Mengenal Para Juru Bahasa Isyarat di Polda Jatim

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Mengenal Para Juru Bahasa Isyarat di Polda Jatim


Polda Jatim dan polres jajarannya belakangan menghadirkan juru bahasa isyarat setiap melaksanakan konferensi pers. Mereka dihadirkan untuk mengoptimalkan kebutuhan informasi masyarakat.

HASTI EDI SUDRAJAT, Surabaya

YANDA Maria Elsera Siregar terlihat sangat fokus. Wajahnya terus menghadap ke depan. Pada saat bersamaan, jemari tangannya lincah bergerak. Bergantian. Menerjemahkan ucapan yang didengarnya ke bahasa isyarat.

Perempuan 26 tahun itu menjadi juru bahasa isyarat di Mapolda Jatim kemarin. Dia mendampingi sejumlah pejabat polda yang menyampaikan penangkapan bandar narkoba. ’’Gampang-gampang susah,” katanya setelah konferensi pers berakhir.

Gampang karena dia sudah terbiasa menjadi juru bahasa isyarat. Namun, pengalamannya selama ini lebih banyak di luar kepolisian. Jadi, dia harus menyesuaikan diri. ’’Materi yang disampaikan di sini dan di tempat lain kan berbeda,” ungkapnya.

Namun, perbedaan itu bukan sebuah kendala yang berarti. Sebab, pada umumnya bahasa isyarat hampir sama.

’’Hanya masalah penyesuaian. Di tempat lain biasanya yang menjadi topik bahasan adalah kaum difabel. Di sini kasus-kasus kejahatan,” ujarnya.

Konferensi pers kemarin menjadi kesempatan kedua baginya sebagai juru bahasa isyarat di polda. Pada kesempatan pertama, dia kebagian mendampingi pejabat yang menunjukkan pengungkapan prostitusi.

Yanda tampak piawai saat menjalankan tugasnya. Namun siapa sangka, keahlian itu tidak didapat lewat pendidikan formal. Dia mempelajari bahasa isyarat melalui komunitas. ’’November 2016 pertama kali belajar bahasa isyarat,” tuturnya.

Yanda saat itu masih berstatus mahasiswa di Fakuktas Pertanian Universitas Brawijaya. Dia tertarik bergabung dengan lembaga kampus yang concern pada difabel. Sebab, dia ingin ikut kegiatan yang bernilai sosial.

Dalam sebuah kesempatan, kata dia, lembaga tersebut memberikan pelatihan bahasa isyarat. Yanda mengikutinya. Durasinya hampir sehari. ’’Besoknya sudah lupa,” jelasnya, disusul dengan tawa.

Maklum, Yanda tidak punya dasar pengetahuan bahasa isyarat. ’’Karena banyak yang harus dihafal, akhirnya malah blank,” lanjutnya.

Namun, kegagalan itu tidak membuatnya kapok. Dia justru tertantang untuk lebih giat mempelajari bahasa isyarat. Yanda bergabung dengan komunitas tuli sebagai volunter agar bisa belajar langsung. Juga, punya banyak waktu mempelajari kosakata.

Lambat laun, dia akhirnya mengerti bahasa isyarat. Bahkan, dalam waktu lima bulan sudah menjadi juru bahasa isyarat bagi lembaga yang diikutinya. ’’Sampai sekarang terus belajar karena bahasa terus berkembang,” kata perempuan yang tinggal di kawasan Candi, Sidoarjo, itu.

Yanda bukan satu-satunya juru bahasa isyarat yang pernah dihadirkan pada konferensi pers di Mapolda Jatim. Berdasar pantauan, setidaknya ada dua juru bahasa isyarat lain. Salah satunya Mufti Lazuari. Jawa Pos sempat menemuinya di Alun-Alun Sidoarjo Minggu (14/3).

Mufti hampir sama dengan Yanda. Dia mempelajari bahasa isyarat melalui komunitas. Bukan pendidikan formal khusus. Mufti pun sudah lama berkecimpung sebagai juru bahasa isyarat sebelum digandeng khusus oleh polisi. Dia sering diundang untuk menghadiri kegiatan sejumlah perusahaan. ’’Menjadi juru bahasa isyarat juga. Biasanya saat ada sosialisasi atau pelatihan ke masyarakat,” bebernya.

Menurut dia, bahasa isyarat adalah bahasa yang menarik untuk dipelajari. Sebab, dampaknya bukan hanya untuk diri sendiri. Melainkan juga untuk orang lain. Khususnya difabel.

Mufti bersyukur polisi punya terobosan baru dengan menggandeng juru bahasa isyarat saat konferensi pers. Dari sudut pandangnya, juru bahasa isyarat memang sangat diperlukan agar informasi yang disampaikan menyentuh semua lapisan masyarakat. Termasuk penyandang tuli.

Kabidhumas Polda Jatim Kombespol Gatot Repli Handoko mengatakan, keterlibatan juru bahasa isyarat pada konferensi pers merupakan instruksi khusus dari Kapolri Jenderal Listyo Sigit. Mantan Kabareskrim itu ingin penyampaian informasi oleh polisi menyentuh semua elemen masyarakat. ’’Jadi salah satu program beliau. Memberikan kesempatan kepada penyandang disabilitas,” kata alumnus Akpol 1991 itu.

Baca Juga: GeNose Diterapkan di Bandara Per 1 April, Masih Perlukah Tes Antigen?

Gatot mengatakan bahwa kehadiran juru bahasa isyarat akan terus dievaluasi. Bukan tidak mungkin nanti mereka mengisi kegiatan selain konferensi pers. ’’Yang pasti, penyandang disabilitas punya hak yang sama untuk mendapatkan informasi dan pelayanan dari polisi,” tegasnya.

Saksikan video menarik berikut ini:


Mengenal Para Juru Bahasa Isyarat di Polda Jatim