Prof Heri Kuswanto, Profesor Termuda ITS Bidang Komputasi dan Statisti

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Prof Heri Kuswanto, Profesor Termuda ITS Bidang Komputasi dan Statisti


Menjadi guru besar (gubes) atau profesor adalah karier akademik tertinggi yang menjadi impian para dosen. Di usia yang menginjak 38 tahun, Prof Dr Rer Pol Heri Kuswanto MSi berhasil mencapai status profesor termuda di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) pada 1 September 2020.

SEPTINDA AYU PRAMITASARI, Surabaya

HERI Kuswanto cukup sibuk kemarin (1/4). Sejak pagi, laki-laki yang kini masuk usia 39 tahun itu memulai aktivitasnya menjadi seorang dosen penguji S-3 di ITS secara daring. Saat itu, Heri memang tengah work from home (WFH). Setelah menjadi penguji, dia memanfaatkan waktunya untuk berkunjung ke kantor Jawa Pos di lantai 4 Graha Pena. ’’Saya pukul 13.00 ada rapat online lagi,” kata Heri kepada Jawa Pos kemarin.

Meski sibuk, Heri terbilang pandai mengatur waktu. Tidak terkecuali dalam hal menulis jurnal penelitian atau riset.

Apalagi, saat ini dia tidak hanya menjadi dosen dan ilmuwan, tetapi juga menjabat direktur pascasarjana Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Tentu kesibukan terkait administratif jauh lebih menyita waktu. Belum lagi, menjadi dosen.

’’Kadang image yang terjadi, dosen yang mendapatkan tugas tambahan sebagai direktur atau yang lain sudah tidak bisa produktif lagi. Nah, saya tidak ingin seperti itu,” ujar dia saat berbincang-bincang santai dengan Jawa Pos.

Setiap hari sebelum memulai aktivitas, Heri meluangkan waktu untuk menulis jurnal penelitian. Hal itu dilakukan setelah subuh, sebelum memulai aktivitas pagi kampus, baik secara offline maupun online. ’’Setidaknya dalam sehari, saya harus menulis dua lembar jurnal penelitian,” imbuhnya.

Konsistensi dan prinsip menjalani yang terbaik dari profesi ilmuwan ternyata membuahkan bonus. Yakni, menjadi guru besar atau profesor termuda di ITS. Surat keputusan (SK) tersebut diterima pada 1 September 2020. Kemudian, Heri dilantik bersama 10 gubes lainnya oleh ITS pada Rabu (31/3). ’’Sebenarnya saya tidak pernah menargetkan menjadi dosen termuda. Ini bonus,” ujar dosen yang terlibat dalam penelitian di bidang prediksi cuaca dan iklim itu.

Menurut dia, banyak dosen senior di ITS yang genius dan hebat. Namun, syarat menjadi gubes adalah harus bisa mengumpulkan data karya riset dan penelitian serta inovasi-inovasi yang sudah dilakukan selama menjadi dosen. Hal itu membutuhkan ketelatenan agar semua data karya riset dan inovasi tersebut terkumpul.

’’Jadi, kalau saya memang sejak memulai karier menjadi dosen, semua karya riset maupun inovasi teradministratif dengan baik. Setiap kali waktunya kenaikan pangkat, semua syarat administrasi sudah siap untuk diajukan,” ujar lulusan S-3 di Leibniz Hannover University, Jerman, pada 2009 tersebut.

Suami Nur Aini itu menambahkan, step-by-step dari sebuah perjalanan karier akademik memang telah dilakukan secara teratur. Tugas dan fungsi sebagai ilmuwan juga tidak pernah ditinggalkan. Itu membuat perjalanan menjadi gubes cukup lancar.

Baca Juga: Mabes Polri Diserang, Pengamat: Banyak Kejanggalan, Jangan Spekulasi

’’Saya tidak pintar sekali. Ada yang jauh lebih genius. Bisa dibilang saya bisa meraih ini karena rajin. Ini yang kadang ingin saya bagikan kepada dosen-dosen muda lainnya yang punya kesempatan besar dalam mencapai puncak karier akademik,” kata pria kelahiran 26 Maret 1982 itu.

Heri menambahkan, sejak kecil dirinya memiliki kemampuan matematika cukup bagus. Saat kuliah, dia memutuskan untuk masuk jurusan statistika di ITS. Banyak yang mengira statistika sekadar angka.

Saksikan video menarik berikut ini:


Prof Heri Kuswanto, Profesor Termuda ITS Bidang Komputasi dan Statisti