June 19, 2020 at 06:06AM - Cara Pedagang Pasar Gunung Anyar Beradaptasi dan Bisa Tetap Berjualan -

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Cara Pedagang Pasar Gunung Anyar Beradaptasi dan Bisa Tetap Berjualan

Di tengah pandemi, kegiatan jual beli di pasar tetap harus berjalan. Meski caranya berbeda dengan saat kondisi normal. Banyak pedagang yang berinovasi, mulai membuka jasa titip (jastip) hingga melayani pembeli yang berbelanja lewat video call.

GALIH ADI PRASETYO, Surabaya

Tangan Sudarwati sibuk mengarahkan handphone dari satu pisang ke tandan pisang yang lain. Dia sedang video call bersama salah seorang pembelinya. Sesekali dia guyon sekaligus meyakinkan bahwa pisang di lapaknya berkualitas. ”Wis oke yo, iki sip gedang rojone,” ujar perempuan 45 tahun itu sambil mengakhiri panggilan di gawai miliknya.

Ya, begitulah aktivitasnya sekarang. Lebih banyak menjawab telepon ketimbang melayani pembeli yang datang langsung ke lapaknya di Pasar Gunung Anyar. Pandemi Covid-19 memang membuat Sudarwati berpikir lebih keras. Terutama untuk mempertahankan pelanggannya tetap terhubung.

Salah satunya berjualan secara online. Pembeli tidak perlu datang. Cukup telepon apa yang mau dibeli. Kalau masih bimbang, tinggal video call. Melihat langsung kualitas barang yang hendak dibeli. ”Nomor saya sudah tak kasihkan ke pembeli. Mereka tinggal telepon saja mau pisang seperti apa. Nanti kami antar ke mereka,” papar pedagang yang sudah berjualan selama tiga tahun itu.

Hal tersebut lebih memuaskan pembeli. Sebab, mereka bisa tahu langsung kondisi barang yang dibeli.

”Selera orang beda-beda. Ada yang mau pisang sangat matang atau mau yang hijau juga ada,” ujarnya.

Misalnya, yang diungkapkan Indah Masruroh, salah seorang pembeli. Dia mengatakan, banyak toko besar yang juga menjual dagangan secara online. Namun, dia tidak lantas percaya soal kualitasnya. ”Kalau tidak lihat barangnya langsung, rasanya ada yang mengganjal. Kalau sekarang pakai video call, enak. Bisa tahu barangnya. Tinggal menunggu di rumah,” paparnya.

Setelah pembeli memilih, barang tidak lantas diantar Sudarwati. Biasanya, dia menunggu hingga pasar tutup. Operasional Pasar Gunung Anyar rampung pada pukul 13.00.

Tentu saat awal, tidak mudah bagi dia memahami teknologi yang dipakai. Untung, putrinya yang masih remaja sering ikut ke pasar. Dari situ Sudarwati mulai paham dan bisa mengoperasikan sendiri aplikasi WhatsApp.

Sejak dua bulan lalu, usaha dagang pisang yang digelutinya terimbas pandemi Covid-19. Apalagi saat penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Surabaya. Pembeli langsung turun drastis.

Kini setelah PSBB berakhir, pembeli yang datang belum bisa kembali normal. Jualan online yang sudah berjalan bisa membantu pedagang tetap bertahan hingga sekarang.

Bukan hanya Sudarwati. Hal yang sama dilakukan sejumlah pedagang lain. Di antaranya, Ida Fitria yang berjualan ayam dan jenis daging unggas lain. Kini dia melayani penjualan secara online. ”Benar-benar membantu saat banyak orang yang enggan datang ke pasar,” ujarnya.

Selain berdagang ayam dan diantar ke tempat pembeli, dia juga membuka jastip barang lain. Pembeli ayam bisa sekalian titip untuk membeli bahan-bahan lain. Mulai sayur hingga bumbu.

”Misalnya, orang beli ayam mau dimasak kare. Sekalian nitip kelapa, bumbu, dan bahan lain. Itu bisa sekalian saya layani,” ujarnya. Pembeli cukup menambah biaya seribu rupiah untuk jasa penitipan tersebut.

Belinya pun kepada pedagang lain yang berada di Pasar Gunung Anyar. Dengan begitu, dia turut membantu pedagang yang lain. Imbasnya, tentu semua pedagang di sana bisa bertahan di tengah pandemi.

Dari banyak pelanggan yang dilayani, memang mereka masih enggan untuk berlama-lama di luar rumah. Apalagi kasus Covid-19 di Surabaya terus bertambah. Bagi mereka, adanya jasa seperti itu sangat membantu.

Untuk lebih meyakinkan pembeli, barang dagangan pun dikemas lebih apik. Ayam utuh dikemas dalam plastik khusus. Layaknya ayam potong keluaran pabrikan. Dia meniru higienitas dari penjual besar.

Koordinator Operasional Pasar Gunung Anyar Kemas A. Chalim mengatakan, pedagang sudah dibekali face shield. Kemudian, uang tidak boleh langsung diterima dari tangan pembeli atau penjual. ”Pakai serok sampah yang kecil itu,” ujar ketua Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) itu.

Saksikan video menarik berikut ini:

Cara Pedagang Pasar Gunung Anyar Beradaptasi dan Bisa Tetap Berjualan