Polisi Minta Tersangka Perusakan Kampus Menyerahkan Diri

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Polisi Minta Tersangka Perusakan Kampus Menyerahkan Diri


JawaPos.com–Tim Reskrim Polres Pamekasan, Jawa Timur, meminta mahasiswa tersangka perusakan kampus Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Madura yang saat ini buron, agar menyerahkan diri, untuk menjalani proses hukum.

”Ini kami sampaikan agar menjadi perhatian kepada para pelaku dan tidak mempersulit petugas dalam melakukan penyidikan,” kata Kasatreskrim Polres Pamekasan AKP Tomy Prambana seperti dilansir dari Antara di Pamekasan.

Kasus perusakan fasilitas kampus IAIN Madura terjadi pada 30 Juli, saat mereka berunjuk rasa menuntut penurunan uang kuliah tunggal (UKT) di kampus itu. Unjuk rasa yang digelar mahasiswa itu awalnya berlangsung damai, namun berubah menjadi rusuh. Sejumlah fasilitas kampus dirusak pengunjuk rasa, bahkan pos satuan pengamanan (satpam) kampus IAIN Madura dibakar.

Tomy menjelaskan, setelah kejadian itu, polisi menangkap lima mahasiswa sebagai tersangka, termasuk korlap aksi. Penangkapan itu setelah petugas melakukan penyelidikan dan memeriksa sejumlah pihak dari unsur satuan pengamanan kampus, dosen, dan peserta unjuk rasa yang berujung rusuh itu.

Berdasar hasil pemeriksaan, petugas menetapkan delapan orang sebagai tersangka. Lima orang ditangkap dan tiga lainnya buron serta masuk dalam daftar pencarian orang (DPO). Saat ini, lanjut Tomy, pihaknya terus melakukan pencarian dengan cara berkoordinasi dengan polsek jajaran dan beberapa polres di bawah Polda Jatim untuk melacak kemungkinan keberadaan tiga mahasiswa itu.

”Kami juga meminta bantuan tim intel Polres Pamekasan untuk melacak keberadaan ketiga orang mahasiswa yang masuk dalam daftar pencarian orang tersebut,” papar Tomy.

Sebelumnya, Rektor IAIN Madura Moh Kosim menyatakan proses hukum bagi mahasiswanya yang melakukan perusakan fasilitas kampus itu perlu dilakukan. Sebab, tindakan mereka telah melampai batas etika moral sosial dan agama.

”Dasar itulah yang menjadi pertimbangan kami mengapa proses hukum harus tetap berjalan. Silakan saja menyampaikan aspirasi terhadap hal-hal yang tidak disetujui dari kebijakan akademik, tapi jangan melakukan perusakan. Sebab, itu tindakan melawan hukum, di samping memang tidak etis secara agama, adat, dan sosial,” ucap Kosim.

Unjuk rasa berujung rusuh di kampus IAIN Madura itu, diketahui digerakkan presiden mahasiswa berinisial SB. Aksi itu menuntut penurunan UKT 50 persen dari 30 persen yang ditetapkan pihak kampus. Sejumlah fasilitas kampus yang rusak, seperti kaca aula dan pos pengamanan karena dibakar pengunjuk rasa.


Polisi Minta Tersangka Perusakan Kampus Menyerahkan Diri