Perjuangan Uung Victoria Mengedukasi Ibu-Ibu Muda Memaksimalkan ASI

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Perjuangan Uung Victoria Mengedukasi Ibu-Ibu Muda Memaksimalkan ASI


Salah satu tantangan terberat bagi ibu muda adalah menyusui anak. Beragam kendala, mulai kurang percaya diri, minimnya dukungan keluarga, hingga takut jika payudara kendur, kerap membuat sang ibu stres. Itulah yang pernah dialami Uung Victoria Finky. Dia kini bangkit dan malah menginspirasi banyak orang.

FAJAR ANUGRAH TUMANGGOR, Surabaya

INGATAN Uung seketika melayang pada 2 tahun 6 bulan lalu. Di kantor Mom Uung, Mulyorejo, perempuan 29 tahun itu bercerita tentang perjuangan melahirkan anak.

Ditemani sang suami, Jonathan Handoko, Uung merasakan sakit luar biasa saat persalinan. Dia sempat drop karena persalinan menguras terlalu banyak energi. Namun, lelah seketika memudar.

Proses persalinan berjalan lancar dan bayi mereka lahir dengan selamat. Tim dokter pun segera meletakkan bayi di sebelah Uung. Uung mula-mula senang karena perjuangannya berhasil. Namun, seiring berjalannya waktu, problem lain mulai timbul. Pada hari pertama, air susu ibu (ASI) dari payudaranya tidak keluar. Baru pada hari ketiga, ASI mulai muncul.

’’Itu pun sedikit. Ngerembes gitu aja,” ungkap perempuan yang tinggal di Mulyorejo tersebut. Uung segera berbincang dengan suami untuk mempertimbangkan pemakaian susu formula (sufor). Jonathan pun hanya ikut dan tak ingin memaksa. Jika ingin sufor, Uung harus siap ketergantungan.

Tak langsung mengiyakan, Uung mencari informasi via Google tentang ASI dan fungsinya. Setelah beberapa waktu, akhirnya dia sadar bahwa ASI merupakan faktor penting bagi pertumbuhan bayi. ’’Saya juga dapat informasi dari dokter, ASI yang ngerembes tadi sudah cukup memenuhi kebutuhan bayi,” tuturnya.

Akhirnya sufor tak jadi digunakan. Uung pun berusaha memperbaiki kualitas gizi dengan mengonsumsi makanan yang sudah dianjurkan dokter. Mulai daging hingga wortel rebus. Sebab, hingga bulan ketujuh pasca lahiran, berat badan bayi berada di bawah grafik hijau. Artinya, berada di bawah normal.

’’Anak saya mengalami dua kali penurunan berat badan. Saya khwatir anak saya nanti stunting,” ungkapnya.

Uung lagi-lagi mencari informasi di Google tentang ASI booster yang bisa memacu produksi ASI lebih banyak dan baik.

’’Saya ketemu dengan daun kelor ini,” paparnya.

Setelah itu, dia membuat semacam home industry yang memproduksi ASI booster dengan ekstrak daun kelor. Mulanya ASI booster itu hanya dikonsumsi pribadi, lantas dikembangkan ke komunitas. ’’Khasiatnya memang bagus. Sebab, ada kalsium, vitamin K, yang bagus untuk kesehatan rahim juga,” paparnya.

Setelah tujuh bulan mampet, ASI Uung pun lancar. Dia lantas membagikan pengalaman itu ke akun Instagram (IG)-nya. ’’Awalnya iseng doang. Tapi respons di IG luar biasa. Mereka sampai nge-DM, tanya-tanya tip menyusui,” ujarnya.

Ternyata banyak sekali keluh kesah ibu muda selama menyusui. Mulai minimnya dukungan suami atau mertua, stres karena pasangan berselingkuh, hingga rasa insecure yang muncul di kalangan ibu muda. ’’Saya jadi dapat perspektif dan ilmu baru. Itulah yang membuat saya semangat untuk mengedukasi,” katanya.

