Saksi Sebut Alex Noerdin Perintahkan BPKAD Sumsel Anggarkan Rp 100 M

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Saksi Sebut Alex Noerdin Perintahkan BPKAD Sumsel Anggarkan Rp 100 M


JawaPos.com–Gubernur Sumatera Selatan (Sumsel) periode 2008–2018 Alex Noerdin disebut pernah memerintahkan Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Sumsel, agar menganggarkan dana senilai Rp 100 miliar setiap tahun. Dana itu dialokasikan untuk biaya pembangunan Masjid Raya Sriwijaya di Palembang.

Hal tersebut diungkapkan mantan Kepala BPKAD Sumsel Laoma L. Tobing, saksi dalam sidang lanjutan penyelesaian kasus tindak pidana korupsi (tipikor) dana hibah pembangunan Masjid Raya Sriwijaya, di Pengadilan Negeri Palembang, Selasa (7/9). ”Saya diperintahkan dia (Gubernur Sumsel Alex Noerdin) untuk menganggarkan Rp 100 miliar setiap tahun untuk pembangunan masjid ini,” kata Laoma Tobing kepada majelis hakim tipikor yang diketuai Sahlan Efendi seperti dilansir dari Antara.

Menurut dia, permintaan tersebut disampaikan langsung Alex Noerdin secara lisan kepadanya saat agenda rapat yang berlangsung di Griya Agung, Palembang (rumah dinas gubernur) pada 2014. ”Saat itu seingat saya juga ada Pak Marwah dan sejumlah pejabat Pemprov Sumsel,” ujar Laoma L. Tobing.

Atas perintah tersebut, nilai uang itu dimasukkan sebagai dana hibah pembangunan masjid dalam rencana kerja anggaran (RKA). Setelah itu, masuk dalam pembahasan Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TPAD) Sumsel yang saat itu diketuai tersangka Mukti Sulaiman.

”Saya yakin dua orang tersebut tadi mendengar perintah ini,” jawab Laoma L. Tobing meyakinkan majelis hakim.

Tersangka Mukti Sulaiman yang sekaligus saksi dalam sidang tersebut, membenarkan bahwa dirinya melakukan pembahasan dana hibah Masjid Sriwijaya dalam TPAD. ”Benar ada pembahasannya yang mulia,” tutur Mukti.

Pemprov Sumsel mencairkan dana hibah senilai Rp 130 miliar untuk pembangunan Masjid Raya Sriwijaya tersebut yang dilakukan sebanyak dua termin. Termin pertama pada 2015 senilai Rp 50 miliar dan termin kedua pada 2017 senilai Rp 80 miliar yang masing-masing berasal dari APBD Provinsi Sumsel, setelah ditandatangani Naskah Perjanjian Hibah Daerah (NPHD) oleh Asisten 3 Kesra Pemprov Sumsel Akhmad Najib.

Hakim Sahlan Efendi berpandangan berdasar keterangan saksi mantan Kepala BPKAD tersebut, proses pencairan dana hibah itu berarti sudah disiapkan lebih dahulu (top down), berbeda dari lumrah terjadi yaitu dana hibah baru bisa diproses setelah ada permintaan (bottom up).

Sebelumnya, Kepala Seksi Penuntutan Bidang Pidana Khusus Kejaksaan Tinggi Sumsel M. Naimullah mengatakan, mengagendakan pemanggilan terhadap Muddai Madang untuk bersaksi pada sidang pekan depan. Untuk Alex Noerdin diagendakan pemanggilan pada sidang dua pekan ke depan.

”Saat ini memang belum dipanggil, kami agendanya sampai dua pekan ke depan sebagai saksi,” kata Naimullah.

Menurut dia, kedua petinggi Sumsel itu dipanggil sebagai saksi untuk melengkapi berkas pembuktian tindak pidana korupsi dana hibah pembangunan Masjid Raya Sriwijaya terhadap empat terdakwa Edi Hermanto, Syarifudin, Yudi Arminto, dan Dwi Krisdayani di Pengadilan Negeri Palembang. Empat terdakwa disebut telah melanggar pasal 2 juncto pasal 18 UU Nomor 20 Tahun 2001 jo pasal 55 KUHP dan subsider pasal 3 jo pasal 18 No. 20/2001 jo pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.


Saksi Sebut Alex Noerdin Perintahkan BPKAD Sumsel Anggarkan Rp 100 M