Anas Syahrul Alimi: Konser Ramai Lagi Semester Kedua 2022

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Anas Syahrul Alimi: Konser Ramai Lagi Semester Kedua 2022


JawaPos.com – Penggemar musik di tanah air merindukan konser luring. Apalagi mulai ramainya acara musik di mancanegara. Tren penurunan kasus Covid-19 plus turunnya level PPKM di banyak kota menjadikan impian menonton konser luring makin dekat. Tapi, siapkah Indonesia menyambut acara musik dengan standar pelaksanaan berbeda? Berikut wawancara jurnalis Jawa Pos Fahmi Samastuti dengan CEO Rajawali Indonesia Communication Anas Syahrul Alimi tentang ”masa depan” konser di tanah air.

Jawa Pos (JP): Halo, Mas Anas. Akhir pekan ini, Rajawali punya ”gawe” dengan konser Prambanan Jazz Festival (PJF) yang ditayangkan dari Candi Prambanan. Seperti apa teknis pelaksanaannya?

Anas Syahrul Alimi (ASA): Untuk PJF, kami sudah mengajukan izin ke kepolisian dan mendapat review Satgas Covid-19. Karena izin belum bisa keluar untuk acara dengan penonton, kami memutuskan taping live.

JP: Apakah ada keberatan ketika tahu izin belum keluar?

ASA: Jujur, ketika merencanakan acara, kami siap untuk hybrid. Konser bisa diakses online, tapi juga tetap disaksikan penonton secara luring dengan kapasitas terbatas. Tapi, setelah discuss dengan stakeholder terkait izin tadi, kami memutuskan saat ini taping dulu. Mudah-mudahan tahun depan bisa terwujud hybrid.

JP: September lalu, pihak pemerintah mulai memberikan izin untuk acara seni budaya luring dengan berbagai persyaratannya. Kalau dari pihak promotor sendiri, apa saja pertimbangan menggelar acara luring?

ASA: Kami berpegang pada tren perkembangan kasus, status PPKM, dan inmendagri. Kalau syarat memenuhi, barulah kami mengajukan izin ke kepolisian. Dari kepolisian, nanti baru rekomendasi satgas Covid-19.

JP: Tahun ini, Jazz Gunung jadi satu-satunya acara musik full offline. Apakah event itu lantas jadi standar bagi para promotor?

ASA: Jazz Gunung, harusnya iya, karena jadi momen pecah telur. Tapi, kembali lagi, level PPKM tiap daerah berbeda-beda. Tiap daerah, regulasinya juga beda. Di Kabupaten Probolinggo saat itu, kalau tidak salah, statusnya PPKM level 1. Saya rasa, yang tepat bukan menjadikan Jazz Gunung sebagai standar. Tapi, bagaimana pelaksana, pengisi acara, dan penonton beradaptasi.

JP: Bagaimana Rajawali Indonesia Communication merespons standar konser di masa new normal?

ASA: Kami sudah siap dengan rancangan regulasi dan skenario, baik untuk acara hybrid maupun luring. Feeling saya, kita sudah siap dengan konser.

JP: Sejauh ini, acara yang dilaksanakan hybrid menyasar konser pop dan jazz. Apakah hal itu menghalangi konser dengan kemungkinan crowd yang lebih aktif?

ASA: Saya rasa, enggak ada. Mau jazz, rock, apa pun, pelaksanaan pasti dikawal protokol kesehatan ketat. Satu penonton dengan lainnya ada jarak. Di PJF, misalnya, kami sudah menyiapkan regulasi seated concert. Semua penonton duduk dengan jarak yang sudah diatur.

JP: Bagaimana dengan Jogjarockarta nantinya? Apakah bakal menjadi seated concert juga?

ASA: Saya rasa, untuk Jogjarockarta bakal ada perubahan agar tetap nge-blend dengan musik rock. Enggak mungkin dong penonton duduk? Makanya, kami bikin konsep Rock on Jeep untuk penyuka rock.

JP: Konsep Rock on Jeep mirip dengan drive-in concert. Apa pembedanya?

ASA: Di konser drive-in, musik disiarkan lewat frekuensi radio. Di Rock on Jeep, band main live dan musik didengarkan langsung.

JP: Menurut Mas Anas, di tahun kedua pandemi, seperti apa ”kalender” konser tanah air?

ASA: Saya lihatnya mulai sama seperti tahun 2019. Banyak promotor mulai menyiapkan acara untuk dua tahun mendatang.

JP: Kira-kira, kapan perkonseran Indonesia kembali seperti dua tahun lalu?

ASA: Kembali seperti sebelum pandemi, mungkin sulit. Tapi, mungkin bakal ramai konser hybrid atau luring lagi sekitar semester kedua tahun 2022.


Anas Syahrul Alimi: Konser Ramai Lagi Semester Kedua 2022