Uung lantas membagikan nomor WhatsApp pribadinya ke ibu-ibu yang membutuhkan. ’’Bahkan tak hanya ibu, loh. Banyak juga suami yang penasaran. Khususnya saat berdiskusi langsung. Mereka menanyakan apa yang harus diperbuat untuk mendukung istri menyusui,” paparnya.

Dia pun memberikan pencerahan kepada para suami untuk selalu memenuhi kebutuhan sang istri selama menyusui. Mulai perhatian hingga bantuan saat istri mengalami masalah. ’’Jangan tiba-tiba menghilang atau malah berselingkuh dengan orang lain. Istri makin stres. Produksi ASI bisa macet,” jelasnya.

Apa yang telah dimulai Uung dan Jonathan kini sudah menjadi usaha yang lebih besar. Mereka merekrut 40 karyawan yang 15 di antaranya adalah tim konsultan ibu menyusui. ’’Karena sekarang situasinya pandemi, kami alihkan ke daring. Membatasi pertemuan tatap muka langsung,” ungkap dia.

Apakah konsultasi itu berbayar? Nah, di sinilah panggilan jiwa Uung muncul. Dia menggratiskan konsultasi ke seluruh ibu-ibu yang ada di Indonesia. Konsultasi itu berlaku 24 jam dengan sistem pekerja yang bergantian/sif. ’’Setiap 8 jam tukar tim konsultan. Kan ada 15 orang, tuh. Jadi, lima orang tiap 8 jam,” tuturnya.

Uung punya prinsip sama dengan yang dilakukan World Health Organization. ’’Program mereka kurang lebih mengedukasi ibu menyusui selama dua tahun. Itulah yang menjadi tagline usaha kami. Tak hanya memikirkan profit dari dagangan, kami juga punya misi sosial,” kata dia.

Setiap ibu muda, baik dari kalangan menengah ke atas maupun bawah, punya karunia yang sama. Yakni, memiliki ASI. ’’Jadi, tidak boleh dikatakan bahwa si fulan punya ASI bagus dan yang lain tidak,” paparnya. Ibu jelas tak ingin anaknya celaka. Dia pasti memberikan apa yang terbaik buat sang bayi.

’’ASI saja sudah cukup. Itu adalah booster terbaik bagi seorang anak. Pun sebaliknya, anak adalah booster terbaik buat seorang ibu,” lanjutnya.

Uung kini punya misi untuk menjangkau lebih banyak ibu muda yang belum bisa mendapat edukasi. Dia berniat menambah tim konsultan gratis karena jumlah permintaan layanan yang semakin tinggi. Setiap hari, 300–400 orang bertanya ke mereka. ’’Dan ini butuh dibantu,” paparnya.

Sementara itu, Jonathan mengatakan di awal-awal persalinan hingga proses lahiran, dirinya selalu mendampingi sang istri. Dia paham betul bahwa Uung butuh perhatian dan pendampingan pada saat-saat penting seperti itu. ’’Saya tahu istri tidak boleh stres. Sebisanya harus saya buat bahagia. Sebab, bahagia akan menjaga kualitas oksitosin dan prolaktin yang berperan besar dalam proses menyusui,” ungkapnya.

Baca Juga: Suami Ceraikan Istri secara Diam-Diam ketika Masih Tinggal Bersama

Selain diberi pendampingan psikologis, ibu dikuatkan dari sisi pengetahuan. ’’Artinya, ada sharing ilmu sehingga istri kita juga paham dan tidak khwatir,” kata Jonathan.

Mereka berharap, apa yang telah dibangun sekarang bisa membantu lebih banyak ibu muda dalam menyusui. Sebab, kesehatan ibu menentukan kualitas tumbuh kembang anak. ’’Jika gizi terpenuhi, stres dikelola dengan baik. Istri mendapat dukungan suami dan keluarga. Masalah ASI bisa diselesaikan. Stunting tak akan terjadi,” ungkapnya, kemudian tersenyum. 

Saksikan video menarik berikut ini:


Perjuangan Uung Victoria Mengedukasi Ibu-Ibu Muda Memaksimalkan ASI