Juliastono Harrysiswanto, Kolektor 10 Ribu Buku Cerita Silat

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Juliastono Harrysiswanto, Kolektor 10 Ribu Buku Cerita Silat


Bagi Juliastono, cerita silat tidak sekadar entertainment dalam buku cerita ataupun film. Lewat hobinya membaca cerita silat sejak duduk di bangku sekolah dasar itu, dia tahu banyak soal sejarah dan bisa berkeliling Indonesia. Hal itulah yang selalu membuatnya ketagihan hingga sekarang.

MARIYAMA DINA, Surabaya

RATUSAN judul buku tersusun rapi pada rak-rak di ruang kantor Juliastono Harrysiswanto yang berada di Kendangsari, Surabaya. Mulai buku dengan kertas yang masih berwarna putih hingga kertas yang sudah kecokelatan. Semuanya berada di dalam ruangan itu. Berbagai genre pun ada di sana.

Perkenalannya dengan buku silat itu dimulai saat duduk di bangku kelas V sekolah dasar. ”Waktu itu lihat teman di kelas lagi baca buku silatnya Kho Ping Hoo. Terus saya baca sekilas-sekilas kok menarik. Akhirnya cari di tempat penyewaan buku,” ceritanya.

Sebelum mengenal buku cerita silat, pria asal Jember tersebut mengaku sudah lebih menggilai komik. Bahkan, dia mulai mengoleksi buku komik saat duduk di bangku sekolah dasar juga. Setelah mengenal buku cerita silat, dia pun mengoleksi buku silat. Bahkan hingga kini.

Selama menjadi penggemar buku cerita silat hampir 40 tahun, Juliastono mengatakan sudah memiliki 10 ribu judul. ”Itu masih yang cerita silat saja. Buku yang lain juga banyak sebenarnya,” sambungnya.

Bagi pria yang juga seorang arsitek itu, buku cerita silat selalu menjadi yang paling menarik karena isinya dianggapnya paling lengkap. Sejarah, adegan silat, romantisme, hingga politik dikemas apik dalam cerita tersebut. ”Komplet pokoknya. Semua ada,” ujarnya.

Lewat membaca buku silat, dia bercerita banyak bagaimana dirinya memahami Tiongkok. Memahami sihir-sihir yang tren di masa dulu. Bahkan, dia juga mengaku bisa berkeliling Indonesia hanya lewat buku silat. ”Si Buta dari Gua Hantu itu kan keliling Nusantara. Dia jalan dari Borobudur sampai Larantuka. Itu sangat menarik,” ceritanya.

Hanya lewat cerita Si Buta, Juliastono kecil waktu itu bisa mengetahui berbagai nama daerah dan budaya di Indonesia. ”Oh, di daerah ini budayanya begini, orangnya begini. Itu dulu yang bikin kita seneng. Memang gambar nggak bagus-bagus amat, tapi ceritanya bagus. Jadi, bisa keliling Indonesia dengan murah,” ujarnya, lantas tertawa.

Jika ada cerita silat yang sangat menarik, dia mengaku akan membacanya empat sampai lima kali. ”Dari situ sampai hafal ngelentek ceritanya sampai jurus-jurusnya. Sampai dulu itu kalau mainan sama temen-temen, kita mainnya jurus-jurusan. Misalnya, ayo aku pakai jurus ini, mbok lawan pakai jurus apa biar bisa menang,” kenangnya.

Keseruan membaca dan memahami buku cerita silat itu memang terus dibawanya hingga sekarang. Namun, penikmat buku silat semakin ke sini dianggapnya terus berkurang. Terlebih, anak-anak muda zaman sekarang terbiasa dengan hiburan yang lebih canggih lewat gadget dan media sosial.

Namun, mengoleksi buku cerita silat dan terus melengkapi serial-serial yang masih bolong tetap dilakukan Juliastono hingga sekarang. Pria yang juga menjadi salah seorang pendiri Perpustakaan Medayu Agung, Surabaya, itu hanya ingin terus menjalankan hobinya karena memang menyukainya.

Berkumpul dengan para pencinta buku silat lainnya juga masih sering dilakoni untuk bernostalgia atau terus berbagi hal baru. ”Soalnya tiap kita ketemu pun, pasti ada hal baru yang bisa dibahas,” imbuhnya. Dari situ, dia hanya ingin memberikan fasilitas ilmu pengetahuan dan data soal buku cerita silat dan buku lainnya lewat koleksinya itu.

Baca Juga: Dosen Unair Ingatkan Pemkot Surabaya Hati-Hati Deposito Rp 100 Juta

Namun, Juliastono mengaku tidak memaksa jika belum ada yang mau diwarisi buku-bukunya itu. ”Anak saya pun belum tentu mau. Tapi, kita punyanya ini, mau nikmati oke, nggak mau menikmati juga nggak papa. Syukur-syukur kalau ada yang mau buat penelitian lanjutan. Kita bakal lebih seneng,” ungkapnya.

Prinsipnya, dia memberikan fasilitas buku bacaan dari koleksinya itu karena ingin melawan dua musuh Indonesia. Yakni, melawan kemiskinan dan kebodohan. ”Caranya? Ya belajar dan membaca buku sebanyak-banyaknya,” terangnya. 

Saksikan video menarik berikut ini:


Juliastono Harrysiswanto, Kolektor 10 Ribu Buku Cerita Silat