June 21, 2020 at 08:08AM - Mereka Menggandrungi Sepeda ketika Pandemi Covid-19 -

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Mereka Menggandrungi Sepeda ketika Pandemi Covid-19

Kini bersepeda menjadi primadona di tengah pandemi. Yang menggandrunginya pun tak mengenal usia. Mulai anak muda hingga warga senior. Menghabiskan waktu di malam hari dengan mengayuhnya secara santai. Pedagang sepeda pun kebanjiran pesanan.

DIMAS NUR APRIYANTO, Surabaya

Dalam sehari, notifikasi di handphone milik Wahyu Abirama seperti enggan berhenti berbunyi. Centang, centung, centang, centung. Maklum, ayah satu anak itu lagi kebanjiran pesanan sepeda. Seluruh produknya dipromosikan di dua platform. Yakni, WhatsApp dan Instagram.

Saat kondisi pandemi, dia mengakui order yang masuk melalui WhatsApp dan Instagram meningkat. Sebelum pandemi, biasanya hanya belasan orang yang mengiriminya pesan. Sekarang jumlahnya mencapai puluhan dalam sehari.

”Kondisi pandemi ini membuat tren baru, mobilitas dengan transportasi personal atau individu. Ya dengan sepeda ini,” kata Wahyu saat ditemui pada 11 Juni lalu di rumahnya di kawasan Klampis.

Wahyu berjualan sepeda sejak 2018. Baru 1,5 tahun. Awalnya, dia berbisnis komputer. ”Lalu, saya ini kan suka olahraga, dari lari kemudian ke sepeda. Kenapa enggak coba bisnis sepeda?” kenangnya, lalu tertawa kecil.

Tingginya permintaan berdampak pada harga jual sepeda. Harga sepeda meningkat dua kali lipat. Sepeda fixie misalnya. Wahyu mengungkapkan, sebelum pandemi, harga sepeda tersebut berkisar Rp 500 ribu. Sekarang? Jangan tanya. Saat ini harga fixie di pasar bisa hingga Rp 1,2 juta. ”Gila-gilaan kok,” tambahnya sambil menggelengkan kepala.

Menurut Wahyu, fixie paling dicari orang. Sebab, modelnya sederhana dan ringan. Untuk dipakai di Surabaya, lanjut dia, sepeda itu cocok. Sebab, kontur jalannya relatif lurus. Dia menilai, fixie tidak bisa dipakai di kontur jalan yang naik-turun. Sebab, pesepeda akan kesulitan.

Selain fixie, ada jenis sepeda lain yang juga paling diburu. Yakni, mini trax dan sepeda lipat. ”Sepeda lipat juga banyak yang menyenangi,” jelas Wahyu.

Meski permintaan pembelian sepeda meningkat, ternyata Wahyu tidak bisa berubah bak ibu peri. Yang bisa mengabulkan semua permintaan para konsumennya. Hal tersebut disebabkan stok sepeda tidak bisa mengimbangi permintaan pasar.

Berkali-kali dia mengucapkan kata sulit saat harus mencari stok sepeda untuk kembali dijual. Karena itu, ketika mendapat sepeda dengan harga berapa pun, akan disikatnya. Tidak peduli harga sepeda tersebut tinggi.

Sebelum pandemi, stok sepeda di rumahnya bisa sampai 30 unit per hari. Sekarang, menurut Wahyu, menyetok barang di angka tersebut sangat sulit. Dia menuturkan maksimal 10 sepeda. ”Tapi enggak sampai sehari, 10 sepeda itu sudah habis. Kadang, belum 10 sepeda saja, eh sudah habis,” katanya, lantas menghela napas panjang.

Nah, kira-kira berapa rupiah yang sudah dikantongi Wahyu selama pandemi ini? Wahyu tertawa sejenak. ”Ya karena enggak ada barang itu tadi. Persentase omzet naik itu sekitar 20−30 persen lah,” ujarnya. Sebetulnya, lanjut Wahyu, omzet bisa saja naik hingga 300 persen.

Pengiriman sepeda kepada pembeli dilakukan Wahyu dengan dua cara. Yaitu, melalui kargo dan diantar dengan menggunakan motor. Sepeda dikirim lewat kargo apabila lokasi pembeli di luar Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik. Apabila pembeli berasal dari tiga kota tersebut, pengiriman memakai motor.

Secara terpisah, salah seorang mahasiswa Universitas Airlangga Muhammad Azka Zaka mengaku sedang jatuh hati pada aktivitas barunya selama pandemi. Yakni, bersepeda. Dia aktif bersepeda sejak awal pandemi. ”Niat awalnya itu buat nurunin berat badan. Eh, kok malah telanjur nyaman sekarang,” katanya kepada Jawa Pos.

Menurut cowok yang akrab disapa Azka itu, selain membuat tubuhnya segar setelah bersepeda, pikirannya pun lebih rileks. Mahasiswa fakultas ekonomi dan bisnis itu mengungkapkan, dirinya juga bisa bersua dengan teman-teman saat bersepeda. ”Tetap patuh protokol dong meski bersepeda bareng teman-teman,” tambahnya.

Hand sanitizer dan masker menjadi dua benda yang wajib dibawa pria 24 tahun itu. Saat bersepeda, Azka cenderung lebih suka memilih rute yang tidak terlalu ramai kendaraan. Dengan demikian, dia bisa leluasa dan nyaman untuk mengayuh. Dalam seminggu, dia meluangkan waktu tiga hingga empat kali bersepeda. Malam hari waktu yang paling disukai Azka untuk bersepeda.

Karena itu, jangan heran bila jalanan Surabaya kini dipenuhi pesepeda. Bahkan, saat pagi banyak yang berangkat ke kantor dengan bersepeda.

Jadi, apakah tertarik untuk bersepeda? Tenang. Bersepeda di Surabaya sebetulnya relatif aman. Sebab, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya telah menyediakan lajur khusus pesepeda. Pemkot melalui satuan kerja (satker) dinas perhubungan (dishub) menyediakan lajur sepeda sepanjang 21.792 meter.

Lajur-lajur tersebut tersebar di 19 titik. Antara lain, Jalan Darmo (Masjid Al Falah–Pandegiling), Jalan Basuki Rahmat di dua sisi, frontage A. Yani sisi barat (Graha Pangeran–Royal Plaza), hingga Jalan Raya Gubeng–Sulawesi. Frontage A. Yani sisi barat (Graha Pangeran–Royal Plaza) memiliki lajur khusus pesepeda terpanjang dari titik yang lain. Lajur yang dibuat pada 2017 itu memiliki panjang 4.240 meter.

Saksikan video menarik berikut ini:

Mereka Menggandrungi Sepeda ketika Pandemi Covid-19