Epidemiolog Bilang Mobilitas Warga Perlu Dibatasi Seperti Awal Pandemi

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Epidemiolog Bilang Mobilitas Warga Perlu Dibatasi Seperti Awal Pandemi


JawaPos.com–Epidemiolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Riris Andono Ahmad berharap Pemerintah Daerah Istimewa Jogjakarta kembali membatasi mobilitas warga seperti pada saat awal pandemi Covid-19. Hal tersebut perlu dilakukan untuk mencegah kasus penularan virus itu yang terus meningkat.

”Mobilitas di Jogjakarta sekarang relatif tinggi. Kalau kita lihat sekarang di jalan-jalan, di pusat-pusat keramaian, sudah relatif padat. Mungkin hampir sama dengan sebelum pandemi,” kata Riris Andono seperti dilansir dari Antara di Pusat Kedokteran Tropis, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM, Jogjakarta.

Menurut Riris, penambahan kasus Covid-19 di Jogjakarta pada 6 Desember menyentuh lebih dari 200 kasus dalam sehari. Itu merupakan buah dari tingginya mobilitas warga tanpa diimbangi penerapan protokol kesehatan secara konsisten.

”Jadi kurvanya memang akan menanjak. Karena, kita tidak berhasil menghentikan penularannya, sehingga yang tertular semakin banyak. Kenapa bisa begitu? karena mobilitas di Jogjakarta itu relatif tinggi,” terang Riris Andono Ahmad.

Pemda Jogjakarta, menurut dia, sudah waktunya kembali menginjak rem, yakni dengan kembali mendorong kegiatan masyarakat sementara waktu dari rumah. Adaptasi kebiasaan baru juga perlu diwujudkan dengan memberlakukan pelonggaran dan pengetatan mobilitas masyarakat secara bergantian sesuai situasi.

Menurut dia, jika penularan telah meluas dan sulit dikendalikan, cara paling efektif adalah mengintervensi dengan menghentikan sesaat mobilitas masyarakat. ”Itu menjadi intervensi efektif, karena begitu dihentikan mobilitas masyarakat, virus akan kesulitan mencari orang untuk ditulari,” tutur Riris Andono Ahmad.

Selama manusia masih berinteraksi dan protokol 3 M (mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak) tidak dipatuhi, menurut dia, risiko penularan akan tetap tinggi. ”Itu sebuah keniscayaan. Virus itu tidak jalan-jalan. Yang membuatnya bisa berkeliaran ya manusianya,” papar Riris Andono Ahmad.

Dia memperkirakan, apabila masyarakat bisa kembali bertahan di rumah minimal selama dua pekan yang merupakan periode infeksi, akan signifikan mengurangi laju penularan virus di Jogjakarta.

”Kalau memang bisa membuat orang tinggal di rumah dua pekan saja, itu ada reduksi penularan,” ucap Riris Andono.

Sampai 6 Desember Pemerintah Daerah Istimewa Jogjakarta mencatat total suspek Covid-19 mencapai 17.053 orang. Pasien terkonfirmasi positif Covid-19 dalam waktu 24 jam bertambah 224 orang, sehingga total kasus positif menjadi 6.956 kasus.

Saksikan video menarik berikut ini:


Epidemiolog Bilang Mobilitas Warga Perlu Dibatasi Seperti Awal Pandemi