Berkunjung ke Museum 10 Nopember Surabaya setelah Dibuka Lagi

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Berkunjung ke Museum 10 Nopember Surabaya setelah Dibuka Lagi


Museum-museum di Kota Surabaya dibuka lagi setelah setahun mati suri. Tentu saja, aturan masuknya berbeda dengan sebelum pandemi. Selain wajib membeli tiket secara online, pengunjung tidak boleh berlama-lama di dalam museum.

EKO HENDRI SAIFUL, Surabaya

PENJAGAAN kompleks Tugu Pahlawan lebih ketat daripada sebelumnya. Tak tanggung-tanggung, ada tiga petugas Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Surabaya yang stand by di pintu masuk untuk mencegat setiap pengunjung.

Perannya beragam. Ada yang memeriksa suhu pengunjung. Ada pula yang bertugas membukakan pintu untuk setiap wisatawan. Satu orang ditugasi secara khusus untuk menginterogasi pengunjung.

Dia menanyai setiap orang yang akan masuk ke lokasi wisata secara detail. Mulai tempat tinggal, tiket, hingga keperluan masuk.

Beberapa pertanyaan menjurus pada kesehatan pengunjung.

’’Sekarang alur masuknya berbeda. Tiketnya tak berbentuk lembaran,” kata Damar Tri, petugas Disbudpar Kota Surabaya, kepada Jawa Pos. Pemuda asli Surabaya itu menegaskan bahwa pemesanan tiket hanya bisa dilakukan secara online. ’’Tidak bisa, Mas. Harus tetap lewat website dulu,” tegas Damar saat Jawa Pos melobi untuk memesan tiket secara manual.

Damar lantas mengajarkan cara mendapatkan tiket lewat online. Prosedur diawali dengan membuka situs https://ift.tt/3dEARI4. Di laman itu, pengunjung akan menemukan beberapa tempat wisata di Kota Pahlawan yang sudah dibuka untuk umum. Di bawahnya ada tulisan cek kuota dan pesan sekarang.

Jika sudah mengeklik kata-kata pesan, akan muncul tanggal dan sesi kunjungan. Pembaca laman diarahkan untuk memilih salah satu. Mereka lantas diminta mengisi nama, nomor handphone, e-mail, alamat, nomor induk kependudukan (NIK), dan jumlah pesanan.

Di laman tersebut, pemkot juga membeberkan ketentuan syarat kunjungan untuk masuk destinasi wisata. Misalnya, wajib menjaga kebersihan dan jaga jarak. Ketentuan itu harus disetujui sebelum pemesan mendapatkan barcode.

Memang perlu waktu untuk memesan tiket secara online. Banyak kolom yang harus diisi. ’’Namanya inovasi. Jadi tetap memerlukan sosialisasi,” kata Damar.

Menurut dia, masyarakat tak perlu khawatir terhadap sistem anyar. Sebab, ada petugas yang siaga untuk membantu. Pengelola memang menyiapkan satu petugas khusus untuk bagian tiket. Mereka merupakan orang-orang di lingkup disbudpar. Petugas berjaga secara bergantian sesuai sif.

Pemesanan tiket secara online memang belum populer di kalangan wisatawan. Ada potensi melahirkan kebingungan. Terutama bagi mereka yang gagap teknologi.

Ada beberapa hal yang berpotensi memperlambat pemesanan. Setiap pengunjung harus membuka KTP-nya terlebih dahulu untuk melihat NIK. Sebab, NIK wajib dicantumkan dalam proses pembelian tiket.

Meski prosedur lebih rumit, Disbudpar Kota Surabaya memiliki tujuan baik. Pemesanan secara online dilakukan untuk mencegah persebaran virus. Itu berkaitan dengan pembatasan kunjungan.

Misalnya, di Museum 10 Nopember. Pengelola membagi kunjungan menjadi empat sesi. Yakni, sesi I pukul 09.00–10.00, sesi II pukul 10.00–11.00, sesi III pukul 12.00–13.00, dan sesi IV pukul 13.00–14.00.

’’Dengan pembelian tiket secara online, pengunjung akan lebih terkontrol,” kata Kepala UPTD Tugu Pahlawan, Museum, Balai Pemuda, dan THR Disbudpar Kota Surabaya Rusdi Ismet.

Satu sesi, lanjut dia, berkapasitas maksimal 60 pengunjung. ’’Jika sudah penuh, otomatis sistem menolak,” tambah Rusdi.

Menurut dia, satu orang dibatasi maksimal 60 menit berada di museum. Mereka tak bisa berlama-lama. Ada petugas yang mengawasi gerak-gerik dan waktu kunjungan melalui closed circuit television (CCTV).

Pengunjung yang bandel akan didatangi petugas. Mereka ditegur langsung. Wisatawan disuruh keluar secara halus jika terbukti melanggar durasi kunjungan.

Bukan sekadar di Museum 10 Nopember. Aturan juga diterapkan di museum lain. Tercatat ada enam museum yang sudah buka per Selasa (20/4). Yakni, Museum 10 Nopember, Museum Surabaya, Museum dr Soetomo, Museum W.R. Soepratman, Museum Pendidikan, dan Museum H.O.S Tjokroaminoto.

Museum-museum itu sebelumnya lama tak beroperasi. Bahkan, sudah setahun ditutup karena pandemi. Dan, saat awal dibuka lagi, kondisinya hampir sama. Jumlah pengunjungnya masih sepi.

Itu bisa dilihat di Museum 10 Nopember Kamis (22/4). Selama dua jam dibuka, hanya ada tujuh pengunjung yang masuk. Sebagian merupakan mahasiswa.

Menurut Rusdi, berbagai upaya dilakukan untuk mencegah persebaran virus di museum. Tidak sekadar membuat protokol anyar kunjungan. Disbudpar juga menyiagakan satgas mandiri di tiap-tiap museum.

Tugasnya tidak hanya mengingatkan masyarakat untuk memakai masker, tapi juga melakukan penyemprotan disinfektan di sela-sela kunjungan. ’’Satgas mandiri juga memanfaatkan pengeras suara untuk menegur pengunjung yang tidak memakai masker,” kata Rusdi.

Baca Juga: KRI Nanggala-402 Tenggelam, AHY: 1 Nyawa Prajurit TNI Sangat Berharga

Terkait masih sepinya pengunjung, dia menyebut hal itu masih wajar. Saat ini kondisinya bulan puasa. Banyak warga yang menahan diri untuk bepergian.

Untuk meramaikan kunjungan, disbudpar melakukan beberapa upaya. Salah satunya, memperbanyak mural di lokasi wisata. Mural tentang kepahlawanan meramaikan tembok-tembok bangunan di kawasan Tugu Pahlawan.

Saksikan video menarik berikut ini:


Berkunjung ke Museum 10 Nopember Surabaya setelah Dibuka Lagi