Melihat Aksi Tim Buser Kecamatan Sawahan Percepat Vaksinasi Covid-19

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Melihat Aksi Tim Buser Kecamatan Sawahan Percepat Vaksinasi Covid-19


Program vaksinasi di Kota Pahlawan berjalan sejak awal tahun. Namun, bukan hal mudah mengajak warga mengikuti imunisasi. Ada saja alasan untuk menghindar. Kecamatan Sawahan punya tim buser agar warga bersedia mengikuti suntik vaksin.

ARISKI PRASETYO, Surabaya

HARI telah beranjak senja. Pegawai kantor pun bersiap kembali ke rumah. Jam kerja telah purna. Esok mereka kembali ke tempat kerja untuk memberikan pelayanan.

Pemandangan berbeda terlihat di Kecamatan Sawahan. Saat mayoritas pekerja pulang, sejumlah petugas justru tengah bersiap. Mereka hendak memberikan pelayanan ’’tambahan.”

Sebanyak 20 orang berbaris rapi di halaman depan kantor kecamatan. Tim itu mengenakan pakaian dengan beragam corak. Ada yang doreng, ada yang cokelat, serta baju lengan panjang.

Selang beberapa menit, barisan itu disiapkan. Mereka menggelar apel sore. Pemimpin kegiatan maju ke depan barisan. Camat Sawahan M. Yunus menyampaikan pengarahan.

Yunus menjelaskan tujuan apel tersebut. Targetnya hanya satu. Tidak muluk-muluk. Yaitu, mengajak warga di Sawahan yang belum vaksin untuk mengikuti imunisasi. ’’Ayo kita bahu-membahu menuntaskan vaksinasi,’’ paparnya.

Kegiatan berlanjut. Setiap anggota tim mendapatkan tambahan fasilitas. Yaitu, sebuah rompi oranye. Satu per satu petugas mendapatkan rompi itu. Setelah dikenakan, petugas bergegas turun menyisir warga yang belum bersedia divaksin.

Sebanyak 20 orang itu bukan sembarang petugas. Tim tersebut gabungan dari sejumlah instansi. Mulai pegawai kecamatan, tenaga kesehatan (nakes) puskesmas, TNI, hingga Polri.

Nama tim itu cukup unik. Yakni, buser. Mirip-mirip anggota pada korps Tribrata. Yaitu, tim buru sergap. Kesan ganas seketika menyeruak.

Namun, tebakan itu sepenuhnya salah. Buser merupakan akronim dari barisan utama servis vaksin. Tugasnya mengajak warga untuk mengikuti imunisasi.

Pencetus tim buser itu adalah Yunus. Gagasan tersebut berawal ketika dia sambang kelurahan. Kala itu, alumnus IPDN tersebut berkunjung ke Kelurahan Banyu Urip.

Yunus menerima curhat dari pegawai. Di Banyu Urip, ada sejumlah warga yang emoh mengikuti vaksin. Alasannya beragam. ’’Ada yang memang takut. Ada juga yang pura-pura sakit,’’ ucapnya.

Tidak hanya di Kelurahan Banyu Urip. Wilayah lain juga memiliki kendala yang sama. Warga enggan menjalani imunisasi. Keraguan itu disebabkan manfaat vaksin yang belum tersosialisasi secara optimal.

Menurut Yunus, problem vaksinasi harus dituntaskan. Agar cepat kelar, dibutuhkan sebuah tim khusus. ’’Tugasnya satu, membujuk warga agar bersedia divaksin,’’ paparnya.

Langkah awal, Yunus membentuk tim. Anggotanya harus beragam. Mulai kelurahan, kecamatan, puskesmas, hingga TNI dan Polri. Kelurahan dan kecamatan dibutuhkan untuk membujuk warga. Sebab, petugas memiliki kedekatan. Sedangkan nakes bertugas melakukan suntik vaksin. TNI dan Polri dilibatkan karena keduanya termasuk instrumen negara untuk percepatan vaksin.

Setelah anggota tim terbentuk, giliran merancang nama. Menurut Yunus, membuat nama gampang-gampang susah. Identitas itu harus mudah diingat. Tidak ruwet.

Iseng-iseng, Yunus melontarkan usulan nama. Yaitu, buser. Setelah itu, baru berpikir apa kepanjangannya. ’’Masak buru sergap, medeni. Akhirnya, muncul barisan utama servis vaksin,’’ tuturnya.

Sejak minggu lalu, tim buser bekerja. Mereka keluar masuk permukiman. Memburu warga yang belum mendapatkan vaksin.

Data dari puskesmas, tidak sedikit warga lanjut usia (lansia) yang belum mengikuti vaksinasi. Di Sawahan jumlahnya berkisar 300 orang. Melihat itu, target ditetapkan. Sasaran awal mengajak lansia ikut vaksin.

Saat bertugas, tim menyebar. Mereka mengendarai sepeda motor. Seluruh anggota dibekali data warga yang belum divaksin. By name by address. Sehingga sasaran yang dituju tidak meleset.

Kode etik buser pun dijaga. Standar pelayanan ditetapkan. Misalnya, saat bertugas, tim harus melakukan pendekatan persuasif kepada warga.

SOP berikutnya adalah sabar. Ketika mendapatkan penolakan, tim tidak boleh marah. Namun, mereka harus selalu tersenyum. Berupaya mendekatkan diri kepada sasaran.

Selanjutnya, harus total. Setiap hari sasaran harus didekati. ’’Sampai kapan? Sampai mau divaksin,’’ tegasnya.

Yunus sempat turun langsung. Tepatnya di wilayah Banyu Urip. Kala itu, dia mendapatkan laporan adanya lansia yang berkali-kali dibujuk, namun tetap saja tidak membuahkan hasil.

Hari pertama Yunus datang dengan membawa buah tangan. Jajanan dan buah diberikan. Tujuannya membuka hati lansia tersebut.

Hari kedua, kunjungan kembali dilakukan. Keduanya berbincang akrab. Yunus sempat membuka wawasan lansia terkait korona. Menurut dia, vaksin memberikan kekebalan pada tubuh.

Baru pada hari ketiga, ’’pertahanan’’ lansia itu bobol. Dia bersedia divaksin. Tim buser pun segera didatangkan. ’’Langsung vaksin di tempat,’’ jelasnya.

Cerita unik lain berasal dari wilayah Jarak. Ada lansia yang emoh divaksin. Ketika petugas datang, sasaran itu pura-pura sakit.

Beragam rayuan dilakukan. Hasilnya tetap sama. Pernah sekali waktu, tim buser datang. Lengkap dengan nakes. ’’Moro-moro langsung pucet,’’ tuturnya.

Solusinya, tim buser meminta bantuan warga. Teman lansia tersebut yang sudah divaksin didatangkan. Alhasil, upaya itu membuahkan hasil. ’’Alhamdulillah, bersedia divaksin,” katanya.

Baca Juga: Mantan Bupati Nganjuk Taufiqurrahman Divonis Empat Tahun Penjara

Ke depan, tugas tim buser semakin berat. Setelah lansia, mereka tetap bertugas. Mempercepat vaksinasi. Mulai warga MBR, ODGJ, penghuni flat, hingga penyandang disabilitas.

Khusus untuk ODGJ, Yunus tengah memikirkan cara. Tujuannya, aksi tim buser tidak menimbulkan kendala. ’’Aku khawatir petugas kabur karena takut,’’ paparnya.


Melihat Aksi Tim Buser Kecamatan Sawahan Percepat Vaksinasi Covid-19