Kampung Iklim RT 5, RW 3, Jambangan, Wakili Surabaya di Ajang Nasional

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Kampung Iklim RT 5, RW 3, Jambangan, Wakili Surabaya di Ajang Nasional


Warga RT 5, RW 3, Kelurahan Jambangan, patut diacungi jempol. Kampung yang dulu dianggap buangan itu telah menjelma menjadi hijau dan asri. Bahkan, program penanganan perubahan iklim mereka tembus hingga level nasional.

GALIH ADI PRASETYO, Surabaya

KAMPUNG buangan, begitu Mujiono, ketua RT 5, RW 3, menyebutnya. Sebab, kampung di bantaran Kali Suroboyo itu dikenal kumuh. Banyak ’’helikopter’’ (untuk menyebut kakus) yang mendarat di sepanjang pinggiran sungai. ”Pelan-pelan akhirnya bisa berubah. Sekarang seperti ini lebih bersih dan tingkat kesadaran warga terhadap lingkungan juga tinggi,’’ ucapnya.

Kampung yang dihuni 376 keluarga itu mengalami banyak sekali anomali selama masa transisi. Namun, perjuangan tersebut terbayar. Kini RT 5, RW 3 menjadi ikonik bagi RW 3 dalam kompetisi Program Kampung Iklim (Proklim) di level tertinggi, yakni Proklim Lestari yang penjuriannya dilakukan bulan ini.

Mujiono mengatakan, dulu kampungnya hanya dipandang sebagai daerah kumuh. Sulit membayangkan bisa berubah. Kemudian pada 2004, ada Proklim Pemula.

Wilayah itu tercakup untuk ikut program tersebut. Sederet masalah coba dituntaskan. Dimulai dari aspek lingkungan. Misalnya, soal pengelolaan sampah. ”Kalau dulu sampah dibuang begitu saja atau bahkan dibakar. Namun, sekarang berbeda. Kami lihat sisi ekonominya. Kemudian, kami dirikan bank sampah,’’ terangnya.

Empat tahun berjalan, perubahan besar mulai tampak. Meski PR bantaran sungai belum selesai, perwajahan wilayah seluas 3 hektare itu lebih hijau.Kesempatan untuk disambangi petinggi negeri pun datang. Saat itu Menteri Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar menyambangi kampung tersebut.

”Tidak menyangka, tetapi juga bahagia,’’ terangnya.

Tahun 2019 menjadi titik balik perubahan kampung itu. Program gerakan balik kanan (Geblak) dicanangkan Pemkot Surabaya. Sempadan sungai dibebaskan 3 meter ke arah darat.

’’Rumah warga yang ada di atasnya dikepras. Memang sulit, namun warga melihat sisi positifnya. Toh, ini untuk kepentingan bersama,’’’ tambah pendamping Proklim Jambangan Winarko.

Sekarang area itu telah berganti 180 derajat. Jalan paving tampak asri dengan rimbun pohon di sisi kali. Kekumuhan sama sekali tidak tampak. ’’Bahkan ada yang bilang, kok tidak dari dulu ya dibuat seperti ini? Kampung ini berhasil membuktikan mampu berubah,’’ kata dosen Prodi Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan (Poltekkes Kemenkes) Surabaya itu.

Puncaknya terjadi pada tahun ini. RT 3, RW 5, didapuk sebagai kampung iklim tingkat lestari. Level tertinggi yang mengantarkan wilayah itu mewakili Surabaya di kancah nasional. Bersaing dengan wilayah lain.

Winarko menjelaskan, banyak aspek mengapa kampung itu dipilih sebagai kampung iklim. Sebab, masyarakat di sana sudah disiapkan untuk menghadapi perubahan iklim akibat pemanasan global. Misalnya, meningkatkan penanaman pohon dan penghijauan.

’’Sisi itu mereka berhasil, artinya membantu penyerapan karbon dioksida yang menyebabkan efek rumah kaca. Lalu, pengolahan sampah yang tidak lagi dibakar juga sudah berhasil,’’ ucap anggota Forum Kota Sehat Surabaya itu.

Harapannya, kampung tersebut bisa menginspirasi wilayah lain untuk ikut menjaga bumi. Apalagi dalam studi terbaru yang dikeluarkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), ada peningkatan suhu di bumi sebesar 1,5 derajat Celsius yang mengakibatkan pemanasan global.


Kampung Iklim RT 5, RW 3, Jambangan, Wakili Surabaya di Ajang Nasional