Kemendikbud: Pendidikan Vokasi di Indonesia Tak Kalah dari Negara Lain

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Kemendikbud: Pendidikan Vokasi di Indonesia Tak Kalah dari Negara Lain


JawaPos.com – Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi (Dirjen Diksi) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Wikan Sakarinto menyatakan, fasilitas dan kurikulum beberapa SMK di Indonesia yang telah menerapkan link and match dengan industri dan dunia kerja (IDUKA). Dan ini tidak kalah jika dibandingkan sekolah vokasi di Jepang.

Hal tersebut diungkapkan Wikan setelah melakukan inspeksi mendadak (sidak) tiga SMK di Jawa Tengah yaitu SMK Negeri 2 Solo, SMK WARGA Solo, dan SMK 1 Muhammadiyah Sukoharjo beberapa waktu lalu.

“Meski awalnya terkejut dan bingung, semuanya menyatakan senang sekali bisa kita cek langsung, mulai dari kurikulum, hingga menggali potensi produk-produk hasil karya mereka,” kata Wikan dalam keterangan resmi, Senin (3/7).

Wikan menyebut kurikulum yang merupakan syarat terpenting di dalam link and match, apakah sudah sesuai dengan kebutuhan industri dan dunia kerja, atau belum sudah tersusun secara baik di sekolah tersebut.

“Dari kurikulum yang saya lihat dan cermati, ternyata di ketiga SMK tersebut, mereka menyusun kurikulumnya benar-benar duduk bersama dengan industri secara intensif. Setiap tahun dilakukan revisi kurikulum sesuai dengan kebutuhan industri dan dunia kerja. Oleh Karena itu, tidak kaget kalau keterserapan lulusannya mencapai rata-rata 93 persen di ketiga SMK tersebut,” tuturnya.

Wikan juga berharap kurikulum link and match tidak saja membekali lulusan SMK dengan kompetensi tinggi, tapi juga dapat meningkatkan soft skills siswa. Di mana harapannya, keingingan untuk masuk SMK tidak kalah dengan SMA.

“Jadi, diharapkan anak-anak SMP, dan khususnya orang tuanya, makin yakin memilih masuk SMK. Karena lulusan SMK tidak saja hebat dalam hard skills, tapi juga hebat dalam berkomunikasi dan memiliki karakter serta budaya kerja di industri yang tinggi. Serta bisa meneruskan studi sampai dengan level sarjana terapan, atau sampai magister (S-2) terapan, di dalam negeri atau di kampus luar negeri,” jelas Wikan.

Sebagai catatan, setelah mencermati masukan-masukan dari industri dan dunia kerja dalam sinkronisasi kurikulum SMK, Wikan menyatakan bahwa aspek pengembangan soft skills siswa SMK masih harus ditingkatkan dengan sungguh-sungguh. “Contohnya kemampuan berkomunikasi aktif, kepemimpinan dan manajerial,” pungkasnya.


Kemendikbud: Pendidikan Vokasi di Indonesia Tak Kalah dari Negara Lain