Hoax Vaksin Covid-19 Mempercepat Kematian

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Hoax Vaksin Covid-19 Mempercepat Kematian


DI tengah penanganan lonjakan kasus positif Covid-19 dan mengganasnya varian baru, muncul kabar palsu yang meresahkan. Disebutkan bahwa seseorang yang sudah divaksin akan lebih cepat meninggal dunia. Analisis itu diklaim berasal dari ilmuan dari firma vaksin Pfizer.

”Untung aku belum di vaksin,” tulis akun Muhammad Al Fais sembari mengunggah sebuah capture berita kemarin (20/6). Berita dalam capture itu diberi judul, Yang Sudah Divaksin Siap-Siap Mati Dini. Isinya menyebutkan bahwa Mike Yeadon, bekas ketua saintis di firma vaksin Pfizer, menyatakan bahwa kini sudah amat terlambat untuk menyelamatkan siapa yang sudah divaksin Covid-19 (bit.ly/MatiDini).

Unggahan itu disertai link yang mengarah ke artikel dari portal lifesitenews.com pada 7 April 2021. Judulnya berbunyi, EXCLUSIVE – Former Pfizer VP: Your government is lying to you in a way that could lead to your death. Tanpa penjelasan yang gamblang, artikel tersebut menduga bahwa tujuan akhir pemerintah dalam mewajibkan vaksinasi adalah mengurangi populasi secara besar-besaran (bit.ly/YangSudahDivaksin).

Menanggapi hal itu, Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK Unair) Chairul Anwar Nidom menegaskan bahwa informasi tersebut menyesatkan. Dia mengatakan, vaksin telah melewati berbagai uji klinis. Misalnya, uji praklinis melalui hewan dan uji klinis pada manusia.

”Jika ada yang membahayakan penerima vaksin, pasti diketahui sejak awal uji klinis. Baik saat diujikan kepada hewan maupun manusia,” katanya saat dihubungi Jawa Pos kemarin (20/6).

Situs cek fakta Snopes juga mengulas informasi itu. Disebutkan bahwa Mike Yeadon bekerja sebagai wakil presiden dan kepala ilmuwan di unit penelitian penemuan obat Pfizer. Divisi yang dipimpinnya berfokus pada penelitian medis alergi dan pernapasan, bukan vaksin dan penyakit menular.

Menurut Snopes, klaim yang dibuat Yeadon tentang seseorang akan meninggal lebih cepat setelah divaksin tersebut merupakan keterangan yang tidak berdasar. Juga tidak memiliki bukti ilmiah yang empiris.

Kantor berita Reuters juga memuat penyangkalan atas informasi dari Mike Yeadon, termasuk soal imunitas. Para ahli mencontohkan tentang uji klinis vaksin Pfizer/BioNTech yang 95 persen efektif mencegah infeksi Covid-19. Kecuali di Qatar yang menunjukkan bahwa Pfizer kemungkinan kurang efektif dengan efektivitas 75 persen ketika melawan varian dari Afrika Selatan.

Antibodi alami yang dikembangkan setelah seseorang pulih dari Covid-19 mungkin dapat memblokir varian baru. Tetapi, mereka masih perlu meningkatkan kewaspadaan dengan tetap meningkatkan protokol kesehatan. Anda dapat membacanya di bit.ly/SoalVaksin.

Baca Juga: Kasus Covid-19 Terus Naik, Wali Kota Surabaya Tak Bisa Cegah Toron

FAKTA

Klaim vaksin mempercepat seseorang meninggal dunia dibantah banyak ahli. Sebab, vaksin telah melalui berbagai tahapan uji klinis. Jika vaksin berbahaya, tentu dapat dicegah lebih awal.


Hoax Vaksin Covid-19 Mempercepat Kematian