Perjalanan Panjang Tim Peneliti Unair Ciptakan Vaksin Merah Putih

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Perjalanan Panjang Tim Peneliti Unair Ciptakan Vaksin Merah Putih


Tim peneliti Universitas Airlangga (Unair) terus berjuang untuk membuat Vaksin Merah Putih platform Unair-Biotis. Saat ini vaksin tersebut memasuki tahap uji praklinis terhadap hewan coba. Berikut perjalanan panjang tim peneliti Unair untuk menciptakan Vaksin Merah Putih platform Unair-Biotis.

SEPTINDA AYU PRAMITASASRI, Jawa Pos

SUDAH satu tahun tim peneliti Universitas Airlangga (Unair) bergelut dalam pembuatan vaksin untuk penanganan Covid-19. Unair pun membentuk tim besar dari berbagai bidang kepakaran untuk membuat Vaksin Merah Putih platform Unair-Biotis. Termasuk bekerja sama dengan beberapa rumah sakit untuk meneliti Covid-19. Di antaranya, RSUD dr Soetomo dan Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA).

Perjalanan riset Vaksin Merah Putih platform Unair cukup panjang. Sejak awal virus SARS-CoV-2 ditemukan di Indonesia, tim riset Unair langsung ambil bagian untuk menangani Covid-19. Termasuk dalam pembuatan obat maupun vaksin Covid-19.

’’Riset Vaksin Merah Putih platform Unair adalah perjalanan panjang. Kami punya tim yang besar untuk pembuatan vaksin Covid-19,” kata Koordinator Produk Riset Covid-19 Prof Dr Ni Nyoman Tri Puspaningsih pada Senin (19/4).

Saat ini Unair juga memiliki tiga platform yang dikembangkan untuk menjadi kandidat vaksin. Yakni, klasikal (classical) dan next generation. Platform klasikal itu banyak digunakan untuk vaksin yang ada selama ini. Tim riset Unair menggunakan inactivated virus untuk metode klasikal. Sementara itu, platform next generation menggunakan jenis vaksin berbasis peptide dan adenovirus.

’’Semua itu dilakukan untuk mendapatkan bagian dari protein struktural Covid-19 yang menjadi bagian antigen. Kemudian, disuntikkan agar tubuh kita mendapatkan antibodi,” ujarnya.

Untuk platform next generation, masih dilakukan penelitian. Sementara itu, inactivate virus berjalan lebih cepat dibandingkan dua lainnya. ’’Yang akan diteruskan hingga uji klinis hanya satu jenis vaksin. Untuk platform lainnya, tetap dilakukan penelitian hingga uji praklinis saja,” ujar dia.

Meski menggunakan inactivated virus atau platform klasikal yang umum dipakai dalam membuat virus, tim riset Unair menggunakan virus strain Indonesia. Virus yang berkembang di Indonesia yang dikoleksi di RSUD dr Soetomo, RSUA, dan Lembaga Penyakit Tropis (LPT) Unair. ’’Sejak awal Maret, Unair bisa mendeteksi dengan teknologi PCR. Tidak hanya untuk mendeteksi negatif dan positif Covid-19, tetapi juga mengidentifikasi materi genetik SARS-CoV-2 atau whole genome sequence,” katanya.

Nyoman menuturkan, inactivated virus yang digunakan pun tidak sembarangan. Memilih virus paling tepat yang akan dinonaktifkan tidak mudah. Pada awal-awal riset, untuk menumbuhkan virus, perlu terobosan teknologi. ’’Alhamdulillah berhasil,” katanya.

Koleksi virus itu pun berada di RSUD dr Soetomo, RSUA, dan LPT yang sama-sama mengidentifikasi whole genome sequence. Setelah itu, koleksi virus yang sudah diidentifikasi tersebut dikumpulkan pakar virologi yang ditangani Prof drh Fedik Abdul Rantam. Kemudian, dipilih yang terbaik dari semua strain yang ada. Khususnya di Surabaya dan sekitarnya. ’’Ini menunjukkan hasil yang bagus,” ujarnya.

Nyoman mengatakan, tahapan panjang mulai laboratorium based hingga praklinis uji hewan coba saat ini menunjukkan hasil yang cukup baik. Itu merupakan setengah jalan menuju produk industri. Uji praklinis pun membutuhkan waktu yang cukup panjang. ’’Hambatannya ada pada administrasi. Salah satunya, dulu mendatangkan bahan-bahan kimia yang sulit. Sekarang, mendatangkan hewan coba. Tidak hanya pada hewan kecil atau mencit, nanti juga ke makaka (kera),” katanya.

Tahap demi tahap pun dilakukan dengan mematuhi ketentuan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Bahkan, sejak awal penelitian pun, pihaknya telah berkoordinasi dengan BPOM dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). ’’Mudah-mudahan setelah kandidat vaksin dan uji praklinis terdokumentasi dengan baik, bisa dilanjutkan persiapan ke uji klinis,” ujarnya.

Meski menggunakan platform inactivated virus (klasikal), lanjut dia, tidak berarti asal mengambil virus strain. Tim riset Unair memilih strain yang tepat. Bahkan, sejak awal pandemi Covid-19 pada Maret, Unair telah mengidentifikasi masuknya mutan virus dari Eropa. Ketiga platform yang digunakan untuk membuat vaksin juga sudah memperhatikan mutasi virus baru asal Eropa yang ada di Indonesia. ’’Ini mutan paling penting. Sebab, mutasi virus varian di tempat lain juga memiliki strain yang hampir sama,” kata dia.

Baca Juga: Dituntut Minta Maaf, Jozeph: Jawaban Saya Sama Seperti Abdul Somad

Hal itu juga menjawab pertanyaan masyarakat terkait dengan munculnya banyak mutasi virus SARS-CoV-2 di Indonesia. Tim riset Unair pun meyakinkan bahwa Vaksin Merah Putih platform Unair mempertimbangkan hal tersebut sejak awal. ’’Mutasi dari Afrika, India, Inggris, dan lain-lain punya virus D-614G. Jadi, kami memperhatikan strain tersebut sejak awal,” ujarnya.

Saksikan video menarik berikut ini:


Perjalanan Panjang Tim Peneliti Unair Ciptakan Vaksin Merah Putih