Bebas Sampah Plastik ala SDN Kedung Cowek I Surabaya

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Bebas Sampah Plastik ala SDN Kedung Cowek I Surabaya


Berkat ecobrick, SDN Kedung Cowek I bebas dari sampah plastik. Tak hanya itu, berbagai produk apik pun diciptakan. Bukan hanya pengajar, seluruh siswa dilibatkan dalam kegiatan kerajinan tangan tersebut.

JARUM jam menunjukkan pukul 11.00. Sinar matahari sangat terik menyinari SDN Kedung Cowek I pada Rabu (17/3). Aktivitas pembelajaran jarak jauh (PJJ) terhadap siswa pun telah selesai. Namun, para guru tidak berhenti beraktivitas.

Selesai mengajar, mereka sibuk memilah sampah botol plastik. Berbagai warna cerah menghiasi ratusan botol plastik. Kepala SDN Kedung Cowek I Sukarti berencana mengolah botol plastik menjadi berbagai tulisan motivasi. Nanti kerajinan tangan itu ditempel di tembok sekolah. Itu dilakukan dalam rangka menyambut proses belajar tatap muka (PTM) kembali yang digelar pada Juli.

”Walaupun PTM belum pasti, tapi nggak ada salahnya untuk mempercantik sekolah,” katanya.

Untuk mempercantik kelas, dibuatlah tirai penutup pintu tengah. Tirai terbuat dari tutup botol plastik yang diikat oleh senar. Selain di kelas, tirai tutup botol plastik dipasang di ruang guru.

Perempuan kelahiran Surabaya, 28 Januari 1964, itu menjelaskan bahwa daur ulang sampah dilakukan sejak 2017. Bermula ketika sampah plastik kerap berserakan di lingkungan kerjanya. Di antaranya, botol minuman, kantong kresek, dan bungkus kopi. Akibatnya, lingkungan terlihat kumuh.

Belum lagi aroma bau yang ditimbulkan dari tempat pembuangan sampah di sisi timur sekolah. Pemandangan itu membuatnya risih. Sebab, sangat bertolak belakang dengan kepribadiannya yang sangat mencintai lingkungan.

Ide mengolah limbah plastik pun tercipta. Seluruh pengajar dan siswa diwajibkan membuat ecobrick. Caranya, memasukkan sampah plastik ke sebuah botol plastik hingga penuh. Ratusan ecobrick terkumpul dan sampah plastik dibersihkan. Meski begitu, permasalahan belum selesai. Para guru bingung mau menjadikan apa ratusan ecobrick yang terkumpul karena tidak mungkin ecobrick dibiarkan begitu saja. Sebab, itu bisa menimbulkan permasalahan baru.

Setelah berdiskusi dengan para guru, solusi kembali didapat. Ecobrick disulap menjadi tempat duduk. Cara pembuatannya sangat mudah. Cukup menata 19 ecobrick yang disusun melingkar. Agar lingkaran tidak terbongkar, ecobrick dieratkan dengan menggunakan selotip. Kemudian di bagian atas, diberi tripleks dan busa. Dan agar terlihat menarik, kain berwarna cerah menutupi produk tersebut. Walaupun terbuat dari ecobrick, kualitas produk tak lagi diragukan.

Tidak kalah dengan buatan pabrik, tempat duduk itu dapat menahan beban berat manusia hingga ratusan kilogram. Ketahanannya pun tak lagi diragukan. Walaupun sering terkena air dan terik sinar matahari, tempat duduk bisa bertahan hingga bertahun-tahun.

Puluhan tempat duduk ecobrick diletakkan di kelas, ruang guru, hingga area taman. Walaupun hanya terbuat dari plastik, Sukarti menjamin tempat duduk berkualitas bagus. Selain digunakan sendiri, tempat duduk diperjualbelikan. Satu buah tempat duduk dibanderol Rp 100 ribu. ”Pembeli kebanyakan dari pihak sekolah dan sekolah lain,” ucapnya, lantas tersenyum.

Seluruh siswa dilibatkan dalam pembuatan produk kerajinan tangan. Setiap bulan siswa diwajibkan mengumpulkan minimal satu buah ecobrick. Sampah plastik didapat dari lingkungan tempat tinggal siswa masing-masing. Dan selama pandemi Covid-19, sampah plastik yang sudah dikumpulkan siswa diambil guru masing-masing.

”Sambil mengambil ecobrick dan hasil kerajinan tangan, para guru bisa sekali mengecek aktivitas murid di rumah,” ujar perempuan 57 tahun itu.

Beragam inovasi baru kembali diciptakan. Pada November lalu, lahan kosong 378 meter persegi disulap menjadi taman. Untuk menghemat biaya serta ramah lingkungan, Sukarti lagi-lagi memanfaatkan ecobrick dalam pembuatan fondasi area tanaman.

”Yang seharusnya fondasi menggunakan material semen dan batu bata,” ucap dia. Beberapa tumbuhan ditanam. Yakni, cabai, belimbing sayur, melati belanda, jambu, pepaya, kacang tanah, pisang, mengkudu, dan berbagai tanaman toga.

Baca Juga: Militer Ancam Bumi Hanguskan, Penduduk Mulai Tinggalkan Yangon

Kecintaannya terhadap lingkungan menuai hal manis. Segudang prestasi didapat. Yakni, juara I Eco School 2017 tingkat Kota Surabaya. Kemudian juara III Pelajar Pelopor 2018. Lalu juara I Hidroponik 2019.

Saksikan video menarik berikut ini:


Bebas Sampah Plastik ala SDN Kedung Cowek I Surabaya