Akbar Insani dan Rutinitasnya Berbagi Nasi Bungkus di Surabaya

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Akbar Insani dan Rutinitasnya Berbagi Nasi Bungkus di Surabaya


Bagi Akbar Insani, berbagi rezeki merupakan salah satu cara untuk menjauhkan diri dari masalah. Bersama Oktalia Ari, istrinya, mantan pewarta foto itu rutin berkeliling untuk membagikan nasi bungkus kepada orang-orang yang membutuhkan.

ARIF ADI WIJAYA, Surabaya

UDARA pagi di Surabaya terasa begitu segar saat itu. Jalanan Kota Pahlawan sedikit lembap meski musim hujan hampir berlalu. Jumat, 9 April lalu, seorang pria bermotor Honda Vario lawas keluar dari gang kecil di samping Hotel JW Marriott, Jalan Embong Malang. Pria itu memboncengkan perempuan sambil membawa empat kantong plastik berisi nasi bungkus.

Dia adalah Akbar Insani. Bukan tokoh masyarakat. Bukan pula pejabat. Pria 37 tahun itu juga tidak memiliki yayasan sosial. Namun, jiwa sosialnya begitu tinggi. Ratusan nasi bungkus di motornya tersebut dibawa keliling. Dari Bubutan sampai Morokrembangan.

Motor Honda Vario lawas tersebut menjadi teman setia Akbar ketika berkeliling membagikan nasi bungkus. Sampai-sampai, tukang becak dan tukang ojek pangkalan di sekitar Jembatan Merah Plaza (JMP) hafal motor matik berwarna silver itu.

Begitu tiba, bapak-bapak yang sedang mengayuh becaknya berhenti dan menghampiri Akbar.

Terhitung sudah setahun terakhir Akbar bersama Oktalia Ari, istrinya, membagikan nasi bungkus untuk orang yang membutuhkan. Dia berkeliling dari rumahnya di Jalan Embong Malang sampai Jalan Pringadi, Bubutan. Kemudian, berlanjut ke daerah Pasar Turi sampai ke Indrapura, Morokrembangan. Jujukan terakhirnya JMP di Jalan Rajawali.

Akbar yang merupakan mantan pewarta foto mengatakan, rutinitas membagikan nasi bungkus setiap Jumat sejatinya sudah lama dilakukan.

Dulu, ketika masih aktif bergabung dalam komunitas Debu Langit yang bermarkas di Kabupaten Sidoarjo, Akbar bersama teman-temannya melakukan hal itu. Hari yang dipilih Jumat. Waktu yang dipilih selalu pukul 05.00, setelah subuh.

Kegiatan tersebut sudah berlangsung empat tahun. Mulai Agustus 2017 sampai sekarang. Hingga saat ini, komunitas Debu Langit masih rutin melakukannya di Sidoarjo. Nah, pada awal 2020, ketika pandemi Covid-19 merebak, Akbar memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya di Kedungturi, Kelurahan Kedungdoro, Tegalsari.

Tepat di belakang Hotel JW Marriott, Jalan Embong Malang.

Ketika kembali ke Surabaya, Akbar tetap ingin berbagi nasi bungkus seperti yang dia lakukan di Sidoarjo. Karena tidak ada komunitas, dia berinisiatif menjalankannya sendiri. Bersama sang istri, Akbar membuat nasi bungkus sendiri. ’’Awalnya hanya 10 sampai 20 bungkus. Tetapi, orang yang membutuhkan di Surabaya jauh lebih banyak dan kemampuan kami terbatas,’’ katanya.

Akbar ingin bisa berbagi nasi bungkus kepada banyak orang lagi. Dia pun meniru cara komunitas Debu Langit dalam hal menggalang dana. Caranya hanya lewat status WhatsApp. Akbar membuat pengumuman. Yang ingin bersedekah bisa bergabung.

Awalnya Akbar tidak yakin cara tersebut bisa berjalan. Namun, di luar dugaan, teman dan koleganya dari Jakarta, Sidoarjo, maupun Surabaya tergerak untuk ikut bersedekah. Akbar pun mampu mengajak puluhan orang yang ingin berbagi rezeki untuk ikut bergabung.

Satu per satu teman dan kolega menyumbang. Hingga akhirnya, dia mampu membuat 250–300 nasi bungkus setiap pekan. ’’Seperti teman-teman Debu Langit dulu, berapa pun uang yang terkumpul, semuanya harus habis untuk nasi bungkus. Tidak boleh ada sisa,’’ ungkapnya.

Di Surabaya, kegiatan berbagi nasi bungkus tetap dilakukan setiap Jumat. Jamnya sedikit lebih siang meski masih pagi. Yakni, pukul 06.00. Sekali berangkat, Akbar bisa membawa tiga sampai empat kantong plastik besar berisi ratusan nasi bungkus. Istrinya bagian mendokumentasikan kegiatan tersebut.

Akbar mengatakan, dokumentasi kegiatan itu merupakan bentuk pertanggungjawabannya kepada teman maupun koleganya yang ikut menyumbang. Bukan untuk narsis. Karena itu, tidak ada satu pun video yang menampakkan wajahnya. ’’Ojo lah, gawe opo. Kita ikhlas membantu, bukan niat cari nama atau apa,’’ katanya.

Bapak dua anak yang saat ini menjadi anggota tim media PT Perkebunan Nusantara X itu mengaku selama menjadi jurnalis dulu, dirinya sering ditugasi ke daerah kumuh. Banyak potret kesenjangan sosial yang diabadikan dalam karya foto jurnalistiknya. Dari sana, dia baru menyadari bahwa di kota besar selevel Surabaya, masih banyak warga yang kurang mampu dan butuh uluran tangan.

Akhirnya dia bergabung dengan komunitas Debu Langit pada 2017. Akbar merasa menemukan tempat yang tepat untuk menyalurkan keinginannya untuk berbagi. ’’Rasanya ikut senang melihat mereka tersenyum gembira menerima pemberian kami meskipun hanya nasi bungkus,’’ paparnya.

Baca Juga: Jelang Lebaran, Pengawasan Kampung di Surabaya Diperketat

Memang, banyak teman yang heran dengan aktivitasnya tersebut. Banyak yang bertanya kenapa harus rela capek-capek, tapi tidak mendapat apa-apa. ’’Sebetulnya tidak capek. Hanya meluangkan waktu satu jam untuk membagikan itu. Kalau dapat apa, ya senang saja,’’ ujarnya.

Dia meyakini berbagi rezeki dalam hal sekecil apa pun bisa memberikan manfaat yang besar dalam hidup. Akbar tidak mau dianggap mengada-ada. Namun, faktanya, dia merasa selalu ada pertolongan yang datang secara tiba-tiba ketika sedang kesusahan. ’’Sebetulnya siapa saja bisa melakukannya. Tinggal mau atau tidak. Niat baik selalu ada jalan,’’ ucapnya. 

Saksikan video menarik berikut ini:


Akbar Insani dan Rutinitasnya Berbagi Nasi Bungkus di Surabaya