Ada Dualipa, Benpica, An AC Milan Majapahit

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Ada Dualipa, Benpica, An AC Milan Majapahit


Ada filosofi di balik nama-nama klub Liga 3 yang ”memegang teguh budaya Eropa”. Bersiaplah menunggu derbi Manchester di Jakarta. Juga United yang tak ada urusan dengan Liga Inggris.

LUAR biasa benar Liga 3 yang di sebagian daerah sudah selesai diputar dan di sebagian lainnya baru akan dimulai. Sudah klub yang berpartisipasi ratusan, pesertanya itu lho, ”multinasional!” Ada jagoan Italia dan Portugal, ada pula jawara Liga Champions, juga duo tetangga berisik dari Inggris, sampai penyanyi top pemilik banyak hit.

Benar-benar liga yang menghibur sejak dalam pikiran. Atau, kalau boleh memelesetkan sedikit kata-kata komika Dodit Mulyanto, ”liga Nusantara yang memegang teguh budaya Eropa” hehehe.

Tapi, jangan salah, Benpica, AC Majapahit, atau Dualipa itu bukan asal comot. Tetap ada filosofi di baliknya.

Benpica, misalnya, juga bukan perkara huruf ”f” yang selalu terpeleset menjadi ”p” dalam bahasa tutur Sunda. Jadinya Benfica, si jagoan Portugal, menjadi Benpica asal North Pangulah, Karawang, Jawa Barat. Bukan, lebih dari itu.

”Ben itu kepanjangannya Benepid, Pi-nya saya lupa. Kalau Ca itu Cariu, kampung asal Benpica di Karawang,” kata Iyus Suryana, pemilik Benpica, kepada Jawa Pos.

Dan, Benpica bukan setahun–dua tahun ini saja berdiri. Sudah sejak 1975, yang dirintis almarhum ayahanda Iyus, Anda Suhanda. Ada semangat pengabdian untuk membantu sepak bola Karawang di dalamnya. Kalau tidak, siapa pula yang mau tiap tahun menanggung kerugian klub amatir selama hampir setengah abad.

Semangat pembinaan itu juga ditunjukkan dengan adanya akademi serta stadion Benpica. Akademi mereka bekerja tergabung dengan Persib Bandung. Tahun ini dua binaan mereka, Jujun Junaedi dan Basroh Alamsyah, juga direkrut klub Liga 2 RANS Cilegon FC.

Di zona 3 Jawa Barat, Benpica bukan satu-satunya klub yang namanya ”memegang teguh budaya Eropa”. Ada pula Bareti 1698 FC yang akan mengingatkan semua orang dengan Inter Milan. Juga Parma FC yang bakal membawa ingatan kepada…ya AC Parma lah, siapa lagi.

Yang ”lebih Italia” dari mereka juga ada. Setidaknya mereka satu-satunya klub Indonesia yang mencantumkan AC dan bukan FC di nama mereka: AC Majapahit. Kalau diringkas menjadi ACM. Sama kan dengan AC Milan?

”Kami para pemilik umurnya 30–40 tahun dan hidup di era sepak bola Italia yang maju di era ’90-an. Jadi, menurut kami, nama AC di depan Majapahit sangat cocok dengan apa yang kami suka,” kata Raja Siahaan, salah seorang pemilik ACM.

Preferensi pemilik juga yang mendasari Jambi United. Jangan salah, namanya memang mengandung United, tapi klub Liga 3 zona Jambi itu tidak punya urusan sama sekali dengan Liga Inggris. Mulai logo sampai jersey, Jambi United justru mirip dengan tim asal Italia Juventus.

Apa lagi penyebabnya kalau bukan karena para owner-nya adalah Juventini, sebutan pendukung Juventus. Entah kenapa mereka tidak memilih nama FC Zebra, Juve Putra, atau Jupentus sekalian.

Yang jelas, mengambil semangat dari Italia itu, kata Raja, juga dalam rangka mendorong semua elemen klub mencapai tujuan: promosi. ”Target kami memang naik ke Liga 2. Karena itu, kami juga menjadi salah satu tuan rumah di Liga 3 zona Jatim,” beber pemilik klub yang berbasis di Mojokerto, Jawa Timur, itu.

AC Majapahit juga menyebut bahwa pihaknya sudah berencana membangun stadion sendiri. ”Tapi, belum bisa dipastikan kapan terealisasi. Sekarang fokus kami memperbaiki lapangan sepak bola dan mes di Kenanten, Mojokerto,” tuturnya.

Status mereka memang tim amatir. Tapi, tak sedikit klub Liga 3 yang bersemangat melengkapi fasilitas klub bak tim profesional. Dari mes, akademi, sampai stadion. Nun di Desa Kutalimbaru, Deli Serdang, Sumatera Utara, misalnya, ada Mencirim City yang punya stadion sendiri berkapasitas 10 ribu penonton dan dilengkapi lampu. Sesuatu yang langka, bahkan di Liga 1 sekalipun.

Semangat menjadi profesional itu juga dikoarkan dua klub bertetangga, Jakarta City dan Jakarta United. Menurut owner Jakarta City M. Jaelani Saputra, Jakarta City awalnya bernama Putra Citra Muda yang lahir pada 2002.

Namun, melihat pasar sepak bola saat ini, pihaknya mengganti nama klub menjadi Jakarta City dan diresmikan saat kongres PSSI per 14 Maret 2020. Selain namanya yang mirip, logo pun identik dengan klub Inggris Manchester City.

”Dalam hal ini, kami tidak plagiat. Kami memfilosofikan ini menjadi bagian dari dorongan psikologis untuk membangun motivasi,” ujar Jaelani.

Target mereka setidaknya lolos ke zona nasional. Namun, Jaelani sadar tidak akan mudah. Apalagi, mereka harus siap berhadapan dengan tetangga, Manchester, eh, Jakarta United.

Aji Bintara, CEO sekaligus pelatih Jakarta United, meyakini derbi timnya melawan Jakarta City sama serunya dengan derbi di Manchester sana. ”Pasti akan menjadi partai yang sulit bagi Jakarta United,” ujar Aji.

Bagi Jhonny Sandadinata, makna Dualipa itu simpel saja: akronim dua daerah di Sumatera Barat, Lima Puluh Kota dan Payakumbuh.

Baru setelah yakin dengan Dualipa, yang kemudian dia daftarkan dan ikut kompetisi, ada yang memberi tahu bahwa nama itu sama dengan biduanita terkenal Inggris berdarah Kosovo-Albania, Dua Lipa. Jhonny membuka YouTube, eh ternyata benar.

Tapi, ya tak mengapa. Kalau Benfica bisa menjadi Benpica, AC Parma menjelma Parma FC, dan AC Milan menjadi AC Majapahit, kenapa tidak dengan Dualipa? Siapa tahu bisa melejit seperti si uni penyanyi dari Inggris itu.


Ada Dualipa, Benpica, An AC Milan Majapahit