Kasus Covid-19 di Jateng Naik Tertinggi Pasca-Idul Fitri

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Kasus Covid-19 di Jateng Naik Tertinggi Pasca-Idul Fitri


JawaPos.com – Pemerintah menerapkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) mikro di seluruh provinsi terhitung sejak 31 Mei 2021.

Itu merespons kenaikan kasus Covid-19 yang terjadi dua pekan setelah Lebaran.

Jubir Satgas Covid-19 Wiku Adisasmito mengungkapkan, pemberlakuan PPKM tersebut berdasar Instruksi Mendagri Nomor 12 Tahun 2021. Isinya, amanat kepada pemerintah daerah untuk melakukan PPKM kabupaten/kota dan mikro bagi seluruh provinsi di Indonesia.

Empat provinsi yang menyusul 30 provinsi yang lebih dulu memberlakukan PPKM mikro adalah Gorontalo, Maluku, Maluku Utara, dan Sulawesi Barat.

”Dengan adanya kebijakan ini, daerah yang sudah lama menerapkan PPKM maupun yang baru dapat lebih optimal dalam mengendalikan kasus Covid-19,” jelas Wiku kemarin (1/6).

Wiku menjelaskan, kenaikan kasus pada rentang waktu dua minggu pascaperiode Idul Fitri 2021 mirip dengan yang terjadi pada 2020. Meskipun, jumlahnya masih di bawah tahun lalu.

Tahun lalu, setelah Idul Fitri, Indonesia mengalami kenaikan kasus positif mingguan hingga 65,5 persen. Tahun ini kenaikan kasus positif tercatat 56,6 persen pada rentang waktu yang sama.

Untuk kasus kematian, malah terjadi penurunan persentase kenaikan kasus. Setelah Lebaran tahun lalu, terjadi kenaikan angka kematian hingga 66,34 persen. Pada tahun ini, terjadi penurunan kematian 3,52 persen dalam rentang waktu yang sama.

Provinsi Jawa Tengah tercatat sebagai provinsi dengan kenaikan kasus tertinggi nasional pada periode pasca-Idul Fitri, baik pada 2020 maupun 2021. Tahun lalu Jateng mengalami kenaikan kasus tertinggi hingga 368 persen. Disusul Sulsel yang naik 280 persen, Kalsel naik 99 persen, Jatim naik 45 persen, serta DKI Jakarta naik 33,2 persen. ”Kenaikan kasus positif maupun kematian tidak setinggi 2020 lalu,” kata Wiku.

Wiku menambahkan, berdasar data whole genome sequencing (WGS) per 30 Mei 2021, saat ini varian mutasi virus Covid-19 telah terdeteksi di hampir semua pulau di Indonesia. Berbagai varian of concern (VOC) menyebar, terutama di Pulau Jawa.

Sementara itu, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan, saat ini jumlah kasus aktif kembali menyentuh angka 100 ribuan orang. Padahal, beberapa bulan belakangan, kasus aktif turun drastis hingga pernah menyentuh angka 90 ribu. Meski begitu, menurut Budi, angka itu masih jauh di bawah puncak beban kasus aktif pada Februari lalu yang mencapai 170 ribu orang.

Dari pengalaman kondisi kasus pascalibur panjang sebelumnya, kenaikan kasus akan mencapai puncaknya 5 sampai 7 minggu. ”Jadi, kemungkinan kenaikan kasus ini diperkirakan sampai puncaknya di akhir bulan ini (Juni, Red),” jelas Budi.

Untuk saat ini, Budi mengimbau seluruh kepala daerah untuk menyiapkan pelayanan rumah sakit. Saat ini Indonesia memiliki total 72 ribu tempat tidur. Budi menyebutkan, tingkat keterisiannya (BOR) pernah berkurang hingga titik terendah 20 ribuan. Namun, laporan terbaru menunjukkan keterisian terus naik. ”Saat ini terisi 25 ribu tempat tidur. Jadi, peningkatan keterisiannya 20 sampai 25 persen. Memang kenaikannya agak tinggi, tapi masih ada cukup kapasitas yang kita miliki,” jelasnya.

Vaksinasi

Budi menambahkan, saat ini vaksinasi di Indonesia sudah mencapai 27 juta. Kecepatan penyuntikan mencapai 500 ribu suntikan per hari. Saat ini, kata dia, tersedia stok sampai 20 juta dosis vaksin. Jika dibagi 30, bisa disuntikkan 500 sampai 650 ribu dosis per hari.

Budi meminta para kepala daerah untuk mempercepat program vaksinasi dan memprioritaskan lansia.

Di bagian lain, Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas merespons kebijakan Arab Saudi yang hanya menerima empat jenis vaksin untuk jamaah haji. Yakni, Pfizer, Oxford AstraZeneca, Johnson & Johnson, dan Moderna.

Kebijakan Arab Saudi tersebut kontras dengan kondisi calon jamaah haji di Indonesia. Seperti diketahui, hampir seluruh calon jamaah haji Indonesia disuntik vaksin Covid-19 merek Sinovac.

Yaqut mengaku sudah berkoordinasi dengan Kemenkes. Sudah ada komitmen untuk mendapatkan vaksin Johnson & Johnson bagi calon jamaah haji. Namun, dengan catatan Indonesia mendapatkan kuota haji 2021.

Sementara itu, WHO akhirnya mengizinkan vaksin buatan Sinovac Biotech untuk penggunaan darurat. Vaksin buatan Sinopharm juga telah mendapatkan emergency use listing (EUL) dari WHO pada 9 Mei lalu. Dua vaksin tersebut telah digunakan secara luas di Indonesia meski belum mendapatkan pengesahan WHO.

Baca juga: 51 Ribu Orang Diperiksa, Positif Covid-19 Tambah 4.824 Kasus Sehari

Dalam pernyataannya yang dikutip CGTN, WHO menyebut dunia mati-matian membutuhkan berbagai varian vaksin Covid-19 untuk mengatasi ketidakadilan akses terhadap vaksin.

WHO merekomendasikan penggunaan vaksin Sinovac mulai usia 18 tahun tanpa batasan usia dan pemberian dosis kedua 2-4 pekan setelah suntikan pertama.


Kasus Covid-19 di Jateng Naik Tertinggi Pasca-Idul Fitri