Reza Aulia Akbar, CEO Muda, Membangkitkan Dunia Penelitian

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Reza Aulia Akbar, CEO Muda, Membangkitkan Dunia Penelitian


Reza Aulia Akbar membuktikan bahwa sebagai anak muda, dirinya bisa menjadi agen perubahan. Di usia 23 tahun, dia mendirikan PT Riset Prestasi Indonesia, perusahaan yang membidangi riset dan keilmiahan. Kegigihannya itu berhasil membawa Reza menjadi juara I di ajang Indonesia Young Business Leaders Award (IYBLA) 2021.

SEPTINDA AYU PRAMITASARI, Surabaya

SEJAK duduk di bangku SD kelas IV, Reza Aulia Akbar menekuni dunia riset. Dia kerap mengikuti lomba tingkat nasional. Sederet prestasi di bidang karya ilmiah maupun produk inovasi pun diraih Reza sejak masih bersekolah hingga saat ini.

Bahkan, di usianya yang masih 23 tahun, Reza sudah terlibat dalam banyak proyek penelitian. Setidaknya, ada lebih dari 34 proyek penelitian yang pernah dikerjakan. Penghargaan dan prestasinya juga lebih dari 50-an. Jika ditulis di dalam curriculum vitae (CV), tentu dibutuhkan berlembar-lembar halaman.

Yang terbaru, Reza berhasil menyabet prestasi bergengsi sebagai juara pertama di ajang Indonesia Young Business Leaders Award (IYBLA) 2021.

Dia mengalahkan beberapa pemimpin perusahaan yang lebih dulu memiliki nama di Indonesia. ’’Di ajang tersebut, partisipannya berasal dari perusahaan-perusahaan besar di Indonesia,’’ kata Reza.

Ya, Reza adalah CEO PT Riset Prestasi Indonesia. Perusahaan yang membidangi riset dan keilmiahan tersebut didirikan pada 2018. Perusahaan rintisan itu pun berhasil membuktikan diri sebagai agen perubahan sosial yang besar di bidang riset dan keilmiahan Indonesia.

Anak pertama di antara dua bersaudara itu mengatakan merintis perusahaan tersebut sejak 2016. Hal itu bermula dari ketertarikannya pada dunia riset dan keilmiahan. Bahkan, kegiatan riset sering dilakukan sejak duduk di bangku SD.

’’Setelah lulus SMA, saya melihat bahwa yang mempunyai fasilitas pembinaan riset ada di Jogja. Namun, di daerah lain belum ada fasilitas pembinaan yang intensif kepada mahasiswa,’’ ujarnya.

Reza pun akhirnya mendirikan Reza Research Company pada saat masuk kuliah sarjana Teknik Sistem dan Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Perusahaan itu didirikan sendiri atas dasar passion di dunia riset dan produk inovasi.

’’Reza Research Company saya inisiasi sendiri. Namanya memang agak aneh. Waktu itu saya kan tidak punya pengalaman soal mendirikan perusahaan. Tapi, itu awal mula PT Riset Prestasi Indonesia ada,’’ ungkap Reza, lantas terkekeh.

Putra pasangan Arif Suharsono dan Dwi Ermavianti itu menambahkan, setelah Reza Research Company tersebut berjalan, pada 2018 barulah dibentuk Science Hunter Indonesia (SHI). Dalam mendirikan SHI, ada dua temannya yang bergabung. Yakni, Kalam Al Jibran yang saat ini menjabat chief marketing officer dan Okto Abdillah sebagai chief branding officer. ’’Tapi, status SHI saat itu belum perusahaan,’’ kata dia.

Meski belum menjadi perusahaan, SHI sudah berjalan dengan baik. Ada banyak mitra sekolah yang menjadi binaan. Baik sekolah negeri maupun swasta. Ada pula yang dari UKM mahasiswa. SHI berfokus pada bidang penalaran dan riset. ’’Karena semakin banyak mitra sekolah yang menjadi binaan kami, mereka rata-rata meminta legalitas hukum dari SHI. Dari situlah kami mendirikan PT Riset Prestasi Indonesia,’’ jelasnya.

