Mengenal Tim Kreatif Pemkot Surabaya dari Kalangan Disabilitas

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Mengenal Tim Kreatif Pemkot Surabaya dari Kalangan Disabilitas


Pemkot Surabaya memberdayakan berbagai pihak untuk berkontribusi dalam pembangunan Kota Pahlawan. Tidak terkecuali para penyandang disabilitas. Pemkot memiliki tiga penyandang disabilitas untuk ditempatkan sebagai tim kreatif.

UMAR WIRAHADI, Jawa Pos

RUANGAN persegi panjang di lantai 2 rumah dinas Wakil Wali Kota Armudji terlihat lengang kemarin siang (22/4). Mayoritas sedang bertugas di luar mengikuti kegiatan Cak Ji. Saat Jawa Pos bertandang ke sana kemarin, hanya terlihat beberapa orang yang duduk menghadap laptop. Sibuk dengan aktivitas masing-masing.

Di sudut ruangan sisi timur, dua orang duduk berjejer. Satunya fokus menghadap laptop. Jari-jemari sibuk memencet keyboard. Seorang lagi memegang kamera Nikon D5100. Dia melihat foto-foto hasil jepretan.

Mengetahui kalau wartawan koran ini menunggunya, salah seorang kemudian mengambil ponsel, lalu menulis di menu note. ’’Maaf, kami baru selesai mendesain,’’ tulisnya. Dia bernama Yuddit Yogi Irwansyah. Yang duduk di sampingnya Enrico Ruben Simon. Keduanya tergabung dalam tim kreatif yang dibentuk Wakil Wali Kota Armudji.

Menariknya, Yuddit dan Enrico sama-sama penyandang disabilitas. Yaitu, tunarungu atau tuli. Sepanjang wawancara kemarin, Jawa Pos dibantu aplikasi Live Transcript. Sebuah aplikasi di Play Store yang mengubah suara menjadi tulisan. Begitu wartawan ini bertanya, Yuddit dan Enrico langsung membaca tulisan di layar. Lalu, mereka juga membalas dengan tulisan. Begitu seterusnya.

Menurut Yuddit, dirinya biasa dibantu juru bahasa isyarat (JBI). Tujuannya, memudahkan komunikasi. Sebab, mereka sangat terkendala pendengaran. Karena kemarin tidak ada JBI, komunikasi pun dilakukan lewat aplikasi. ’’Kan kita ini tuli. Untuk memudahkan komunikasi, seharusnya dibantu JBI,’’ ujar Yuddit, lalu tersenyum.

Yuddit dan Enrico direkrut untuk terlibat dalam tim kreatif. Mereka berkolaborasi dengan sejumlah influencer dan anak-anak milenial lainnya. Salah satu tugas dan fungsinya adalah melakukan sosialisasi program kerja dan kebijakan pemkot lewat teknologi informasi.

Nah, dalam tim itu, Yuddit bekerja untuk bidang desain grafis. ’’Saya ini latar belakangnya memang bidang multimedia,’’ tuturnya. Arek Suroboyo itu kali pertama belajar multimedia saat sekolah di SMK Wachid Hasyim. Lalu, dia melanjutkan ke program pendidikan profesional satu tahun di Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya (ITS). Jurusannya animasi multimedia. Saat ini dia melanjutkan pendidikan S-1 di Universitas Negeri Jember (Unej).

Kepada Jawa Pos, dia memperlihatkan hasil kerjanya kemarin. Yaitu, poster ucapan selamat Hari Kartini. ’’Ini saya kerjakan sehari. Belum selesai, tinggal penataan desain sedikit,’’ ujar pria 31 tahun itu.

Adapun Enrico Ruben Simon adalah penyuka fotografi. Dalam tim, dia bekerja sebagai fotografer yang membantu pemotretan. Dalam setiap kunjungan Cak Ji, pemuda 30 tahun itu kerap ikut untuk mengabadikan kegiatan orang nomor dua di lingkungan Pemkot Surabaya tersebut.

Sejak pertama masuk kerja pada Senin lalu (19/4), dia beberapa kali melakukan pemotretan. Termasuk ketika Cak Ji meninjau kegiatan bazar Ramadan di MERR Rungkut Kidul, Kecamatan Rungkut, Rabu lalu (21/4). Beberapa foto ketika Cak Ji meninjau stan-stan pedagang dan UMKM berhasil didokumentasikan. ’’Ini hasil foto-fotonya,’’ ujar Enrico.

Selain Yuddit dan Enrico, ada juga difabel lain bernama Dani Heru. Dia penyandang tunanetra. Sehari-hari dia ditempatkan di ruang kerja wakil wali kota di kompleks balai kota. Dalam tim kreatif, dia menjadi content writer. Bertugas menyiapkan laporan kegiatan Cak Ji. Termasuk membuat press release kegiatan untuk disebarkan kepada wartawan.

Dani mengaku sudah terbiasa dengan kegiatan itu. Pada 2003, dia pernah punya pengalaman bekerja di Dinas Sosial Provinsi Jatim. Saat itu dia terlibat menggarap laporan kegiatan di dinsos. Sebagian berupa laporan kegiatan untuk kebutuhan internal instansi dan sebagian lagi berupa press release. ’’Ini sebetulnya pekerjaan lama yang harus saya geluti lagi,’’ tuturnya.

Kegiatan Dani di bidang tulis-menulis ditopang latar belakang pendidikan yang cukup kredibel. Betapa tidak. Dia memiliki gelar magister kebijakan publik dari Universitas Airlangga (Unair). Dia menyelesaikan pendidikan S-2 dengan beasiswa dari ASEAN University Network.

Pendidikan S-1 diselesaikan di Universitas Negeri Surabaya (Unesa) dengan program studi seni drama, tari, dan musik (sendratasik).

Dani mengaku sangat bersyukur bisa bekerja membangun Kota Pahlawan. ’’Saya bahagia sekali bisa ikut mengabdi di sini. Di tanah kelahiranku,’’ ujar pria 36 tahun itu.

Baca Juga: Mudik Awal ke Surabaya dengan Syarat Ketat

Wakil Wali Kota Armudji mengatakan, pihaknya akan memberikan kesempatan yang sama kepada warga Surabaya yang punya kemampuan. Termasuk para penyandang disabilitas. Asal punya skill yang dibutuhkan. Itu merupakan bentuk apresiasi atas kapasitas yang mereka miliki.

’’Kita beri kesempatan dan ruang gerak yang sama,’’ imbuh Cak Ji. 

Saksikan video menarik berikut ini:


Mengenal Tim Kreatif Pemkot Surabaya dari Kalangan Disabilitas