10 Tahun Tragedi Kebocoran Reaktor Nuklir Fukushima

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

10 Tahun Tragedi Kebocoran Reaktor Nuklir Fukushima


Setelah satu dasawarsa, Fukushima belum pulih seperti semula. Dekontaminasi radiasi masih dilakukan, termasuk ditutupnya sejumlah area di sekitar pembangkit.

GEREJA Baptis Alkitab pertama di Tomioka, Prefektur Fukushima, Jepang, itu masih berdiri kukuh. Namun, bagian dalamnya seperti rumah hantu. Pintu-pintunya mulai terkoyak. Piring, gelas, dan panci-panci kotor tergeletak begitu saja. Selama 10 tahun terakhir, bangunan tersebut hampir tidak tersentuh.

Tomioka adalah area yang dilarang dimasuki setelah tragedi kebocoran pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di Fukushima, 11 Maret 2011. Insiden itu terjadi akibat gempa 9 magnitudo dan tsunami yang menyapu wilayah tersebut. Setelah satu dekade, Tamioka belum boleh dihuni. Sekitar 12 persen wilayah di Prefektur Fukushima memang belum bebas dari kontaminasi radiasi nuklir. Pembersihan atau dekontaminasi masih berlangsung.

Di beberapa wilayah lainnya, larangan sudah dicabut. Minamisoma, salah satunya. Meski begitu, tidak semua penduduk yang dulu tinggal di sini ingin kembali lagi. Mereka masih takut dengan radiasi. Beberapa orang biasanya hanya mampir untuk mengenang masa lalu.

Banyak orang galau tentang caranya membangun kembali komunitas dan lingkungan yang sudah ditinggalkan bertahun-tahun. Pemerintah menawarkan insentif untuk menarik penduduk pulang. Namun, kebanyakan di antara mereka enggan. Mereka yang mau pulang ke rumah lamanya di Fukushima diberi insentif JPY 2 juta atau sekitar Rp 264 juta.

Masakazu Daibo termasuk setuju. Setelah mengungsi satu dekade, dia memilih pulang ke Fukushima. Daibo kembali membuka restoran milik keluarganya di Namie tahun lalu. Namie berjarak sekitar 9 kilometer dari PLTN.

Dulu Namie dan 11 area di sekitarnya dilarang dimasuki. Daibo dan beberapa penduduk lain hanya boleh bertandang sebentar ke rumah lama mereka. Biasanya, mereka boleh masuk dengan mengenakan baju berbahan plastik serta menutup rambut dan sepatunya. Tingkat radiasi di tubuh akan diukur sebelum mereka meninggalkan zona tersebut.

’’Tidak ada orang, tapi kota tetap berdiri. Rasanya seperti tempat syuting film,’’ ujar pria 65 tahun itu mengenang kunjungannya dulu seperti dikutip Agence France-Presse. Tidak ada suara manusia yang bercengkerama. Hanya ada anjing liar, sapi, dan babi. Namie baru dinyatakan aman dihuni pada 2017.

Kontaminasi di restoran milik Daibo sudah dibersihkan. Temboknya dan berbagai hal lainnya diganti. Imbasnya, barang-barang kenangannya juga ikut hilang. Namun, niat untuk membuka kembali restorannya tidak surut. Hanya 20 persen dari Kota Namie yang boleh dihuni. Hanya sedikit orang yang mengikuti langkahnya.

Jumlah penduduk Namie kini hanya 7 persen dari sebelum insiden. Sekitar 36 persen adalah lansia di atas 65 tahun. Hanya ada 30 siswa yang bersekolah di SD dan SMP lokal. Padahal, dulu jumlahnya mencapai hampir 1.800 orang.

Banyak penduduk yang tidak mau kembali ke Fukushima akibat masalah radiasi. Penduduk tidak percaya sepenuhnya pada proses dekontaminasi. Mereka yang memiliki anak lebih memilih tetap tinggal di lingkungan yang baru. ’’Bukannya saya tidak mau kembali, tapi saya tidak bisa. Jika saya sendiri, saya akan pulang. Namun, sebagai ibu, saya ingin menghindari risiko untuk anak-anak saya,’’ kata Megumi Okada, warga Fukushima yang kini tinggal di Tokyo.

Berdasar survei Kwansei Gakuin University, dua per tiga penduduk yang dievakuasi tidak berencana kembali. Beberapa orang terpaksa kembali karena pemerintah menghentikan bantuan bagi para pengungsi. Mereka yang tidak punya pekerjaan tetap yang bagus akhirnya memilih pulang.

Baca Juga: Demi Susu Anaknya, Jumardi Jual 10 Burung Bayan, Berakhir di Tahanan

Kota-kota di Fukushima dibuka bertahap. Kawauchi boleh ditinggali sejak 2016. Populasinya kini mencapai 68 persen dari sebelum insiden. Futaba juga dibuka sejak tahun lalu. Namun, belum ada satu warga pun yang kembali ke sana.

Saksikan video menarik berikut ini:


10 Tahun Tragedi Kebocoran Reaktor Nuklir Fukushima