PT Riset Prestasi Indonesia tersebut didirikan pada 25 September. Di dalam perusahaan itu, ada program edukasi dan pembinaan. Pada program edukasi, di dalamnya ada kelas online. Kami memiliki 18 kelas online basic karya ilmiah dan penelitian.

’’Bisa dibilang, program ini adalah yang pertama dan kami leading-nya di Indonesia. Sebab, pada zaman saya belum ada program workshop untuk anak SD tentang dasar karya ilmiah dan penelitian,’’ katanya.

Reza menjelaskan, dalam perusahaan rintisan tersebut juga ada produk komersial dan sosial. Produk komersial adalah kelas online yang ada di website SHI. Pembelajarannya lewat website dari materi dan megaseminar online yang mengundang banyak orang.

Sementara itu, program pembinaan tersebut bertujuan mencetak peneliti muda. Bahkan, target market-nya mulai membina anak SD kelas V. Kini, sudah banyak karya dan prestasi yang dihasilkan. Bahkan, saat ini juga ada yang dari universitas. ’’Yang menjadi sekolah mitra, kami bina dalam jangka waktu 1–5 tahun,’’ ujarnya.

Selain SHI, lanjut Reza, PT Riset Prestasi Indonesia memiliki tiga produk lain. Yakni, Rumah Riset Official yang merupakan aplikasi daring untuk pembelajaran terkait penelitian ilmiah. Produk aplikasi tersebut bekerja sama dengan Indonesian Young Scientist Association (IYSA). Platform itu diresmikan pada akhir Februari 2021. ’’Kami tidak hanya mengajarkan, tetapi juga membimbing,’’ jelasnya.

Selain itu, ada Bengkel Inovasi yang merupakan produk pendukung Science Hunter Indonesia dan memberikan wadah bagi para peneliti untuk menciptakan produk inovasinya sendiri (prototipe). Dan, yang terakhir adalah Indonesian Youth Olympiad Center (IYOC) sebagai platform pendidikan yang bergerak dalam bidang olimpiade. ’’Saat ini kami sudah memiliki 40 mentor dan 100 persen mereka adalah anak milenial. Ada yang baru lulus S-1,’’ ujarnya.

Meski masih muda, lanjut dia, mentor yang bergabung dalam SHI tersebut merupakan mahasiswa berprestasi di kampus ternama di Indonesia. Mentor dengan usia muda itu dianggap lebih mudah ketika mengedukasi dan membimbing para pelajar maupun mahasiswa di bidang riset maupun inovasi.

’’Kompetensi mentor milenial ini sangat bagus. Mayoritas mereka berprestasi di berbagai bidang,’’ imbuhnya.

Reza mengatakan, saat ini sudah ada 870-an orang dari komunitas yang menjadi binaan SHI. Bahkan, output-nya pun sudah terlihat. Setidaknya 293 prestasi diraih pelajar maupun mahasiswa yang dibina selama ini. ’’Ke depan, cita-cita kami ingin membuat pusat riset,’’ kata dia.

Reza menambahkan, saat ini Indonesia menduduki peringkat kedua terbawah se-ASEAN untuk riset. Sebab, tidak banyak perusahaan riset di Indonesia. Dengan begitu, dibutuhkan perusahaan swasta yang dapat menaungi riset-riset.

’’Di Indonesia ada LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia). Namun, lebih ke riset global,’’ ujarnya.

Baca Juga: Moeldoko Punya KTA, BW: Ini Bahaya Banget

Sementara itu, untuk mahasiswa dan pelajar, belum ada yang menaungi. Di situlah visi SHI ingin memiliki kurikulum sendiri. ’’Sebenarnya pendidikan riset sangat perlu. Di sekolah tidak ada pembelajaran tentang skripsi. Nah, kami ingin mengubah sistem pendidikan mengarah ke sana,’’ katanya.

Saksikan video menarik berikut ini:


Reza Aulia Akbar, CEO Muda, Membangkitkan Dunia Penelitian