Ikatan Alumni Penyintas Covid-19 Jatim Telah Beranggota 1.279 Orang

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Ikatan Alumni Penyintas Covid-19 Jatim Telah Beranggota 1.279 Orang


Minggu (23/8) Ikatan Alumni Penyintas Covid-19 Jawa Timur resmi dibentuk. Pengukuhan dilakukan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa. Meski baru dibentuk, organisasi yang diketuai Edy Sukotjo itu telah beranggota 1.279 orang. Mayoritas anggotanya warga Surabaya.

SEPTIAN NUR HADI, Surabaya

Akhir Juni merupakan kondisi terkelam yang dialami Edy Sukotjo. Pria kelahiran Surabaya, 22 Januari 1969, itu dinyatakan positif Covid-19 dan harus dirawat di Rumah Sakit Lapangan Indrapura (RSLI).

Edy tidak pernah menyangka virus korona menyerang tubuh. Bekerja di Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur menuntut dirinya selalu menerapkan prosedur tetap (protap) kesehatan. Namun, kenyataannya tidak demikian. Korona tetap berhasil masuk ke tubuhnya.

”Pernah demam, tapi sudah lama sembuh dan setelah itu saya tidak perah merasa sakit. Justru tubuh lagi sehat-sehatnya.

Tetapi pas ikut tes cepat di kantor, malah hasilnya reaktif. Pengecekan dilanjutkan dengan tes swab. Hasilnya pun sama. Saya dinyatakan positif korona,” kata Edy di kediamannya, Jalan Pulo Tegalsari, Wonokromo, Senin siang (31/8).

Kekecewaan dia rasakan. Sementara waktu Edy harus berpisah dengan istri dan kedua anaknya. Namun, keterpurukannya berhasil dengan cepat dihilangkan. Mendapatkan pelayanan baik di RSLI membuatnya kembali bersemangat untuk melanjutkan hidup. Dalam waktu singkat, Edy dinyatakan sembuh serta bisa kembali ke rumah. ”Cuma tiga hari dirawat, 29 Juni sudah diperbolehkan untuk pulang,” ucap dia.

Sembuh dari Covid-19 merupakan keberhasilan yang luar biasa. Momen itu dia jadikan sebagai lembaran baru kehidupannya. Edy bertekad membantu pemerintah dalam melawan virus mematikan tersebut.

Selama menginap di RSLI, komunikasi terhadap para pasien terjalin sangat baik. Mereka ibarat keluarga sendiri. Karena itu, setelah sembuh, pihak rumah sakit memasukkan nomor teleponnya ke grup WhatsApp sebagai alumni penyintas Covid-19.

Berbagai informasi disampaikan anggota grup. Salah satu yang kerap dibahas adalah masih banyaknya mantan pasien Covid-19 yang mendapatkan perlakuan buruk dari masyarakat. Terutama dari lingkungan tempat tinggal masing-masing. Mereka diasingkan, dijauhkan, bahkan ditolak untuk kembali tinggal di rumahnya.

Padahal, sejatinya mereka 100 persen telah sembuh dari Covid-19 dan tidak lagi membahayakan. ”Tapi pada kenyataannya, masih banyak warga yang menolak keberadaan mereka. Perlakuan itu membuat mereka merasa sangat terpuruk,” ujarnya.

Selain itu, sikap diskriminatif kerap dialami mereka di lingkungan kerja. Merasa diasingkan membuat mereka frustrasi dan memilih untuk tidak lagi bekerja. Menjadi pengangguran membuat kondisi perekonomian mereka merosot tajam. Edy menilai kondisi yang terjadi tak lagi bisa didiamkan.

Stigma masyarakat terhadap penderita Covid-19 harus dihilangkan. Sebab, korona bukan penyakit kutukan. Jika tidak menerapkan prosedur tetap (protap) kesehatan, semua orang dapat mengidap penyakit tersebut.

Perlakuan diskriminatif menjadi pembahasan serius bagi seluruh anggota. Sebagai wadah koordinasi, Ikatan Alumni Penyintas Covid-19 Jawa Timur dibentuk. Anggotanya seluruh mantan pasien Covid-19 di RSLI. Tercatat 1.279 orang telah tergabung. Sebanyak 950 orang di antaranya berasal dari Surabaya.

Sisanya berasal dari kota-kota di Jatim. Mereka mempunyai tugas penting menanggulangi Covid-19. Salah satunya melindungi mantan pasien Covid-19 dari sikap diskriminatif masyarakat.

Kemudian, mengubah stigma masyarakat terhadap virus korona. Berbagai cara dilakukan. Misalnya, memberikan sosialisasi ke permukiman penduduk, pendampingan mantan pasien, dan mengadakan mediasi terhadap keluarga atau pihak perusahaan yang menolak mantan pasien Covid-19.

Luasnya wilayah Jatim membuatnya harus membagi-bagi ke dalam sebuah tim. Tim tersebut tersebar di wilayah masing-masing. Di Surabaya misalnya, dibentuk empat tim. Yaitu, tim di Surabaya Timur, Barat, Utara, dan Selatan.

Blusukan dilakukan satu minggu sekali. Bisa juga pada hari libur nasional. Sebab, mayoritas anggota merupakan pekerja. Mereka punya waktu luang pada hari-hari itu.

Agar kegiatan berjalan lancar, beberapa bantuan diberikan. Masker salah satunya. Dalam hal ini, pihaknya berkerja sama dengan Pemprov Jawa Timur. Gubernur sangat mendukung langkah yang dilakukannya. Sebab, Edy mengklaim organisasi Ikatan Alumni Penyintas Covid-19 di Indonesia baru ada di Jawa Timur.

Ke depan, Edy akan merekrut anggota dari mantan pasien Covid-19 di rumah sakit lainnya. Misalnya, di RSUD dr Soetomo. Sebab, rasa solidaritas yang tinggi akan mengubah keadaan menjadi lebih baik. Seluruh masyarakat dapat disiplin menerapkan protokol kesehatan. Kemudian, masyarakat bisa menerima mantan pasien Covid-19 kembali ke lingkungan tempat tinggalnya.

Selain edukasi, tracing wilayah dilakukan. Jika ada masyarakat yang sakit atau mengalami gejala Covid-19, pihaknya langsung melapor ke RSLI. Sehingga penanganan bisa langsung diberikan. Kemudian untuk membantu penyembuhan pasien Covid-19, donor plasma dilakukan oleh seluruh anggota.

Sampai saat ini baru 18 orang yang telah melakukan donor plasma. Ya, jumlah pendonor masih sangat sedikit. Itu disebabkan beberapa faktor. Pertama, tidak semua donor plasma dapat diterima. Banyaknya anggota yang belum siap melakukan donor menjadi tantangan tersendiri. Dia tidak akan bosan-bosan menyakinkan mereka untuk memberanikan diri melakukan donor plasma. Semua itu demi kebaikan bersama.

Saksikan video menarik berikut ini:


Ikatan Alumni Penyintas Covid-19 Jatim Telah Beranggota 1.279 Orang