Pemkab Mojokerto Gelar Uri-Uri Budaya Ruwat Agung Bumi Nuswantara

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Pemkab Mojokerto Gelar Uri-Uri Budaya Ruwat Agung Bumi Nuswantara


JawaPos.com–Pemerintah Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, menggelar kegiatan nguri-uri budaya Majapahit Ruwat Agung Bumi Nuswantara Virtual 2021.

Bupati Mojokerto Ikfina Fahmawati seperti dilansir dari Antara di Mojokerto mengatakan, terdapat beberapa kegiatan di antaranya Kirab Undo-Undoh virtual di Situs Sumur Upas Sentonorejo, Ruwat Sukerto virtual di Gedung Kesenian Disparpora, Festival Macapat virtual tingkat SMA sederajat di Gedung Kesenian Disparpora, hingga acara puncak Saserahan Pusaka dan Mangesti Suro di Pendapa Agung Trowulan.

”Mangesti Suro merupakan kegiatan melestarikan budaya Majapahit yang rutin digelar tahun. Khusus dalam masa pandemi Covid-19 saat ini, kegiatan sarat makna spiritual dan persatuan tersebut juga dimaksudkan untuk memohon kepada yang maha kuasa agar pandemi segera berakhir,” kata Ikfina Fahmawati pada Jumat (20/8) malam.

Malam Mangesti Suro, kata dia, dibuka dengan prosesi seserahan pusaka kepada bupati, dilanjutkan Wedar Sesaji, ditutup dengan doa lintas kepercayaan oleh enam pemuka agama. Selanjutnya pertunjukan wayang kulit bertajuk Prajnaparamita Wilwatikta Dewi Kebijaksanaan Tertinggi (Tribhuana Tunggadewi).

”Tahun kemarin acara ini tidak dilaksanakan karena pandemi. Meski saat ini Covid-19 belum berakhir, kami berusaha melaksanakan dengan penyesuaian kebiasaan baru dengan menerapkan prokes ketat. Mudah-mudahan kami bisa terus menjaga tradisi luhur Bumi Majapahit kami. Dengan menyatukan simpul keagungan spiritual, kami juga berdoa bersama memohon pada yang maha kuasa agar pandemi ini segera terkendali,” ucap Ikfina Fahmawati.

Sementara itu, Pemerintah Kabupaten Tulungagung menggelar tradisi jamasan tombak pusaka Kiai Upas. Senjata legendaris itu menjadi ikon sejarah perjalanan pemerintahan daerah di pesisir selatan Jawa Timur bagian barat.

Gelaran ritual yang masih kental adat Hindu Jawa itu diselipi dengan spiritualitas bernuansa Islam, agama mayoritas di wilayah itu. Hal tersebut tersirat dari adanya pembacaan ayat suci Alquran yang diiringi gamelan Jawa yang terus mengalun sepanjang prosesi jamasan. Bagi warga Tulungagung, khususnya di lingkungan Kepatihan, jamasan tombak Kiai Upas sudah ada sejak lama dan digelar pada Jumat di pekan kedua.

Bupati Tulungagung Maryoto Birowo ikut menggendong (membawa) tombak pusaka Kiai Upas yang dikeramatkan tersebut. ”Ritual ini sudah dilakoni masyarakat sini sejak dulu ketika Bupati Tulungagung awal, Raden Mas Pringgokusumo membawa pusaka Kanjeng Kyai Upas ke Tulungagung,” ujar Maryoto.

Pelaksanaan jamasan biasanya menjadi daya tarik bagi masyarakat yang penasaran, sehingga menimbulkan kerumunan. Saat pandemi ini, pelaksanaan jamasan dibatasi untuk wadya Wimbasara (penjaga Kiai Upas), penjamas, dan tamu undangan. Masyarakat umum tak diperbolehkan mendekat.

”Kalau dulu diarak dari luar dengan pasukan sak bregodo (satu kompi), karena pandemi hanya lima meter saja diaraknya,” terang Maryoto.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Tulungagung Bambang Ermawan menjelaskan, acara jamasan merupakan bentuk pelestarian budaya. ”Seperti hari ini merupakan budaya pelestarian budaya adiluhung di Tulungagung,” kata Bambang.


Pemkab Mojokerto Gelar Uri-Uri Budaya Ruwat Agung Bumi Nuswantara