Belum Vaksin, Hampir Gagal Jantung, Warga Singapura Selamat dari Maut

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Belum Vaksin, Hampir Gagal Jantung, Warga Singapura Selamat dari Maut


JawaPos.com – Warga Singapura bernama Lee Sock Lee mengalami pengalaman haru terkait Covid-19. Ia tak menyangka bisa selamat dari maut usai terkena Covid-19. Padahal, ia sudah dalam kondisi kritis dan jantung serta paru-parunya sudah memburuk.

Awalnya pada 13 September lalu, ia mendapat hasil positif saat tes cepat antigen Covid-19. Akan tetapi, keadaan dengan cepat berubah menjadi lebih buruk. Dalam 24 jam berikutnya, dia dalam perawatan kritis dan berjuang untuk bertahan hidup.

Ibu rumah tangga berusia 43 tahun itu pingsan dan dilarikan ke ruang gawat darurat Rumah Sakit Umum Ng Teng Fong (NTFGH) pada 13 September. Ia berada di ambang kolaps dengan gangguan kardiovaskular dan hampir meninggal. Ia langsung diintervensi dengan pengobatan oksigenasi membran ekstrakorporeal (Ecmo). Ecmo adalah mesin penyelamat hidup yang mengambil alih fungsi jantung dan paru-paru.

Lee memang belum divaksin Covid-19. Ia menunda vaksinasi karena punya riwayat alergi makanan, tetapi tidak memiliki penyakit penyerta yang sudah ada sebelumnya. Keluarga sedang menunggu kedatangan Novavax, vaksin Covid-19 berbasis protein.

“Ini adalah kesempatan kedua dalam hidup saya. Jika saya meninggal, suami saya yang merawat keempat anak kami yang masih muda. Bagi yang masih ragu untuk mendapatkan vaksin, memang ada risiko efek samping, tapi tolong jangan tunda lagi,” tukasnya.

Ia menggambarkan pengalamannya sebagai traumatis bagi keluarganya, terutama suaminya. Lee menambahkan vaksinasi berpotensi menyelamatkan hidup seseorang.

“Anda tidak perlu melalui apa yang saya alami dan apa yang saya berikan kepada keluarga saya,” katanya.

Keluarganya yang terdiri dari enam orang positif Covid-19. Untungnya, anak-anaknya dan suaminya hanya mengalami gejala ringan seperti demam dan sakit kepala.

Suaminya telah divaksinasi sebagian dan putra sulungnya divaksinasi penuh. Sisanya belum divaksinasi.

Setelah masuk ke NTFGH, dia dipindahkan ke National University Hospital (NUH) pada 14 September dan memakai Ecmo venoarterial, mesin jantung-paru yang digunakan untuk paru-paru bencana atau gagal jantung. Mesin mengeluarkan darah dari pasien sebelum mengeluarkan karbon dioksida dari darah dan menambahkan oksigen ke dalamnya. Mesin kemudian memompa darah kembali ke pasien.

Jantung Lee berhasil pulih, tetapi beberapa gejala yang tersisa dan jaringan parut pada jaringan jantungnya tetap ada. Tubuhnya mengalami dekondisi parah, akibat sakit kritis, dan dia harus mempelajari kembali beberapa fungsi dasar.

“Saya harus menjalani terapi bicara, fisioterapi, terapi okupasi, dan awalnya saya harus belajar kembali cara makan, mandi sendiri, berjalan, keseimbangan dan melakukan hal-hal seperti melipat pakaian,” katanya.

Lee sekarang menjadi lebih mudah lelah dan terengah-engah dan perlahan-lahan mendapatkan kembali kekuatannya. “Saya tidak tahu betapa kritisnya saya ketika dirawat di rumah sakit,” kata Lee.

“Para dokter dan tim merawat saya dengan sangat baik. Dan saya akan benar-benar mendorong semua orang untuk mengambil vaksin sehingga mereka tidak menjadi sakit parah dan menjadi beban bagi dokter dan perawat yang telah bekerja berjam-jam,” ungkapnya.


Belum Vaksin, Hampir Gagal Jantung, Warga Singapura Selamat dari Maut