Fenomena Persistent Covid-19: Sudah Tak Bergejala, tapi Masih Positif

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Fenomena Persistent Covid-19: Sudah Tak Bergejala, tapi Masih Positif


JawaPos.com – Tidak ada tolok ukur pasti kapan seseorang penderita Covid-19 bisa dinyatakan negatif dari virus tersebut, meski sudah tidak bergejala. Sejumlah dokter mengungkapkan fenomena yang terjadi sekarang ini, di mana seorang pasien Covid-19 sudah tak mengalami gejala dan sudah sakit lebih dari 2 minggu, namun masih dinyatakan positif lewat tes Covid-19.

Dokter Spesialis Paru dari Rumah Sakit Persahabatan dr. Erlina Burhan menjelaskan, kondisi ini disebut dengan istilah persistent Covid-19 yang dalam terjemahan bebas diartikan sebagai virus Korona yang gigih.

Ini adalah kondisi di mana seseorang masih dinyatakan positif lewat PCR tapi sudah tak ada gejalanya. Mereka juga sudah sakit melebihi dua pekan, namun ‘kegigihan’ virus tersebut membuat mereka masih positif.

Menurut Erlina, kondisi ini disebabkan karena mesin PCR yang sangat sensitif, sehingga tak bisa membedakan komponen virus aktif.

“Sudah sembuh tak ada gejala, tapi pas dilakukan PCR masih positif. PCR ini sangat sensitif, bisa bedakan komponen virus tapi nggak bisa bedakan ini aktif atau nggak aktif,” tegas Erlina.

Lalu, menurutnya RNA dari virus SARS-COV-2 bisa terdeteksi sampai 3 bulan, bahkan walaupun virus tersebut sudah dalam keadaan mati. “Yang terdeteksi adalah sisa-sisa virus atau bangkai-bangkai virus,” ungkapnya.

Dari penelitian Cambridge University, di awal pandemi penyakit coronavirus 2019 (COVID-19), Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) menerbitkan kriteria kembali bekerja untuk personel kesehatan yang telah pulih dari virus Korona. Kriteria ini terakhir diperbarui pada 3 April 2020. CDC telah mendukung 2 pendekatan berbeda untuk memungkinkan staf kembali bergejala.

Banyak lembaga pada awalnya mengadopsi strategi berbasis tes, sebagian karena CDC pada awalnya merekomendasikannya sebagai pilihan yang disukai (tetapi tidak lagi melakukannya) dan, sebagian, karena tampaknya lebih definitif atau konservatif dari 2 pilihan CDC.

Sebagai hasil dari menggunakan strategi berbasis tes, banyak institusi sekarang memiliki sejumlah besar staf yang usapan nasofaringnya tetap RT-PCR positif, terlepas dari kenyataan bahwa mereka telah pulih dari penyakitnya dan tidak menunjukkan gejala selama berminggu-minggu. atau, dalam beberapa kasus, berbulan-bulan.

Namun staf tersebut tetap masih dinyatakan positif. Mereka merasa sehat tetapi memiliki studi PCR yang terus-menerus positif, dan didorong oleh strategi berbasis tes, mereka tidak dapat kembali ke tempat kerja sampai mereka negatif.


Fenomena Persistent Covid-19: Sudah Tak Bergejala, tapi Masih Positif