Pidato Bocah SMP Ini Memukau Peserta Plastic Health Summit di Belanda

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Pidato Bocah SMP Ini Memukau Peserta Plastic Health Summit di Belanda


JawaPos.com– ‘’Stop pengiriman sampah plastik ke Indonesia. Tolong, bantu kami untuk mewujudkan cita-cita dan masa depan yang aman, bersih, dan lingkungan sehat, terbebas dari sampah plastik.’’

Itulah penggalan akhir pidato memukau Aeshnina Az-zahra Aqilani, pelajar SMPN 12 Wringinanom, Gresik, di hadapan ratusan peserta Plastic Health Summit 2021 di Amsterdam, Belanda, Kamis (21/10).

Selepas Nina—panggilan akrab Aeshnina–menutup pidato berbahasa Inggris itu, para akademisi dan pegiat lingkungan dari berbagai penjuru dunia itupun bertepuk tangan. Seisi ruangan Theater Asmterdam itupun riuh. Pembawa acara pun beberapa kali menyebut; Amazing!

Seperti pernah diberitakan, Nina mendapat kesempatan untuk hadir dalam Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (COP26) di Glasgow, Inggris, November nanti. COP26 merupakan forum tingkat tinggi tahunan bagi 197 negara untuk membicarakan perubahan iklim dan bagaimana menanggulanginya.

Nah, sebelum ke forum COP26 di Inggris, Nina juga mendapat undangan ke Plastic Health Summit 2021 di Amsterdam, Belanda, tersebut. Rencananya, juga akan ke Jerman. ‘’Sebelum tampil grogi juga. Tapi, saya membaca salawat dan berdoa terus untuk mengurangi nervous,’’ ucap Nina dihubungi Jawa Pos melalui sambungan telepon, pada Kamis malam (21/10).

Nina, tentu saja, menjadi pembicara paling kecil di forum dunia itu. Pembicara lainnya para akademisi dan pegiat lingkungan yang sudah senior. Beberapa di antaranya adalah Prof Dr Terry Collins (director of the Institue for Green Science), Dr Erperanza Huerta (Wageningen University & Research), dan Prof Dr Patricia Hunt (Washington State University).

Selama ini, Nina memang dikenal sebagai pelajar pegiat lingkungan. Pada Januari 2021 lalu, bocah 14 tahun itu juga diundang Dutas Besar (Dubes) Jerman di Indonesia, Peter Schoof. Dalam pertemuan tersebut, Nina juga menyerahkan sepucuk surat yang ditulisnya untuk Kanselir Jerman Angela Merkel. Isinya, memprotes tentang sampah-sampah plastik dari Jerman.

Masalah sampah plastik tersebut juga pernah mengemuka dan menjadi isu nasional pada 2019. Saat itu, New York Times mengungkap penggunaaan sampah plastik impor sebagai bahan bakar pabrik-pabrik tahu di Sidoarjo. Padahal, asap dari pembakaran plastik itu membahayakan kesehatan.

Dari catatan Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (Ecoton) Indonesia, beberapa negara pengekspor sampah plastik ke Indonesia adalah Amerika Serikat (353.000 ton), Meksiko (118,000 ton), Australia (102.000 ton), Jerman (56.000 ton), Korea Selatan (18.000 ton), dan Belanda (33.300 ton).

Nina mengaku bangga mendapat undangan untuk dapat hadir dan ikut serta berkampanye tentang bahaya plastik di event internasional tersebut. Ini merupakan pengalaman kali pertamanya. ‘’Suhu udaranya dingin sekali di sini (Amsterdam, Red) sampai 6 derajat Celsius. Saya pakai baju rangkap-rangkap tiga, biar tidak kedinginan. Tidak ada nasi, makannya roti,’’ celetuknya.

Kiki Dethmers, panitia Plastic Healt Summit 2021, menyatakan, forum yang membahasa tentang bahaya plastik itu sudah dua tahun ini terselenggara. Di ajang tersebut, pihaknya menggundang para akademisi dan para pegiat lingkungan dari berbagai belahan dunia. Salah seorang di antaranya Nina, pegiat lingkungan cilik asal Indonesia.

‘’Dari forum ini kami harapkan ada perhatian bersama, dari pemerintah, pihak swasta dan publik, untuk mencari solusi bersama dalam menangani masalah plastik ini ke depannya,’’ ujarnya dihubungi Jawa Pos melalui sambungan telepon, Kamis malam (21/10).


Pidato Bocah SMP Ini Memukau Peserta Plastic Health Summit di Belanda