Waktunya Tancap Kredit

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Waktunya Tancap Kredit


JawaPos.com – Keputusan perbankan menurunkan suku bunga dasar kredit (SBDK) mendapat apresiasi dari para ekonom. Mengingat, likuiditas bank masih masih longgar. Dengan suku bunga kredit yang rendah, tentu akan menarik minat masyarakat untuk mengajukan pembiayaan.

“Waktunya tancap kredit,” ujar ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira saat dihubungi Jawa Pos, Kamis (4/3). Khususnya, pada segmen kredit pemilikan rumah (KPR) dan konsumsi non-KPR.

Menurut dia, pertumbuhan kredit mempengaruhi pemulihan ekonomi nasional. Saling berkaitan. Jika pemerintah ingin ekonomi tumbuh 5 persen, maka penyaluran kredit harus tiga kali lipatnya. Minimal tumbuh 15 persen.

“Landasan praktiknya, sektor usaha butuh likuiditas. Dengan hadirnya likuiditas berupa kredit, maka ekonomi bergerak. Pekerja akan naik pendapatannya dan membelanjakan barang lebih banyak,” terang alumnus University of Bradford, Inggris, itu.

Namun, Bhima memperkirakan, pertumbuhan kredit tahun ini bisa mencapai 4 persen. Dengan catatan, langkan penurunan SBDK Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Negara Indonesia (BNI), dan Bank Mandiri konsisten diikuti oleh bank umum lainnya.

Dia menilai, saat ini masyarakat menengah ke bawah sangat hati-hati membelanjakan uangnya. Sementara, tren pertumbuhan simpanan dana kelompok menengah ke atas di bank sudah mulai menurun. “Sayangnya uang yang dikeluarkan malah dipakai untuk main saham. Berputar di pasar finansial. Mau usaha juga prospeknya masih abu-abu. Balik lagi ke pandemi,” bebernya.

Sementara itu, Kepala Ekonom Permata Bank Josua Pardede menuturkan, tren penurunan suku bunga kredit tidak hanya terjadi pada beberapa bank saja. Namun secara keseluruhan yang cenderung menurun merespon penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia 7 day (reverse) repo rate (BI7DRR) yang meengaruhi suku bunga pasar uang antar bank (PUAB).

“Penurunan suku bunga kredit juga dipengaruhi oleh kondisi likuiditas di sistem perbankan yang ample (cukup). Sehingga tidak mendorong peningkatan cost of fund perbankan,” kata Josua melalui pesan singkat. Selain itu, manajemen risiko kredit dari perbankan yang baik dalam memitigasi peningkatan risiko kredit turut mendukung penurunan risk premium.

Terkait manajamen risiko kredit, lanjut dia, perbankan perlu mendorong penyaluran kredit ke sektor-sektor ekonomi resilience (tahan) dan potensial. Artinya, yang tetap tumbuh dan memiliki kinerja yang baik di tengah persebaran SARS-CoV-2.

Di sisi lain, Josua menilai, perlu ada optimalisasi penyerapan anggaran pemulihan ekonomi nasional (PEN). Terutama, untuk penjaminan kredit modal kerja UMKM (usaha mikro, kecil, dan menengah) dan korporasi. “Itu akan mendorong confidence bagi perbankan untuk menyalurkan kredit,” ungkapnya.

Jika aktivitas ekonomi kembali pulih, tentu akan mendorong dari sisi permintaan dan produksi. Yang kemudian, juga menciptkan permintaan kredit yang selanjutnya akan mendorong penurunan suku bunga kredit bank.

Saksikan video menarik berikut ini:


Waktunya Tancap Kredit