Di Balik Kesuksesan Pergelaran Wayang Orang Dewan Profesor ITS

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Di Balik Kesuksesan Pergelaran Wayang Orang Dewan Profesor ITS


Profesor memiliki kesibukan yang begitu padat sebagai peneliti dan pendidik. Di tengah kesibukan itu, Dewan Profesor Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) sukses menjadi lakon di pergelaran wayang orang pada Sabtu (6/11) malam.

SEPTINDA AYU PRAMITASARI, Surabaya

PENAMPILAN 22 profesor Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dalam pergelaran wayang orang secara hybrid begitu memukau pada Sabtu (6/11) malam. Pertunjukan wayang orang yang dikombinasikan dengan wayang kulit di acara Dies Natalis Ke-61 ITS tersebut ditonton lebih dari 5.300 orang malam itu.

Ketua Dewan Profesor ITS Prof Imam Robandi pun tampil sebagai dalang wayang kulit yang mengendalikan wayang orang (diperankan oleh para profesor ITS). Mereka menampilkan kisah pewayangan Harjuna Sasrabahu yang ingin melamar Dewi Citrowati. Namun, Arjuna harus bersaing dengan Dasamuka yang juga ingin melamar perempuan yang sama.

Arjuna membuat sayembara untuk membunuh Dasamuka dengan memerintah Sumantri. Sumantri ceroboh dalam melaksanakan tugasnya. Cerita diakhiri dengan Sumantri yang dinasihati oleh Arjuna untuk selalu ingat delapan karakter dasar manusia.

Imam mengatakan, pergelaran wayang orang oleh Dewan Profesor ITS itu merupakan kali kedua setelah 2018. Bedanya, pada 2018, pergelaran wayang kulit yang dikombinasikan dengan wayang orang tersebut digelar secara offline.

Namun, pergelaran wayang orang kali ini disajikan hampir full menggunakan teknologi secara hybrid. Wayang kulit hanya menggantikan adegan-adegan yang sulit dilakukan oleh wayang orang, seperti perang dan tari. ”Saya sebagai dalang wayang kulit yang mengendalikan wayang orang. Wayang orang ini dilakonkan oleh para profesor ITS,” katanya.

Imam mengaku butuh waktu lima bulan untuk mempersiapkan pergelaran wayang orang tersebut. Lantaran tahun ini pertunjukan wayang full dengan teknologi, tantangannya pun lebih sulit. Apalagi saat ini pandemi Covid-19.

”Teknik rekaman setiap tokoh wayang yang diperankan para profesor harus diambil satu per satu. Kami mulai pada Mei lalu pas puncak kasus Covid-19. Jadi, sulit untuk bertemu,” ujarnya.

Namun, ITS sebagai kampus berbasis teknologi ingin menunjukkan kepada dunia bahwa wayang orang dapat ditampilkan dengan teknologi. Jadi, meski pandemi, masyarakat tetap bisa menikmati pergelaran wayang.

”Awalnya, kami siasati para profesor yang memerankan tokoh pewayangan merekam adegan dari rumah masing-masing. Namun, tidak mudah karena harus menggunakan green screen, perekam audio dan video juga,” kata dia.

Gagasan itu pun gagal. Akhirnya, perekaman wayang orang dilakukan di kampus ITS. Sehari dibatasi 2–3 profesor. Kesibukan padat para profesor juga menjadi tantangan. Bahkan, latihan harus dilakukan secara online via Zoom.

”Latihan dialog adegan tiga bulan. Kadang kalau adegan sepasang lakon, ada salah satu yang tidak bisa hadir. Namun, itu tidak masalah,” ujarnya.

Imam menuturkan, para profesor ITS memiliki ketertarikan pada dunia seni. Para lakon yang dipilih pun diambil secara acak. Meski begitu, para profesor sangat kompak dan menunjukkan antusiasme dalam menyukseskan pertunjukan wayang orang tersebut.

”Kami juga melibatkan mahasiswa dalam menggarap audio video. Jadi, mereka mempunyai bekal untuk menggelar pertunjukan wayang pada tahun depan,” imbuhnya.

Imam mengatakan, budaya Indonesia saat ini semakin hancur lebur. Anak muda kini sibuk menggeluti budaya luar negeri. Jadi, harapan ke depan, pertunjukan wayang orang oleh Dewan Profesor ITS itu dapat membangkitkan kembali peradaban Indonesia yang adiluhur. (*/c6/git)


Di Balik Kesuksesan Pergelaran Wayang Orang Dewan Profesor ITS