Mengikuti Proses Vaksinasi Covid-19 Keliling untuk Para Lansia

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Mengikuti Proses Vaksinasi Covid-19 Keliling untuk Para Lansia


Melakukan vaksinasi kepada orang dewasa itu hal biasa. Namun, terkadang usaha ekstrakeras harus dilakukan ketika memvaksin orang lanjut usia (lansia). Para tenaga kesehatan dan perangkat kecamatan, kelurahan, dan RT/RW harus ikut turun tangan hingga keliling ke rumah-rumah warga.

SHABRINA PARAMACITRA-FAJAR ANUGRAH TUMANGGOR, Surabaya

YASNI terus merengek-rengek di dalam kamar rumahnya di kawasan Babat Jerawat siang itu (31/5). Wajahnya cemberut. Bibir bawahnya sedikit manyun. Aura keibuannya tampak redup. Sejak 30 menit lalu, dia dikerumuni banyak orang: suami, dua anaknya, pak dokter, dan pak lurah. Mereka terus membujuk nenek 69 tahun itu agar mau divaksin. Nyatanya, Yasni begitu takut. Bulir-bulir air mata meleleh. Tampak sekali dia begitu takut disuntik.

Untuk ukuran orang yang enggan disuntik sejak kecil, membayangkan proses vaksinasi tentu menakutkan sekali bukan? Jarum suntik yang begitu kecil dan tajam menembus berlapis-lapis kulit, daging, dan tulang di bawahnya. Belum lagi, membayangkan ada cairan yang entah apa itu namanya masuk ke darah dan sel-sel tubuh. Meski kata pak dokter cairan itu bisa membuat badannya kebal penyakit, Yasni kukuh menolak.

’’Mboten purun. Kulo sampun sehat. Sampun normal. Wes, mboten, mboten (Tidak mau. Saya sudah sehat. Sudah normal. Sudah, tidak, tidak, Red),” ujar Yasni kepada Kepala Puskesmas Benowo dr Aloysius Tri Joehanto yang membujuknya. Kedua anak Yasni, Muntiani dan Muslikhah, tidak mempan pula merayu ibunya itu.

’’Bu, nanti saya saja yang suntik, ndak sakit. Dulu ibu mengajak anaknya imunisasi di posyandu, sekarang masak ibu tidak mau diimunisasi, hayo…” ucap Joe, sapaan akrab Joehanto. Senyumnya ramah, berusaha meyakinkan bahwa disuntik itu tidak sakit. ’’Seperti digigit semut saja kok,” imbuhnya.

Bujukan-bujukan serupa terus dilontarkan kepada Yasni. Dia pun luluh. Dia menyodorkan tangan kirinya untuk disuntik. Dengan takut-takut, dia bersedia divaksin. Akhirnya… 1, 2, 3, vaksin Sinovac berhasil masuk ke jaringan dan sel-sel tubuh Yasni. ’’Mana hadiahku, Pak Lurah?” tanya Yasni seusai disuntik. Dia berkelakar di tengah kelegaannya menerima suntikan.

Yasni adalah satu di antara sekian banyak orang lanjut usia yang sangat sulit menerima vaksinasi. Suami Yasni, Tholib, awalnya juga enggan disuntik karena takut. Namun, akhirnya dia mau. Dan, tidak ada reaksi apa-apa. ’’Ibu (istrinya, Yasni, Red) tadi juga sudah saya rayu, sampai nangis, ndak mau juga,” kata kakek 73 tahun itu.

Sejauh ini, sudah ada 2.900 lansia di Kecamatan Pakal yang menerima vaksin. Masih kurang sekitar 1.300 sasaran lansia lagi. Untuk itu, pihak puskesmas harus kerja ekstrakeras. ’’Kami sudah undang warga untuk datang ke lokasi vaksinasi, tetapi banyak yang tidak datang. Akhirnya kami harus keliling seperti ini. Kebanyakan di antara mereka takut, ragu, dan ada juga yang bekerja,” kata Joe.

Lurah Babat Jerawat Imam Agung mengatakan, memang dibutuhkan usaha yang lebih keras untuk memvaksin para lansia. Mereka harus diedukasi dengan berbagai cara. Pihak kelurahan sudah lama memberikan sosialisasi. Namun, kebanyakan lansia itu memiliki ketakutan tersendiri. Ada yang takut disuntik, takut malah jadi tambah sakit, takut terkena efek samping, dan takut-takut yang lain.

’’Ya beginilah. Kami harus berusaha terus mengedukasi. Kami rayu, kami bujuk, kami datangi ke rumahnya. Mau bagaimana lagi, kita memang harus kerja keras untuk menangani pandemi ini,” ujarnya.

Sementara itu, vaksinasi Covid-19 di wilayah kerja Medokan Ayu terus dilakukan. Saat ini, per hari vaksinasi dilakukan terhadap 50–100 orang. Berdasar data terakhir, setidaknya ada 284 lansia lagi yang belum divaksin.

Ketua Kelurahan Siaga Bencana (KSB) Medokan Ayu Mikhael Markus menuturkan, pihaknya bersama puskesmas menggencarkan vaksinasi secara door-to-door maupun di puskesmas. ’’Untuk saat ini menyasar penjual toko kelontong, takmir masjid, dan satgas,” ungkapnya.

Markus yakin dalam waktu dekat jumlah sasaran vaksinasi di Medokan Ayu bisa mencapai target. Jumlahnya 1.300 orang. Dia mengatakan, sosialisasi ke rumah-rumah sudah dilakukan. Hal itu dibuat berkelanjutan untuk menjangkau masyarakat luas. ’’Masih banyak yang takut, termakan hoaks, dan belum mengetahui vaksinasi ini,” tambahnya. Karena itu, diperlukan kesabaran dalam melaksanakan vaksinasi. ’’Tidak boleh memaksakan kehendak,” tuturnya.

Markus menambahkan, sejauh ini lansia yang sudah divaksin sehat dan tanpa keluhan. ’’Untuk mereka yang sakit, direkomendasikan mengunjungi dokter spesialis dulu, baru divaksin supaya tidak menimbulkan dampak yang fatal,” tambahnya.

Selain melakukan vaksinasi di area Puskesmas Medokan Ayu dan door-to-door, pihaknya turut serta dalam vaksinasi di puskesmas pembantu. ’’Ini dilakukan untuk menjangkau warga yang berada di gang kampung,” ujarnya. Vaksinasi dilakukan tim medis dengan memakai alat pelindung diri lengkap.

Markus berharap vaksinasi dilaksanakan dengan cepat sehingga bisa menyasar kelompok selain lansia. ’’Pihak kelurahan memastikan vaksinasi dilakukan dengan penuh kehati-hatian dan disosialisasikan secara persuasif,” tuturnya. Dengan begitu, vaksinasi tidak memberikan dampak negatif bagi psikologis masyarakat.

Baca Juga: Koran Belanda Sebut Sunan Ampel Sebagai Pendiri Surabaya

Lurah Medokan Ayu Ahmad Yardo menambahkan, dalam situasi seperti sekarang, kolaborasi antarelemen dibutuhkan. ’’Terutama untuk menyadarkan lansia dari serangan berita hoaks,” tambahnya. Kesimpangsiuran berita yang diterima lansia, kata dia, kerap menjadi penghalang vaksinasi di lapangan. ’’Kami dekati pelan-pelan, lalu beri pemahaman yang benar,” paparnya. 


Mengikuti Proses Vaksinasi Covid-19 Keliling untuk Para Lansia