Kisah Saudara Kandung yang Bersua Setelah Terpisah 67 Tahun

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Kisah Saudara Kandung yang Bersua Setelah Terpisah 67 Tahun


Syamsuddin meninggalkan kampung kelahirannya, Ngadiluwih, sejak 1954. Sejak saat itu, praktis dia kehilangan jejak saudara-saudaranya. Tak ada komunikasi sama sekali, sehingga terpisah hampir 67 tahun lamanya. Namun kini ada secercah harapan dia bisa kembali berkumpul dengan saudaranya yang masih tersisa.

DEWI AYU NINGTYAS, JP Radar Kediri

SITI Komariah masih ingat betul momen yang terjadi saat dia melakukan video call Jumat (23/4). Ayahnya yang berumur 86 tahun langsung mengenali sosok di layar handphone. “Kakangku Sudin…,” ucap Syamsul Muanam, ayah wanita yang biasa dipanggil Kokom itu.

Sapaan itu bersambut. Wajah di layar HP yang fisiknya ada di Dumai, Riau itu langsung menyahut,”Syamsul Muanam.”

Menurut Kokom, saat melontarkan sapaan itu, Syamsul mengucapkan dengan lantang. Setidaknya bila melihat selama ini ayahnya tersebut menderita stroke di usia tuanya.

Jalinan komunikasi itu terjadi setelah anak Syamsul yang lain, Siti Mudrikah, melihat video viral di grup-grup percakapan WhatsApp. Tentang seorang kakek yang sebatang kara di Sumatera dan tengah mencari keluarganya yang ada di Kediri. Mudrikah kemudian membagikan video yang dia dapat di grup WA warga Ngadiluwih itu ke grup keluarga inti, hingga keluarga besarnya.

Untuk memastikan, keluarga di Kediri berusaha melacak ke Riau. Seseorang yang dikenal dari Facebook kemudian menghubungkan keluarga Syamsul Muanam dengan kepala RT di Dumai bernama Setyobudi. Itulah awal terjadinya video call tersebut.

“Akhirnya mereka masih pada ingat,” kata Kokom.

Dari video call itulah semakin kuat bahwa kedua kakek itu bersaudara. Tanda lahir di bawah bibir Syamsudin kian memperkuat. Syamsudin bahkan masih ingat dengan nama-nama saudaranya yang berjumlah enam orang.

Syamsul saat ini masih tinggal di Desa Ngadiluwih, Kecamatan Ngadiluwih. Hidup bersama sang istri, Misrinah, 60, dan Muhammad Saean, salah seorang anaknya. Sedangkan Kokom sejatinya tinggal di Bekasi. Namun kini memilih pulang untuk merawat sang ayah.

Keluarga ini pun siap bila nanti Syamsudin pingin pulang ke Ngadiluwih. “Karena kami juga bertahun-tahun berharap Pak De Syamsudin bisa pulang, kumpul saudara kandunge,” ucap wanita 40 tahun ini.

Keinginan Syamsul ketemu Kang Sudin-panggilan Syamsudin-memang wajar. Keduanya terpisah hampir 67 tahun. Ketika Syamsudin mengikuti dua saudaranya yang lain, Siti Aminah dan Syamsu Rifah, bekerja ke Medan. Beberapa tahun di Medan, Syamsu Rifah sebenarnya telah pulang ke Ngadiluwih bersama Syamsudin. Namun keduanya terpisah di tengah perjalanan.

Syamsul Muanam dan enam saudaranya, termasuk Syamsudin, terlahir dari pasangan Salidi alias Muchsin dan Demi. Selain kedua orang itu, anak pasangan itu adalah Siti Aminah, Syamsiatun, Imroatun, Syamsu Rifah, dan Zulkarnaen. Kecuali Syamsu Rifah yang kini tinggal di Blitar, semua nama di atas sudah meninggal dunia.

Menurut Kokom, sejak berpisah pada 1954 itu, antara ayahnya dan Syamsudin tak pernah berkomunikasi. Keluarga memang sempat berusaha mencari keberadaan Syamsudin sekitar 20 tahun lalu. “Saat saya masih SD sampai SMP,” ujar Kokom.

Baca juga: Trena-Treni, Pertemuan Saudara Kembar setelah Terpisah Lebih 2 Dekade

Sementara itu, Kabid Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial Kabupaten Kediri Dyah Saktiana menuturkan, ada planning khusus bila nanti Syamsudin pulang ke Ngadiluwih. Yaitu, memastikan kakek tersebut tidak telantar serta sanak saudaranya siap merawat. Juga mempertimbangkan kondisi fisik Syamsudin bila menempuh perjalanan jauh.

Nana, sapaannya, menegaskan bahwa pihak keluarga di Ngadiluwih siap merawat kakek Syamsudin. Seandainya Syamsudin memutuskan untuk bertahan di Riau, dia akan dirawat di UPT Lansia Provinsi Riau. “Kementerian sudah intervensi ke Pemprov Riau,” ucap perempuan ramah ini sembari mengatakan semua biaya akibat keviralan ini ditanggung pemerintah.


Kisah Saudara Kandung yang Bersua Setelah Terpisah 67 Tahun