Upaya KWT Dorang Cinta Kampanyekan Hobi Berkebun saat Pandemi Covid-19

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Upaya KWT Dorang Cinta Kampanyekan Hobi Berkebun saat Pandemi Covid-19


Pandemi Covid-19 tak menghambat aktivitas Kelompok Wanita Tani (KWT) Dorang Cinta dalam bercocok tanam. Sebaliknya, ibu-ibu itu kian bersemangat mengampanyekan kegiatan yang bisa meringankan beban pangan keluarga tersebut.

EKO HENDRI SAIFUL, Surabaya

TAK heran jika Taman Dorang Cinta sering dikunjungi petugas Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Surabaya. Sebab, taman di lingkungan RT 10, RW 3, Kelurahan Perak Baratm itu cukup ”spesial” jika dibandingkan dengan lainnya. Yang paling sering bikin pengunjung kesengsem adalah puluhan pot unik dan mural di taman. Wadah bunga itu selalu menjadi sorotan pengunjung. Bentuknya lucu-lucu. Ada pot yang dibuat dari ban truk bekas. Ada pula yang berasal dari handuk dan sepatu yang sudah tak terpakai.

”Ini semua barang-barang bekas dari warga RT 10. Yang membuat pot juga masyarakat,” ungkap Ketua KWT Dorang Cinta Diyah Indra Oktavianti kemarin (25/6).

Perempuan asal Jawa Barat itu mengajak Jawa Pos keliling taman di depan rumahnya. Dia sempat bercerita tentang pembuatan pot-pot cantik tersebut. Kata Diyah, ide pembuatan pot apik itu berasal dari anggota KWT. Selain untuk mengampanyekan pengolahan sampah, kegiatan mendaur ulang dilakukan untuk menghias taman lebih hidup. Sebab, bagi Diyah dan teman-temannya, Taman Dorang Cinta memang sudah seperti ”rumah kedua”. Di tempat tersebut, mereka tak hanya bercengkerama. RTH juga dimanfaatkan sebagai senjata KWT untuk mengajak warga bercocok tanam. ”Taman ini menjadi tempat berlatih dan menghibur diri saat kesepian,” ungkap Diyah, lalu tersenyum.

Dia menjelaskan, seluruh anggota KWT sudah sepakat taman harus dibuat menarik agar masyarakat kerasan berada di dalamnya. Selain pot dan mural di tembok taman, ada juga lampu-lampu hias yang dipasang di dekat pintu masuk. Lampu-lampu hias membuat taman tetap hidup saat malam.

Menurut Diyah, RTH memiliki luas sekitar 480 meter persegi. Penataannya dilakukan setahun terakhir. Taman itu dulu merupakan tanah kosong yang ditelantarkan. Saat itu hampir seluruh lahan dipenuhi semak belukar. Karena tak dimanfaatkan, tanah juga dipakai untuk membuang sampah. Yang lebih memprihatinkan lagi, banyak orang pacaran di dalam taman yang kondisinya gelap. Keberadaan mereka dikeluhkan masyarakat. ”Kami sepakat menatanya pelan-pelan. Tanah kosong dibersihkan dan dimanfaatkan untuk bercocok tanam,” kata Diyah.

Saat ini, berkat usaha para anggota KWT, taman sudah berstatus pekarangan pangan lestari (P2L) yang terdaftar di Kementerian Pertanian. Kini fungsinya kian vital. Taman menjadi senjata KWT untuk mengampanyekan kegiatan berkebun. Ada puluhan jenis tumbuhan yang ditanam di dalam pot. Mulai buah-buahan, sayuran, hingga ubi-ubian. Taman juga dimanfaatkan untuk budi daya lele dan ayam. Nah, hasil bercocok tanam itu dibagikan kepada masyarakat. Mereka tak perlu membayar. ”Sebagai gantinya, masyarakat harus ikut berkebun di rumah masing-masing,” ujar Diyah.

Menurut dia, KWT aktif mendampingi masyarakat bercocok tanam. Ada pelatihan rutin di taman. Instrukturnya berasal dari berbagai kalangan. Selain petugas DKPP, ada pula warga yang sudah mahir bercocok tanam.

Berkat upaya KWT, kata Diyah, kesadaran masyarakat Kelurahan Perak terkait dengan pentingnya berkebun makin tinggi. Itu bisa terlihat dari kekompakan warga. Saat ini hampir setiap warga di RW 3 memiliki tanaman di depan rumahnya. Mereka bisa dibilang sudah mandiri. Sebab, warga tak lagi bergantung kepada pedagang sayur keliling. Masyarakat sudah bisa menikmati hasil panen sendiri.

Diyah mengakui, bukan hal mudah mengajak masyarakat berkebun. Banyak alasan di balik penolakan mereka. ”Kami tak kurang akal. KWT gelar kompetisi berkebun untuk masyarakat,” kata Diyah.

Ada beberapa kriteria penilaian dalam kompetisi. Mulai bentuk tanaman, perawatan, hingga hasil panen. ”Hadiahnya sederhana, tapi mengena. Warga yang menang mendapat hadiah pupuk,” ungkap Diah.

Baca Juga: Ini Cerita Keluarga yang Bingung Cari RS di Surabaya

Terkait dengan situasi pandemi Covid-19, perempuan itu menuturkan bahwa pandemi justru menyemangati para anggota KWT. Aksi jalan-jalan ke mal dikurangi. Sebaliknya, ibu-ibu lebih banyak menghabiskan waktu bercocok tanam.

Menurut Diyah, KWT juga memiliki program terkait dengan pencegahan Covid-19. Komunitas itu aktif membagikan sayuran dan rempah-rempah kepada masyarakat. Mereka mendorong warga peduli pada kesehatan dengan mengonsumsi minuman tradisional.


Upaya KWT Dorang Cinta Kampanyekan Hobi Berkebun saat Pandemi Covid-19