BPPTKG Sebut Konsentrasi Gas CO2 Gunung Merapi Meningkat

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

BPPTKG Sebut Konsentrasi Gas CO2 Gunung Merapi Meningkat


JawaPos.com–Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyebutkan konsentrasi gas CO2 di Gunung Merapi mulai mengalami peningkatan.

”Konsentrasi gas CO2 meningkat menjadi 675 ppm (bagian per juta),” kata Kepala BPPTKG Hanik Humaida seperti dilansir dari Antara di Jogjakarta.

Hanik mengatakan pemantauan gas dari stasiun Vogamos (Volcanic Gas Monitoring System) di Lava 1953 di Gunung Merapi menunjukkan nilai gas CO2 (ppm) dengan interval waktu setiap lebih kurang tiga jam untuk pengambilan data. Selama awal November hingga 20 November, konsentrasi CO2 menunjukkan nilai yang cukup konstan, yaitu rata-rata 525 ppm.

”Setelah periode tersebut hingga akhir bulan ini menunjukkan peningkatan (CO2) hingga nilai maksimal sebesar 675 ppm,” terang Hanik.

Peningkatan gas CO2 di Gunung Merapi yang terletak di perbatasan Daerah Istimewa Jogjakarta dan Jawa Tengah itu, menurut dia, menjadi salah satu indikator peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Merapi yang kini telah berstatus siaga. Data pemantauan tersebut juga menunjukkan proses desakan magma menuju permukaan.

Selain konsentrasi gas, lanjut dia, indikator peningkatan aktivitas vulkanik lain adalah kegempaan internal di tubuh gunung itu yang meningkat mencapai 400 kali per hari. Selama November, kegempaan Gunung Merapi tercatat 1.069 kali gempa vulkanik dangkal (VTB), 9.201 kali gempa fase banyak (MP), 29 kali gempa low frekuensi (LF), 1.687 kali gempa guguran (RF), 1.783 kali gempa hembusan (DG), dan 39 kali gempa tektonik (TT).

”Intensitas kegempaan pada bulan ini 2–5 kali lebih tinggi dibandingkan Oktober,” tutur Hanik.

Analisis morfologi area puncak berdasar foto dari sektor tenggara pada bulan ini, menurut Hanik, juga menunjukkan adanya perubahan morfologi sekitar puncak yakni runtuhnya sebagian kubah Lava 1954. Sedangkan berdasar analisis foto drone pada 16 November, teramati adanya perubahan morfologi dinding kawah akibat runtuhnya lava lama, terutama Lava 1997 (selatan), Lava 1998, Lava 1888 (barat), dan Lava 1954 (utara). ”Belum teramati kubah lava baru,” ujar Hanik.

Selain itu, Hanik menjelaskan, deformasi Gunung Merapi yang dipantau dan diukur menggunakan electronic distance measurement (EDM) pada bulan ini menunjukkan adanya laju pemendekan jarak sebesar 11 cm/hari.

BPPTKG mempertahankan status Gunung Merapi pada level III atau siaga. Potensi bahaya akibat erupsi Merapi diperkirakan maksimal dalam radius lima kilometer dari puncak. Untuk penambangan di alur sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi dalam kawasan rawan bencana (KRB) III direkomendasikan untuk dihentikan. Selain itu, pelaku wisata agar tidak melakukan kegiatan wisata di KRB III, termasuk kegiatan pendakian ke Gunung Merapi.


BPPTKG Sebut Konsentrasi Gas CO2 Gunung Merapi Meningkat