Kiprah Komunitas Emak Baperan di Surabaya Membina 100 Pelaku UMKM

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Kiprah Komunitas Emak Baperan di Surabaya Membina 100 Pelaku UMKM


Septian Dian Ningtyas memiliki keinginan untuk membantu para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang sedang kesusahan pada masa pandemi Covid-19. Bersama tiga sahabatnya, ibu rumah tangga itu membentuk sebuah komunitas. Namanya Emak Baperan alias emak atau ibu-ibu membawa perbaikan.

ARIF ADI WIJAYA, Surabaya

Satu tahun berlalu. Pandemi Covid-19 belum juga berakhir. Tepat Desember 2020, Septiana merenung di meja makan rumah sendirian. Dia prihatin membaca berita-berita yang mengabarkan nasib para pelaku UMKM. Terlihat sekali bahwa para pengusaha kecil paling terdampak.

Ibu rumah tangga yang tinggal di Jalan Tidar, Kecamatan Bubutan, itu lantas mengambil handphone di meja. Satu per satu kontak beberapa sahabatnya dibuka.

Ada tiga orang yang dihubungi. Yakni, Putri Kartika yang merupakan trainer muai thai, Livia Handoko yang berprofesi guru, dan Titik Petra Viviena Pascanio yang bekerja di salah satu perusahaan properti. Pesan yang dikirim begitu singkat. ’’Ayo bantu aku bikin komunitas,” tulisnya dalam pesan singkat yang di-broadcast ke tiga sahabatnya itu.

Empat ibu-ibu itu pun berkumpul. Mendiskusikan konsep komunitas yang akan dibentuk. Inti tujuannya adalah membantu para pelaku UMKM agar bisa berkembang di masa pandemi. ’’Kami ketemu, ngobrol-ngobrol, akhirnya jadi. Hehehe,” kata ibu dua anak itu, lantas tertawa.

Nama Emak Baperan diambil bukan tanpa alasan. Selama ini, orang berasumsi bahwa kaum emak-emak hanya sekumpulan orang yang suka kumpul-kumpul tanpa alasan yang jelas. Cenderung ngawur. ’’Seperti riting kanan belok kiri, itu khas emak-emak, hahaha,” kata perempuan 38 tahun itu.

Nah, komunitas itu ngin membangun image baru. Emak-emak juga bisa produktif. Bukan seperti yang dibayangkan banyak orang. Nah, kata baperan merupakan representasi dari sifat alamiah perempuan yang memang sensitif dalam hal perasaan. ’’Tapi, di komunitas ini kita artikan baperan itu positif. Yakni, membawa perbaikan,” terangnya.

Septiana didapuk sebagai pembina sekaligus penggagas komunitas. Petra ditunjuk sebagai ketua. Livia dipercaya sebagai sekretaris dan bendaharanya Putri. Akhir 2020, Septiana mulai merancang kegiatan. Acaranya sederhana. Hanya demo memasak. Yang diundang ibu-ibu rumah tangga di kampung-kampung.

Dengan bantuan pihak ketiga, Septiana berhasil mendatangkan puluhan ibu-ibu rumah tangga ke acara yang digelar di salah satu pusat perbelanjaan di Surabaya Barat. Nah, dalam acara tersebut, para peserta ditawari ikut komunitas. Tidak ada biaya yang dibebankan kepada calon anggota. ’’Hanya butuh niat dan kemauan,” kata istri Tjutjuk Supariono itu.

Berbekal jaringan yang dimiliki empat pendiri komunitas, kegiatan bisa digelar bulan. Seiring berjalannya waktu, jumlah anggota komunitas bertambah. Rata-rata merupakan ibu rumah tangga yang memiliki usaha kecil-kecilan. Ada pula yang benar-benar tidak bekerja. ’’Tapi, sekarang mulai merintis usaha,” kata Septiana.

Total ada 100 ibu rumah tangga yang sudah bergabung selama enam bulan terakhir. Petra, ketua komunitas Emak Baperan, mengatakan bahwa pembentukan komunitas itu memang bertujuan untuk membantu para pelaku UMKM yang sedang kesusahan di masa pandemi.

Selama enam bulan terakhir, sudah puluhan kegiatan terselenggara. Tidak hanya demo memasak. Ibu-ibu juga diberi pelatihan tata rias hingga barista. Juga, diajari cara promosi. Salah satunya menggunakan media sosial (medsos) yang memang cukup terjangkau bagi pelaku UMKM.

Tidak sekadar promosi. Petra yang memang sangat berpengalaman di bidang marketing mengatakan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mempromosikan barang dagangan. Salah satunya adalah tampilan barang yang akan dipromosikan untuk dijual. Visualnya harus menarik.

Nah, agar bisa terlihat menarik, para anggota komunitas diberi pelatihan fotografi. Fotografer profesional Daniel Khosuma didatangkan sebagai mentor. ’’Tidak perlu pakai kamera DSLR atau mirrorless. Cukup pakai handphone. Yang penting, pengambilan gambarnya tepat,” ucap warga Petemon Kuburan, Kecamatan Sawahan, itu.

Selain itu, komunitas Emak Baperan kerap menggelar event pameran hasil produk UMKM. Semua anggota diajak. Dalam kegiatan pameran maupun pelatihan, tidak ada biaya yang dibebankan kepada anggota.

Lalu, dari mana dana yang dipakai untuk kegiatan? ’’Kami mencari sponsorship. Juga ada orang baik yang membantu,” kata Petra.

Perempuan 39 tahun itu menilai, pada masa pandemi ini, orang harus bisa berpikir kreatif. Tidak boleh berpangku tangan dan menunggu. ’’Harus mau bergerak untuk berubah menjadi lebih baik. Tidak boleh diam dan merenungi nasib. Seperti yang dikatakan Bu Dian (Septiana, Red), yang dibutuhkan hanya niat dan kemauan,” tuturnya.

Baca Juga: Covid-19 Meningkat, Pemkot Surabaya Tunda Dulu Pertemuan Tatap Muka

Dari komunitas Emak Baperan, Petra berharap citra ibu-ibu yang selama ini kurang baik bisa berubah. Ibu rumah tangga sekalipun, kata Petra, harus mengambil peran penting dalam rumah tangga. ’’Ke depan, kami tidak hanya mengadakan acara-acara pelatihan yang bersifat teknis keterampilan. Nanti kami ingin membagikan wawasan tentang bagaimana perempuan menjalankan perannya sebagai ibu, istri, maupun bagian dari tumpuan ekonomi tanpa mengesampingkan peran suami. Kata orang bijak, bisa jadi perempuan yang cantik luar dalam, hehehe,” jelas ibu dua anak itu. 


Kiprah Komunitas Emak Baperan di Surabaya Membina 100 Pelaku UMKM