Widianto Wahyu, ABK Tak Patah Semangat Berjuang untuk Bertahan Hidup

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Widianto Wahyu, ABK Tak Patah Semangat Berjuang untuk Bertahan Hidup


Terlahir sebagai tunawicara, Widianto Wahyu Utama tak patah semangat. Berawal dari melihat pekerjaan mendiang sang ibu, dia berhasil menjuarai desain grafis tingkat nasional. Kini jalan panjang harus dilaluinya. Yakni, berjuang bertahan hidup dan mendapat beasiswa kuliah.

WAHYU ZANUAR BUSTOMI, Surabaya

TAMPIL rapi dan sopan adalah gaya khas Widianto Wahyu Utama. Dibantu guru pendamping, Nawal Abdina Sandi, dia mulai bercerita. Meski dengan bahasa isyarat, ruangan kepala SMA LB Karya Mulia penuh dengan canda. Gelegar tawa kerap terdengar.

Suasana menjadi hangat. Sesekali Ian, sapaan akrabnya, juga membuat candaan. Raut wajahnya semringah. Selama ini jalan hidupnya memang tidak mudah. Hebatnya, kisah-kisah pilu itu selalu dia simpan. Bahkan, guru pendampingnya hanya tahu sekilas.

Sebagai penghubung, Dina –sapaan akrab Nawal Abdina Sandi– menghela napas. Dia terharu akan cerita muridnya itu.’’Kenapa baru cerita, kamu keren, harus semangat,’’ ucapnya kepada Ian kemarin pagi (26/8).

Ian memang bukan sosok introver. Dia pun punya banyak teman dan rendah hati. Yang dibagikan justru cerita senangnya saja.

Bakat terpendamnya di bidang seni terlihat sejak dini. Tiga tahun lalu. Tepatnya saat kelas X, Ian mulai belajar seni grafis meskipun secara otodidak. Berbekal belajar melihat tayangan YouTube, dia mulai mengeksplorasi bakatnya membuat desain grafis. Selain di sekolah, Ian belajar di rumah. Modalnya hanya laptop satu-satunya yang dia punya.

Alat yang digunakan memang hanya laptop. Jangankan membeli drawing pad, kebutuhan untuk jajan dan aktivitas lainnya saja dia harus mencari sendiri. Termasuk membuka jasa desain dan editing video serta foto. Namun, hasilnya juga tidak banyak. Apalagi, dia tidak pernah mematok harga. Seikhlasnya saja.

Ian adalah anak ledua di antara tiga bersaudara. Kedua orang tuanya sudah lama meninggal. Kini dia hidup bersama om dan tantenya.

Sementara itu, adik perempuannya tinggal di rumah dengan neneknya di daerah Pacar Keling. ’’Adik merawat bibi di rumah, dia sudah tua dan sedang sakit,’’ ucapnya dengan bahasa isyarat.

Kakak dan adiknya sedang berjuang menyelesaikan kuliah. Bedanya, sang kakak berada di Jakarta. Adiknya mendapat beasiswa di Universitas Airlangga. Ian baru saja tamat SMA LB Karya Mulia pada Juni lalu. Karena itu, dia ingin mengikuti jejak kedua saudaranya. Melanjutkan ke perguruan tinggi.

Sayangnya, itu semua tidak mudah dicapai. Selain kendala disabilitas, hambatan terbesar adalah biaya.

Apalagi, tidak semua universitas bisa menerima mahasiswa penyandang disabilitas. Soal jurusan, Ian sudah yakin, yakni desain grafis. Maklum, pemuda 19 tahun itu sudah sering mengikuti lomba desain. Bahkan, tahun lalu dia menyabet dua gelar juara di tingkat provinsi dan nasional.

Ian terpilih mewakili SMA LB Karya Mulia dalam Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Lomba pertama tingkat provinsi digelar di Batu. Dia berhasil menyabet juara II. Kemudian, Ian terpilih mewakili provinsi maju ke tingkat nasional pada Oktober 2020. Alhamdulillah, dia meraih juara harapan II.

Bakat desain grafis Ian dimulai dari melukis. Dia mengungkapkan, peran mendiang ibunya tidak bisa dilepaskan. Dia melihat ibunya berjualan gambar. Dari situ dia mulai berkeinginan menggambar. Meski, medianya hanya kertas.

Sayangnya, ibunya meninggal karena sakit. Aktivitas melukisnya pun sempat terhenti. Namun, dia kembali bangkit dan belajar. Hingga akhirnya, dia memutuskan belajar desain grafis secara otodidak dari video di YouTube.

Selain ingin mendapat beasiswa, Ian sekarang fokus mencari poster lomba desain online. Termasuk melamar pekerjaan yang khusus menerima penyandang disabilitas. Ian menuturkan, saat ikut lomba, dirinya selalu berharap bisa menang. Sebab, hadiahnya bisa ditabung dan sedikit dibuat jajan. Apalagi, keinginannya sekarang adalah membeli motor bekas. Tujuannya, bisa menjemput adiknya saat kuliah.

Kepala SMA LB Karya Mulia Totok Warsito mengatakan, pihaknya menjalin kerja sama dengan berbagai dunia industri. Termasuk mencarikan dan membantu jika ada siswanya yang ingin berkuliah atau bekerja. ’’Ian ini pintar dan dikenal sangat sopan,’’ terangnya.


Widianto Wahyu, ABK Tak Patah Semangat Berjuang untuk Bertahan Hidup