setelah dosis pertama dan kedua vaksin. Berdasarkan hasil ini, para peneliti mengatakan, orang yang pernah menderita Covid-19 mungkin hanya perlu menerima satu dosis suntikan.

“Saya pikir satu vaksinasi sudah cukup,” kata pakar virus di Fakultas Kedokteran Icahn di Mouny Sinai dan penulis studi tersebut Florian Krammer.

“Ini juga akan menghindarkan individu dari rasa sakit serta efek yang tidak perlu ketika mendapatkan dosis kedua dan itu akan membebaskan dosis vaksin tambahan,” tegasnya.

Sementara beberapa ilmuwan setuju dengan logikanya, namun yang lain lebih berhati-hati. Direktur Institut Imunologi Universitas Pennsylvania E. John Wherry, mengatakan bahwa sebelum mendorong perubahan kebijakan, dia ingin melihat data yang menunjukkan bahwa antibodi tersebut mampu menghentikan replikasi virus.

Efek samping setelah vaksinasi bisa terjadi. Hal itu menunjukkan bahwa sistem kekebalan meningkatkan respons dan akan lebih siap untuk melawan infeksi jika tubuh bersentuhan dengan virus.

Seorang dokter mata di Michigan yang menderita Covid-19 pada bulan Maret, Dr Susan Malinowski, merasa tubuhnya sedang diserang setelah dia menerima vaksin Moderna. Dia mendapat suntikan pertama sebelum makan siang pada Malam Tahun Baru. Saat makan malam, dia mulai merasa mual. Dia menghabiskan dua hari berikutnya dengan sengsara di tempat tidur.

“Saya demam. Saya menggigil. Saya berkeringat di malam hari. Saya merasakan sakit di mana-mana di tubuh saya,” katanya. “Saya sebenarnya lebih sakit setelah vaksinasi dibandingkan dengan Covid-19,” tambah Susan.

“Kesimpulannya, penyintas tampaknya lebih bereaksi terhadap dosis pertama seolah-olah itu adalah dosis kedua,” kata ahli imunologi di Sekolah Kedokteran Yale Akiko Iwasaki.

“Jadi satu dosis mungkin lebih dari cukup,” katanya.

Saksikan video menarik berikut ini:


Usai Divaksin, Dokter AS Penyintas Covid-19 Sempat Alami Efek Serius