Semangati Nakes, Nenek 4 Cucu Bikin Lagu, Sepintas Mirip Franky & Jane

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Semangati Nakes, Nenek 4 Cucu Bikin Lagu, Sepintas Mirip Franky & Jane


JawaPos.com- Kasus Covid-19, terus berangsur melandai. Kondisi ini tidak lepas dari pengabdian para tenaga kesehatan (nakes). Dokter, perawat, dan tenaga medis lainnya. Mereka bekerja sepanjang hari. Berada di garda depan sepanjang pandemi. Tidak sedikit yang berguguran.

Sri Wahyuni tergerak. Dia pun berinisiatif membuat lagu spesial. Judulnya: Pengabdianmu. Tembang itu memang dipersembahkan khusus bagi nakes dan paramedis. Sebagai penyemangat. Sejumlah penikmat menyebut, sepintas suaranya mirip lantunan lagu Franky & Jane Sahilatua.

“Hampir setiap hari, kabar duka itu datang. Terlebih Juli lalu. Saya sampai tidak berani membuka pesan di WhatsApp,” cerita Uyun, panggilan Sri Wahyuni, kepada Jawa Pos (27/8).

Cerita duka terus berdatangan. Bahkan, satu persatu kerabat nakesnya juga ada yang harus berpulang. Tidak sedikit usia mereka jauh lebih muda darinya. Sadar tidak memiliki keahlian di bidang kesehatan, dia ingin memberikan dukungan dengan cara lain. Yaitu, melalui lagu. Memacu semangat para nakes untuk terus tidak lelah, mengabdikan diri demi pemulihan pandemi. Entah sampai kapan. “Itulah alasan saya membuat lagu Pengabdianmu. Setidaknya, bisa menghibur dan menyemangati mereka saat bertugas,” jelasnya.

Lagu tersebut telah diunggah di YouTube: Sanggar Seni Dinamika. Rupanya, dia juga memiliki alasan lain. Sengaja menghindari notifikasi kabar duka dari smartphone miliknya. Magister Seni dan Budya Unesa itu pun ingin tetap produktif. Dalam lirik lagu itu, dia juga mengajak para pendengar untuk melihat perjuangan para nakes. Bagaimana mereka meninggalkan keluarga. Bekerja dengan jam tidak menentu. Bahkan, terbilang menantang maut.

Uyun berharap, karya tersebut juga mampu menginspirasi masyarakat. Agar tidak larut dalam keluh. Namun, tetap produktif selama masa pandemi. “Dukungan itu bagian dari doa. Semoga pandemi ini segera berakhir dan kita kembali bisa beraktifitas seperti semula,” ungkapnya.

Menyebut nama Uyun, tentu sudah tidak asing bagi warga Gresik. Terutama bagi para pegiat seni dan budaya di Gresik. Usianya sudah tidak lagi muda. Sudah lebih 61 tahun. Cucunya pun sudah empat. Sepanjang hidupnya, praktis dihabiskan untuk ikut menjaga nilai-nilai seni dan budaya kearifan lokal.

Uyun seorang guru. Dia menekuni seni sejak SMP. Sudah kerap pentas ke sana kemari. Pada 1975, dia bergabung dengan grup teater SMA Muhammadiyah 1 Gresik. Setelah lulus, Uyun mengajar seni di SD Muhammadiyah 2 Gresik.

Kecintaannya pada dunia seni semakin terpupuk. Uyun memutuskan bergabung dengan sejumlah grup teater.

Di salah satu grup teater itulah, Uyun bertemu Lenon Machali. Laki-laki yang juga seniman teater ternama di Kota Pudak. Keduanya lalu menikah. Namun, pada Juli 2016 lalu, Uyun yang pernah meraih gelar guru musik terbaik Jatim pada 2014 itu kehilangan sosok suami, sekaligus partner terbaiknya. Lenon yang dijuluki Bapak Teater Gresik itu meninggal di usia 63 tahun.

Namun, spirit Uyun tidak hilang. Dia tetap bertekad menghidupkan seni dan budaya di Gresik. Kendati usianya tidak lagi muda, Uyun juga aktif mengabdi dan menebarkan ilmu di beberapa lembaga. Mulai di sekolah, PD Muhammadiyah, Aisyiyah, hingga Majelis Ulama Indonesia (MUI) Gresik.

Uyun ingin terus menularkan pengetahuan dan pengalamannya. Tujuannya menebarkan motivasi. Seni juga dakwah. Melalui seni juga bisa membangun karakter untuk lebih percaya diri. Terlebih karyanya mendapat apresiasi. Dia berharap ‘’nyala api’’ itu bisa terus abadi. Di tangan anak-anak generasi penerusnya kelak.

 


Semangati Nakes, Nenek 4 Cucu Bikin Lagu, Sepintas Mirip Franky & Jane