Usaha Irma Russanti Ciptakan Kreasi Batik dengan Pewarna Tanah

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Usaha Irma Russanti Ciptakan Kreasi Batik dengan Pewarna Tanah


Batik dari tanah bukan hal yang familier di tengah masyarakat. Tanah ternyata bisa jadi pewarna alami lho. Setelah melakukan penelitian sejak 2012, kini Irma Russanti memasarkan produk kreasinya.

RETNO DYAH AGUSTINA, Surabaya

LEMARI kaca setinggi 2 meter milik Irma Russanti itu dipenuhi lembaran batik berbagai motif. Tak ada batik yang sama. Semua memiliki corak dan komposisi warna yang berbeda. ”Susah membuat batik dengan warna yang persis sama,” kata perempuan yang akrab disapa Rosie tersebut.

Kesulitan itu disebabkan pewarna yang digunakan Rosie bukan pewarna kebanyakan batik. Dia memanfaatkan tanah sebagai pewarna dasar. Bisa kuning kecokelatan, kuning kemerahan, hingga gradasi krem. Warna-warna tersebut dihasilkan dari tanah yang diolah dengan berbagai larutan. ”Dan, setiap olahannya tidak bisa persis sama. Meski dicelupkan bersamaan, hasil tiap kain bisa beda,” ungkap penggagas Batik Tanah Unesa (Banesa) tersebut.

Karena itulah, setiap kain batik spesial. Keunikan batik dari tanah tak lagi diragukan. Belum ada yang membuat batik dengan teknik serupa. ”Ada sih batik, tapi dengan tanah liat. Itu jelas beda jauh cara membuatnya,” papar Rosie.

Menurut dia, keunikan itulah yang seharusnya makin dikenal masyarakat Surabaya dan penggemar batik se-Indonesia.

”Makin unik, seharusnya barang kita makin punya nilai. Apalagi, banyak sekali karya batik di sini,” ujarnya saat ditemui di rumahnya di kawasan Kupang Gunung Senin (25/10).

Kini Rosie berusaha memasarkan batik yang dihasilkan dari penelitiannya sembilan tahun terakhir. ”Cukup lama karena saya perlu urus hak paten dan memastikan produksi bisa berjalan dengan menggandeng UMKM,” jelas perempuan yang kini sudah memegang 39 HAKI tersebut.

Proses produksi yang dilakukan memang menggandeng tiga UMKM batik di Jawa Timur. Rosie lebih dulu melatih para perajin batik tentang pembuatan dengan teknik pewarna tanah. Upaya itu dilakukan sebagai salah satu bentuk pemberdayaan. ”Masuk pengabdian masyarakat dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi,” jelas dosen D-4 Tata Busana Program Vokasi Unesa tersebut.

Setelah pelatihan, mereka tetap melakukan sejumlah eksperimen. Padu padan dengan pewarna alam lainnya atau dengan pewarna sintetis. Masing-masing punya karakter bagi batik yang dihasilkan. ”Perjalanan panjang ini yang membuat batik kami masih dijual di harga premium,” ungkap perempuan asli Surabaya tersebut.

Kini Rosie mulai memasarkannya di media sosial dan website resmi. ”Terus diperbaiki supaya nanti bisa langsung beli di website,” tuturnya sambil menunjuk layar laptopnya. Meski belum optimal, Rosie sudah menerima pesanan dalam jumlah banyak dari pelanggan di Jawa Barat.

Impian Rosie tak hanya berhenti di situ. Dia juga ingin batik karyanya menyasar lebih banyak orang. Harga premium tentu tak bisa dijangkau banyak orang. ”Jadi, dari yang menengah ada, yang siap pakai seperti kemeja atau blus juga ada,” terangnya.

Pakaian siap pakai dapat menjangkau lebih banyak pembeli, bukan hanya penyuka batik. Harganya jelas lebih ramah di kantong. ”Tantangannya memang di pembuatan. Kami harus eksperimen lagi agar bisa lebih massal,” katanya. Mulai pencarian tanah yang bisa dimanfaatkan hingga pembuatan yang lebih massal.

Sementara ini, Rosie baru menemukan tanah dari Tanjung Bumi di Madura dan Lamongan. Pencarian tanah memang cukup rumit. Meski sudah terbiasa meneliti selama sembilan tahun, Rosie tetap harus mengambil sampel tanah dari lokasi baru untuk melihat komposisinya. ”Karena terbiasa, kadang pas lihat sudah tahu yang ini susah nih, yang ini kayaknya bisa,” jelasnya.

Tanah dengan bahan silikat yang tinggi sulit dimanfaatkan sebagai pewarna. Begitu juga dalam pewarnaan. Rosie harus memodifikasi alat supaya warna setiap kain bisa sangat mirip. ”Tidak mungkin direndam di alat besar biasa. Harus bisa diputar bolak-balik supaya tidak ada salah satu kain yang mengendap di bawah,” ungkapnya.

Hasil penelitian tersebut juga sedang dipersiapkannya untuk mendapatkan label SNI. Diharapkan, label itu membantu pemasaran batik dengan pewarna tanah bisa sampai ke luar negeri. ”Tapi kan, dibutuhkan modal dan persiapan yang detail. Jadi, satu per satu dikerjakan biar pembeli juga senang dengan karya ini,” tutur Rosie.


Usaha Irma Russanti Ciptakan Kreasi Batik dengan Pewarna Tanah