Herlina Harsono Njoto, Anggota Dewan yang Juga Kolektor Lonceng

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Herlina Harsono Njoto, Anggota Dewan yang Juga Kolektor Lonceng


Bagi Herlina, lonceng tidak sekadar barang yang mengeluarkan bunyi. Dari lonceng, dia banyak belajar tentang karakteristik negara-negara di dunia. Sudah ratusan lonceng yang dia kumpulkan. Lebih dari 200 lonceng.

ARIF ADI WIJAYA, Jawa Pos

TINGTING. Cling. Teng. Bunyi lonceng saling menyahut dari dalam ruangan anggota Fraksi Demokrat DPRD Kota Surabaya Herlina Harsono Njoto. Dia sedang menata koleksinya itu di meja. Satu per satu dikeluarkan dari paper bag dengan hati-hati.

’’Ini patah, jadi harus dilem dulu,” kata dia sambil menunjukkan lonceng yang gagangnya berbentuk jangkar. Lonceng itu berasal dari Kroasia. Negara di bagian selatan Eropa yang memang terkenal dengan industri kapalnya. Jangkar menjadi simbol kebanggaan negara tersebut. Herlina mengatakan menyukai lonceng sejak 2010.

Saat itu dia pergi ke Australia karena ada urusan. Ketika akan kembali ke tanah air, ibu tiga anak tersebut membeli lonceng. Bentuk kanguru yang menjadi gagangnya membuat dia tertarik. ’’Karena menggambarkan ciri khas Australia,” katanya.

Sejak saat itu, dia penasaran. Ingin tahu apakah di negara lain juga ada lonceng. Nah, ketika berkunjung ke Rusia, dia menyempatkan diri untuk berkeliling toko suvenir. Herlina tidak menyangka ada lonceng yang dijual di toko tersebut. Sebab, biasanya yang dijual di toko suvenir adalah pakaian atau benda-benda khas daerah atau negara tersebut. ’’Lonceng kan bukan khas dari Rusia,” tuturnya.

Meski demikian, bentuk lonceng berbahan keramik itu tetap menunjukkan ciri khas. Ada tiga pasang lonceng yang dibeli. Dua lonceng berbentuk seperti bangunan St Basil Cathedral. Tempat peribadatan umat Kritiani itu memiliki kubah. Seperti yang digambarkan pada lonceng tersebut yang atasnya mengerucut kayak bawang merah.

Lonceng yang satunya berbentuk seperti perempuan yang mengenakan pakaian khas Rusia. Bahannya sama. Keramik. Namun, bandul lonceng tidak menggunakan besi atau jenis logam lain. ’’Ini cuma pakai bahan plastik. Tapi, bunyinya tetap nyaring,” jelas Herlina.

Sejak saat itu, Herlina semakin yakin bahwa setiap negara pasti punya lonceng. Nah, saat berkunjung ke Jerman, lonceng menjadi salah satu benda yang diburu. Beberapa toko suvenir menjual lonceng dengan bentuk berbeda. Namun, semuanya berbahan besi. Ciri khas ada di bagian gagangnya. Selain bendera Jerman, ada tulisan Deutschland yang menghiasinya.

Di Belanda, bentuk loncengnya sangat khas. Semuanya berbahan keramik. Bagian gagangnya berbentuk bunga tulip. Tidak ada bentuk lain. Warnanya juga khas serba-biru putih. Yang membedakan hanya motifnya. Ada yang bermotif bunga-bunga. Ada pula yang bergambar kincir angin.

Lonceng dari Amerika berbeda lagi. Mulai modelnya sampai bahannya. Di Amerika, rata-rata loncengnya berbahan tembaga. Yang dari New York, gagangnya dibuat seperti bentuk apel. Ada pula yang menjadikan Patung Liberty sebagai pegangannya. Yang paling mewah adalah lonceng dari Washington DC. Ada gambar Gedung Putih, kantor presiden Amerika, yang menjadi motifnya. Warnanya juga begitu elegan. Emas berkilauan. ’’Cuma warna tok iki. Bahannya bukan emas. Tetap logam biasa,” kata Herlina.

