Eri Cahyadi Serap Keluh Kesah Warga dengan Cangkrukan di Balai RW

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Eri Cahyadi Serap Keluh Kesah Warga dengan Cangkrukan di Balai RW


Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi bertekad untuk mendekatkan pelayanan kepada masyarakat. Berbagai persoalan yang dihadapi warga dicarikan jalan keluarnya. Itulah yang dilakukannya ketika mulai ”berkantor’’ di balai-balai RW. Kepala OPD diikutsertakan agar bertindak cepat.

UMAR WIRAHADI, Surabaya

TANPA ragu, Noor Sinun berdiri di antara hadirin yang duduk lesehan. Dengan tangan mendekap mikrofon, pria 54 tahun itu menumpahkan unek-unek yang menjadi persoalan warga selama ini. Yaitu, banjir tahunan di wilayah Jagir Sidomukti, Kelurahan Jagir, Wonokromo.

Setiap kali musim hujan, kerap terjadi banjir sampai selutut orang dewasa. Lebih dari 50 rumah terendam banjir. Pemicunya, sungai yang melintasi permukiman warga selalu meluap. Sebab, permukaan sungai dangkal sekali. ”Harapan warga, sungai ini dikeruk. Sudah bertahun-bertahun tidak ada normalisasi,’’ kata Noor, kemudian duduk kembali.

Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi tampak serius menyimak persoalan warga itu. Kemudian, dia melirik ke belakang. Dia mencari Kepala Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Pematusan (DPUBMP) Erna Purnawati. Erna dan sejumlah kepala organisasi perangkat daerah (OPD) memang ikut serta dalam momen cangkrukan Selasa (26/10) malam.

”Tolong dijawab, Bu Erna,’’ celetuk Eri.

Erna tidak banyak berkomentar. Langsung to-the-point pada pokok persoalan. Pihaknya segera mengerahkan sejumlah alat berat untuk mengeruk sungai itu.

”Besok (kemarin, Red) minta waktunya ketemu di lokasi nggih, Pak. Jam 07.00. Saya dan Kabid (kepala bidang, Red) akan ke lokasi,” jawab Erna.

Satu persoalan sudah terjawab. Tepuk tangan warga bergemuruh di dalam balai RW setempat.

Eri pun mengembangkan senyum ceria.

”Bareng-bareng kayak gini memang enak. Kalau wali kota saja yang datang janji tok,’’ celetuknya disambut tawa lepas hadirin.

Begitulah, suasana guyub sangat terasa di lokasi acara pada Rabu malam. Yakni, di Balai RW X, Ngagel Dadi, Kelurahan Ngagel Rejo, Kecamatan Wonokromo. Ratusan warga hadir. Ada pengurus RT/RW, LPMK, hingga karang taruna. Karena tidak tertampung di dalam gedung RW, banyak warga yang meluber hingga ke jalan kampung. Sambil berdiri santai atau duduk di emperan rumah, mereka asyik mendengarkan obrolan dan tanya jawab antara rakyat dan kepala daerahnya.

Persoalan lain juga muncul. Yaitu, saat kasus Covid-19 sedang meledak Juli lalu. Ketika itu, warga sulit melakukan pemakaman jenazah. Petugas pemakaman meminta kelengkapan administrasi berupa surat keterangan kematian dari dokter rumah sakit yang menangani. Itu merupakan antisipasi kalau-kalau jenazah meninggal karena paparan Covid-19.

Mendapati persoalan tersebut, malam itu juga Eri membuat keputusan penting. Dia meminta Kepala Dinas Kebersihan Ruang Terbuka Hijau (DKRTH) Anna Fajriatin untuk membuat surat edaran ke semua tempat pemakaman. Bahwa surat keterangan kematian cukup menunjukkan tanda tangan ketua RT. ”Mulai sekarang ini cukup dengan pengantar RT saja,’’ tegasnya.

Eri juga mencurahkan isi hatinya. Membagikan pengalaman selama hampir setahun menjadi wali kota. Dia mengaku kerap kebingungan karena sering mendapat laporan dari bawahannya. Itu terkait dengan penanganan kesejahteraan warga. Mulai ibu hamil hingga lansia yang belum mendapatkan bantuan. Khususnya, bantuan gizi bagi bayi. ”Di situ hati saya tersayat. Ya Allah. Sebab, pemkot sudah berjuang habis-habisan untuk memberikan bantuan. Ternyata, masih ada yang belum kebagian bantuan,’’ ucapnya.

Pria 44 tahun itu mencurahkan isi hatinya terkait masih ditemukannya bayi stunting dan gizi buruk. Juga masih adanya kasus kematian ibu dan anak. ”Informasi-informasi ini membuat saya tambah lemas,’’ akunya.

Padahal, kata dia, ada petugas di bagian terbawah untuk mendata kondisi tersebut. Dia menggantungkan peran itu pada ibu-ibu PKK, RT/RW, dan LPMK. Dia meminta petugas tersebut proaktif melakukan pendataan. Data yang akurat adalah pedoman untuk mengucurkan bantuan agar tepat sasaran. Jangan sampai terjadi di suatu kampung ada orang yang sedang hamil, tetapi kehidupannya di bawah standar. Masih kesulitan memenuhi gizi calon bayinya. ”Seharusnya, satu kampung tahu ini. Mereka harus dimasukkan dalam data MBR (masyarakat berpenghasilan rendah, Red),” ujarnya.

Mantan kepala Bappeko Surabaya itu juga meminta lurah dan camat untuk sering-sering turun ke bawah. Menanyakan apa yang dibutuhkan warga setempat. Jika ada warga tidak mampu namun belum masuk data MBR, harus segera dimasukkan ke aplikasi milik dinsos. Tujuannya, jika ada program bantuan dari pemerintah pusat maupun pemkot, bantuan tersebut bisa tepat sasaran.

Eri mengaku beberapa kali mendapat laporan soal data MBR yang keliru. Data MBR yang dimasukkan oleh petugas RT ternyata keliru. Juga banyak sekali orang mampu yang terdata sebagai MBR. ”Saya tidak mau membangun sesuatu yang fenomenal. Mending orang miskin bisa terangkat dan anak yang kurang gizi bisa dipenuhi gizinya. Ini lebih berharga daripada saya bangun sesuatu (proyek bangunan fisik, Red),’’ tegasnya.


Eri Cahyadi Serap Keluh Kesah Warga dengan Cangkrukan di Balai RW