June 20, 2020 at 09:01AM - Perang Teknologi Bawah Laut AS-Tiongkok Lebih Serius daripada Covid-19 -

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Perang Teknologi Bawah Laut AS-Tiongkok Lebih Serius daripada Covid-19

JawaPos.com – Secara diam-diam hubungan Tiongkok dan Amerika Serikat makin memanas. Bukan hanya perseteruan soal penanganan pandemi Covid-19, tetapi juga perang lewat teknologi. Baru-baru ini perang dagang antara keduanya sampai merembet pada persoalan kabel data bawah laut yang menghubungkan AS ke Hongkong. AS khawatir akan ada pencurian data oleh Tiongkok.

Meski kedua negara sama-sama dilanda pandemi yang parah, namun perang teknologi AS-Tiongkok justru dinilai lebih serius. Dan negara-negara Eropa terjebak di antara keduanya. Negara di Eropa terjebak dalam perseteruan antara AS dan Tiongkok sebagai ancaman jangka panjang.

Baca juga: Trump Blokir Jaringan Internet, AS dan Tiongkok ‘Perang’ di Bawah Laut

“Ketika dua gajah menari, sulit untuk berdiri di pinggir dan tidak terpengaruh,” kata Wakil Kepala BASF, raksasa petrokimia Jerman, Jörg Wuttke, yang menganalogikan perseteruan Tiongkok dan AS, seperti dilansir dari Reuters, Jumat (19/6).

“Ketika datang ke jenis perang dagang AS-Tiongkok, perang teknologi yang sedang berlangsung, kemungkinan perang keuangan, itu adalah sesuatu yang akan lebih tahan lama, itu akan lebih merusak, dan itu pasti akan membawa ketidakpastian,” katanya.

“Dan kami memiliki ketergantungan penuh pada semikonduktor Amerika, seperti halnya Tiongkok. Kami juga memiliki pasar besar di Tiongkok,” tambahnya.

Menurut Wuttke, kekhawatiran utama tentu saja adalah jika AS atau Tiongkok meminta Eropa untuk memilih di antara mereka. Apakah ikut dengan kedua negara itu atau melawan.

AS menempatkan Huawei Tiongkok, Huawei Technologies Co Ltd HWT.UL dalam daftar hitam perdagangan pada Mei 2019. Sebab ada kekhawatiran keamanan nasional. Dan Menteri Perdagangan Wilbur Ross mengatakan kekhawatiran itu tetap ada, terutama pada jaringan 5G.

Langkah ini secara efektif melarang perusahaan-perusahaan AS melakukan bisnis dengan pembuat peralatan jaringan telekomunikasi terbesar di dunia dan meningkatkan pertempuran perdagangan antara dua ekonomi terbesar di dunia. Wuttke mengatakan bahwa meski telah bertahun-tahun melakukan lobi, bisnis Eropa terus menghadapi permainan yang tidak adil di Tiongkok, juga di bidang teknologi baru seperti 5G.

Baru-baru ini AS memblokir jaringan kabel bawah laut Tiongkok. Jaringan kabel bawah laut itu adalah Pacific Light Cable Network. Selama ini jaringan itu didukung oleh Google dan Facebook, dirancang untuk meningkatkan kecepatan dan kapasitas internet. Tetapi komite pemerintah AS yang dikenal sebagai ‘Team Telecom’ kini merekomendasikan agar AS menolaknya.

Dilansir dari BBC, Kamis (18/6), keputusan itu adalah buntut dari ketegangan yang meningkat antara AS dan Tiongkok, yang berada dalam situasi perang dagang. Kondisi ini juga menyangkut keamanan nasional.

Di seluruh dunia, ada ratusan kabel bawah laut yang menyediakan konektivitas internet. Jaringan baru diumumkan pada 2016 sebagai kemitraan antara Google, Facebook, dan perusahaan lain. Google mengatakan kabelnya akan sepanjang 12.800 km (8.000 mil) dan akan menjadi rute trans-Pasifik berkapasitas tertinggi.

Dengan kata lain fasilitas ini akan menyediakan kapasitas yang cukup bagi Hongkong untuk memiliki 80 juta panggilan konferensi video HD dengan Los Angeles. Proyek ini juga akan memiliki bagian yang menghubungkan AS dengan Taiwan dan Filipina.

Kabel yang sudah telanjur terpasang diperkirakan menelan biaya fantastis yakni jutaan Dolar. Salah satu perusahaan yang bekerja dengan Facebook dan Google adalah grup Dr Peng, raksasa broadband Tiongkok.

Kini Komite Tim Telecom telah merekomendasikan persetujuan untuk bagian Taiwan dan Filipina. Pihaknya merekomendasikan agar AS menolak Hongkong dengan alasan keamanan nasional.

Saksikan video menarik berikut ini:

Perang Teknologi Bawah Laut AS-Tiongkok Lebih Serius daripada Covid-19