Yang cukup unik adalah lonceng dari Belgia. Gagangnya berbentuk patung anak laki-laki sedang pipis. Namanya Manneken Pis. Patung tersebut dibuat seniman Belgia bernama Hieronymus Duquesnoy the Elder pada 1618. Dalam cerita di negara tersebut, saat perang terjadi pada abad ke-14, negara itu selamat dari meriam karena sumbu meriam dikencingi anak kecil.

Herlina mengaku pernah kesulitan mencari lonceng. Saat itu, 2018, dia bersama rombongan DPRD Kota Surabaya menghadiri undangan ke Tiongkok dalam acara United Cities and Local Government (UCLG) Asia-Pacific (Aspac). ’’Kita memaparkan kesiapan Surabaya menjadi tuan rumah UCLG yang saat itu Bu Wali (Tri Rismaharini yang saat ini menjabat menteri sosial, Red) dinobatkan sebagai presiden UCLG Aspac periode 2018–2020,” paparnya.

Nah, di sela-sela acara, Herlina menyempatkan diri berkeliling toko suvenir sampai pasar tradisional. Dari Fuzhou sampai Beijing. Tujuannya satu. Mencari lonceng khas Negeri Tirai Bambu. Namun, setelah seharian berkeliling, istri Aries Budhi Siswanto itu tidak menemukan apa yang dia cari.

Herlina lalu mencari informasi. Bertanya ke sana kemari. Namun, warga setempat pun tidak mengetahui tempat menjual lonceng. Akhirnya dia mencoba ke Great Wall. Tembok besar Tiongkok. Di bangunan yang merupakan salah satu keajaiban dunia itulah, dia menemukan lonceng. ’’Padahal, Tiongkok itu produsen suvenir sedunia. Tapi, nyari lonceng susahnya minta ampun,” ujarnya.

Lebih sulit lagi di Ekuador. Herlina mengaku tidak mendapatkan lonceng di negara tersebut. Saat itu, 2016, ada acara United Nation (UN) Habitat. Ekuador menjadi tuan rumahnya. ’’Wes gak karu-karuan. Muter-muter tapi nggak ketemu. Ya sudah. Aku nyerah,” ucapnya.

Herlina mengakui, cerita-cerita dari berbagai negara itu tidak akan dirinya ketahui jika tidak mengoleksi lonceng. Dari lonceng, banyak cerita yang bisa digali. Bukan karena loncengnya. Melainkan bentuk lonceng yang menunjukkan ciri khas dan karakteristik tiap negara yang membuatnya jadi lebih bermakna.

Akhir 2019 merupakan petualangan terakhirnya berburu lonceng. Setelah memasuki 2020, perjalanannya ke luar negeri harus terhenti karena pandemi Covid-19. Hingga saat ini, koleksi loncengnya sudah mencapai 200 buah lebih. Sebagian dibeli sendiri. Ada juga yang merupakan hadiah dari teman maupun kolega.

Baca Juga: Fenomena Penemuan Gunung Penuh Emas, Rakyat Kongo Ricuh Berebutan

Meski terlihat mewah, Herlina menilai suvenir lonceng bukan termasuk benda yang mahal. Rentang harganya hanya Rp 150 ribu–Rp 350 ribu. Namun, bukan harganya yang menjadi menarik. ’’Melainkan cerita dari tiap-tiap negara itu yang bikin penasaran. Bentuk dan motif lonceng setiap negara juga selalu menggambarkan ciri khas dan karakter negara tersebut,” jelas perempuan kelahiran 1983 itu.

Saksikan video menarik berikut ini:


Herlina Harsono Njoto, Anggota Dewan yang Juga Kolektor Lonceng