Daya Beli Jongkok, Volume Pengiriman Rokok Sampoerna Turun 18,2 Persen

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Daya Beli Jongkok, Volume Pengiriman Rokok Sampoerna Turun 18,2 Persen


JawaPos.com – PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) mengaku, wabah pandemi Covid-19 mempengaruhi kinerja perseroan pada semester pertama 2020. Pihaknya mencatat, volume industri mengalami penurunan sebesar 15 persen.

Penurunan tidak termasuk dampak dari estimasi pergerakan inventaris perdagangan. Penurunan tersebut secara umum terjadi pada segmen pajak Golongan 1.

Presiden Direktur Sampoerna Mindaugas Trumpaitis menjelaskan, daya beli konsumen yang lebih rendah membuat tren penurunan kian cepat. “Sampoerna menyadari pandemi Covid-19 ini merupakan tantangan yang berdampak langsung baik pada publik maupun dunia usaha Indonesia,” ujarnya dalam konferensi pers, Jumat (18/9).

Ia mengatakan, pihaknya memahami bahwa akhir dari pandemi Covid-19 yang berpengaruh pada perlambatan ekonomi, masih tak menentu. Namun, industri hasil tembakau (IHT) harus terus bergerak, sehingga turut mendorong aktivitas sosio-ekonomi dan berkontribusi terhadap perekonomian nasional.

“Sampoerna juga tetap mewaspadai berbagai dampak lanjutan dari pandemi yang terjadi secara global dengan terus beradaptasi dengan perkembangan situasi, serta menciptakan terobosan dan inovasi di dalam perjalanan bisnisnya untuk mengokohkan kepemimpinan perusahaan,” tuturnya.

Ia membeberkan, untuk industri rokok, kenaikan tarif cukai rata-rata 24 persen dan harga jual eceran sebesar 46 persen yang berlaku pada 2020, memberikan pengaruh. “Pandemi Covid-19 menjadi faktor utama kedua yang memberikan dampak signifikan pada kinerja industri ini, hingga volume penjualan turun dua digit,” imbuhnya.

Sepanjang semester I 2020, total pangsa pasar perusahaan mencapai 29,3 persen atau turun 3,1 percentage point. Pada periode sama, volume pengiriman 38,5 miliar batang, turun sebesar 18,2 persen.

“Pada kuartal-II 2020. Berbagai tantangan selama periode April-Juni 2020 menyebabkan koreksi terhadap kinerja perseroan,” katanya.

Mindaugas merincikan bahwa sepanjang 2019, pangsa pasar Sigaret Kretek Tangan (SKT) Sampoerna – dengan merek-merek besar seperti Dji Sam Soe (Raja Kretek) dan Sampoerna Kretek adalah 36,3 persen. Sedangkan pangsa pasar Sigaret Putih Mesin (SPM) (melalui Produk utamanya Marlboro, merek Philip Morris Indonesia (PMID) yang didistribusikan oleh Sampoerna) dan Rokok Kretek Mesin (SKM) masing-masing sebesar 57,2 persen dan 29,6 persen.

“Sampoerna menyesuaikan strategi perusahaan untuk mempertahankan daya saing bisnisnya dan menjawab tren yang berubah. Sebagai contoh, kami meluncurkan produk SKM tar tinggi untuk merespons pergeseran permintaan ke produk tars yang lebih tinggi,” ungkapnya.

Sepanjang tahun 2015-2019, volume penjualan SKT Sampoerna terus terkoreksi dan berdasarkan perhitungan tingkat pertumbuhan tahunan majemuk (CAGR) 5 tahun, volume penjualan SKT [erseroan rata-rata berkontraksi 5,4 persen per tahun dari 23,1 miliar batang pada tahun 2015 menjadi 18,4 miliar batang rokok pada tahun 2019.

“Kami berharap ada keberpihakan bagi segmen SKT dengan tidak menaikkan tarif cukai dan Harga Jual Eceran (HJE) untuk 2021,” katanya

“Selain sebagai segmen padat karya, keberadaan pabrik SKT juga memiliki multiplier effect yang signifikan di bidang sosial dan ekonomi di wilayah lokasi pabrik,” ucapnya lagi.

Sementara, segmen rokok mesin, pihaknya mengusulkan kenaikan pajak yang sesuai dengan inflasi dan kebijakan tarif menurut kategori yang ditetapkan untuk tarif downtrading dari segmen Golongan 1 Pajak Tinggi menjadi segmen Golongan 2 dan Golongan 3.

“Kami meyakini bahwa pemerintah dapat mengoptimalkan penerimaan perpajakannya dari produk-produk tembakau,” tukasnya.


Daya Beli Jongkok, Volume Pengiriman Rokok Sampoerna Turun 18,2 Persen